commit to user 7
akan dipisahkan dan dikirim ke gudang telur sebagai telur komersil Yuwanta, 1983.
2.3 Fumigasi Telur Tetas
Fumigasi telur dilakukan dengan takaran 200  gram PK 400 cc formalin. Ukuran  ruangan  fumigasi  5  x  5  m.  Fumigasi  adalah  proses  sterilisasi  telur
dengan tujuan menghilangkan atau mengurangi kontaminan bibit bakteri yang menempel pada permukaan telur agar telur benar-benar terbebas dari bakteri
maupun jamur Sudaryani dan Santosa, 2003. Telur  tetas  yang  telah  lolos  seleksi  kemudian  dimasukkan  ke  dalam
ruang fumigasi, fumigasi dilakukan untuk membunuh kuman penyakit, untuk menunjang agar fumigasi yang akan kita  lakukan dapat berjalan efektif maka
kita harus memperhatikan beberapa hal : 1.
Temperatur ruangan fumigasi 27 ˚-29˚C.
2. Kelembaban 70-75.
3. Dosis fumigasi KMnO4  PK dan Formalin 1:2 untuk 1 m³.
- PK
= 6,5 gr -
Formalin  = 12 cc 4.
Volume ruangan dan jumlah telur. 5.
Waktu fumigasi 15-20 menit Sudaryani dan Santosa, 2003.
2.4 Penyimpanan Telur
Telur  yang  telah  difumigasi  disimpan  di
cooling  room
.
Cooling  room
merupakan ruangan khusus untuk menyimpan telur tetas sebelum dimasukkan ke
setter.
Suhu dan kelembaban ruangan penyimpanan diatur sehingga embrio tidak berkembang. Lama penyimpanan telur tetas berkisar  3-4 hari pada suhu
20
o
C  dan  kelembaban  70-80.  Penyimpanan  telur  tetas yang  terlalu  lama dapat  mempengaruhi  daya  tetas  telur.  Tujuan  telur  dimasukkan  ke  ruang
pendingin
cooling  room
adalah  menunggu  sampai  jumlah  telur  yang  ingin ditetaskan  tercapai  dan  juga  agar  suhu  telur  semuanya  merata  dan  menekan
pertumbuhan  embrio  di  dalam  telur  sebelum  masuk  ke  mesin
setter
sebelum melakukan
setting,
suhu  telur  harus  disesuaikan  dengan  suhu  ruangan  untuk
commit to user 8
menghindarkan telur dari pengaruh suhu ruangan pendingin dengan kata  lain disebut
“ Pre Warming”
Sudaryani dan Santosa, 2003.
2.5 Proses Penetasan
2.5.1
Pre Warming
Setelah jumlah telur yang akan ditetaskan terpenuhi, maka telur tetas dikeluarkan dari
cooling room
menuju
setter
. Akibat jauhnya  perbedaan  suhu  antara
cooling  room
dengan
setter
,  maka perlu  adanya penyesuaian  suhu  agar  embrio  yang  ada  di  dalam  telur
tidak  mengalami  cekaman.  Proses  penyesuaian  suhu  tersebut disebut
pre  warming
.  Lamanya  proses
pre  warming
didasarkan  pada
ketebalan kerabang telur.
Temperatur
pre warming
: ·
James way          = 27 ˚-28˚C
· Chick Master      = 27
˚-30˚C Kuntungan
pre  warming
yaitu  telur  tetas  HE  cepat  menetas dalam  udara  hangat,  mengurangi  waktu  yang  dibutuhkan  untuk
mengembalikan  suhu
setter
dan  mampu  meningkatkan
hatchability
Sudaryani dan Santosa, 2003.
2.5.2
Setter
Setting
adalah  proses  masuknya  telur  ke  dalam mesin
setter
setelah  melalui  proses
pre  warming
.  Telur  dari
pre warming
dimasukkan  ke  dalam  ruang
setter
ruang  inkubator.  Telur di
setting
berdasarkan  kandang,  kualitas  telur,  dan  umur  induk  ayam. Suhu ruang
setter
37,5
o
C dan kelembaban 55. Pemutaran telur tetas di dalam
setter
dilakukan selama 18 hari dengan frekuensi pemutaran satu jam sekali. Sudut pemutaran telur 90
o
dan kemiringan 45
o
, bila telur  tidak  diputar,  maka  kuning  telur  akan  melekat  pada  satu  sisi
commit to user 9
kerabang  telur  dan  berakibat  pada  kematian  embrio  Sudaryani  dan Santosa, 2003.
Setting temperature
pada beberapa jenis dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Perbedaan
setting temperature
pada beberapa jenis mesin
.
Jenis mesin
Sett temperatur Sett
humidity
Keterangan James Way
37,1 ˚-37,4˚C
29,4 ˚-30,0˚C
Sett point
Chick Master
37,4 ˚-37,5˚C
28,3 ˚-29,4˚C
Temperature
dan humidity harus
disesuaikan dengan kondisi lingkungan
Sumber: Rasyaf, 1990. Telur berada dalam mesin
setter
selama 425 jam 18 hari  dengan  sistem  pembalikan
turning
satu  kali  perjam  dengan suhu 45
˚C dengan sistem otomatis yang bertujuan menghomogenkan ekspos  panas  terhadap  telur  tetas,  agar  embrio  dapat  memanfaatkan
protein  yang  tersedia  dan  mencegah  menempelnya  embrio  pada  sel membran.
Bagian-bagian mesin
setter
: ·
Temperatur sesuai
sett point
· Humidity susuai
sett point
· Damper
inlet
dan
outlet
· Oksigen O
₂ ·
Karbondioksida CO ₂
· Egg
temperature
· Spray
· Nozzle
·
Heater
· Blower
·
Cooling
· Adanya proses
turning
Rasyaf, 1990.
commit to user 10
2.5.3
Transfer
Telur Tetas dan
Candling
Transfer
adalah proses pemindahan telur tetas dari
setter
ke
hatcher
saat  umur  embrio  18  hari.
Candling
dilakukan  sebelum  masuk  ke  mesin
hatcher,
berfungsi  untuk  memisahkan  telur  yang  fertil,  infertil  dan
explode.
Telur
explode
disebabkan  telur  terkontaminasi  bakteri,  kotor, pencucian telur kurang baik dan mesin tetas kotor.
Transfer
telur tetas dan
candling
dilakukan dengan cepat, maksimal 30 menit karena embrio dapat mati  akibat  perubahan  suhu  telur  yang  drastis.  Telur  yang  sudah
diteropong dipindahkan ke kereta
buggy hatcher
yang berbentuk keranjang Suyatno, 1999.
Transfer  adalah  proses  pemindahan  telur  yang  sudah  berusia  432 jam dalam mesin
setter
ke mesin
hatcher. Setting temperature
antara ayam broiler  dengan  ayam  layer  berbeda,  perbedaan  temperatur  dapat  dilihat
pada Tabel 2. Tabel 2. Perbedaan
setting temperature
antara ayam broiler dan layer
.
Jenis HE Temperatur
Kelembaban Broiler
36,9 ˚C
30,0 ˚C
Layer 37,1
˚C 30,0
˚C Sumber : Sudaryani dan Santosa, 2003.
Sebelum telur masuk ke dalam mesin
hatcher
dilakukan pemisahan antara telur yang memiliki embrio telur yang dibuahi dengan telur yang
tidak  memiliki  embrio  telur  yang  tidak  dibuahi,  proses  tersebut dinamakan
candling
Sudaryani dan Santosa, 2003.
2.5.4
Hatcher
Telur yang lolos pada saat
candling
kemudian dimasukkan ke dalam mesin
hatcher
selama tiga hari, selama berada di
hatcher
tidak dilakukan pemutaran  telur  karena  pada  periode  ini  akan  terjadi
pipping
anak  ayam berusaha memecah kerabang dengan paruhnya. Telur berada dalam mesin
hatcher
selama 72 jam 3 hari, saat telur tetas masuk dalam mesin
hatcher
diberikan
evaporative
formalin dengan dosis 0,1 cc perbutir pada hari  ke-
commit to user 11
19  s.d  20,
setting  temperature
mesin
hatcher
disesuaikan  oleh  masing- masing  jenis  mesin  dan  disesuaikan  dengan  kondisi  lingkungan.  Bagian-
bagian  mesin
hatcher
sama  dengan  bagian-bagian  pada  mesin
setter
Riyanto, 2001. Pengaturan  suhu  dan  kelembaban  dilakukan  berdasarkan  keadaan
telur. Suhu dalam
hatcher
sekitar 37-38
o
C. Kelembaban
hatcher
sebelum
pipping
sekitar 55 dan saat
pipping
kelembaban dinaikkan menjadi 70- 75. Kelembaban yang tinggi dapat membantu proses
pipping
. Saat telur menetas  setelah
pipping
kelembaban  diturunkan  kembali  menjadi  52- 55  dan  suhu  dalam  keadaan  lebih  rendah  dari  37
o
C  untuk  membantu proses pengeringan bulu DOC
Unandar, 1996.
2.5.5
Pull Chick
Penurunan
DOC
Pull  chick
adalah  kegiatan  menurunkan  DOC  dari  mesin
hatcher,
termasuk
sexing
DOC pemisahan DOC jantan dan betina, seleksi sambil memasukkan  DOC  ke  dalam  bok.
Sexing
dilakukan  berdasarkan  warna bulu.  DOC  jantan  memiliki  warna  bulu  kuning  dan  garis  punggung
berjumlah  ganjil,  sedangkan  DOC  betina  memiliki  warna  bulu  coklat dengan  garis  punggung  kuning  berjumlah  genap.  DOC  jantan  langsung
dimasukkan  ke  bok  sebanyak  102  ekor  tanpa  perlakuan  apapun.  DOC betina diseleksi lagi dengan kriteria bobot badan, warna bulu, kondisi fisik
mata,  kaki,  perut  dan  kesehatan.  DOC  betina  langsung  dipotong paruhnya  sepanjang  13  bagian  dari  panjang  paruh,  menggunakan  alat
debeaker
. DOC yang telah diseleksi  kemudian dimasukkan ke dalam bok dan dihitung jumlahnya, setiap bok diisi 100 ekor betina ditambah 2 ekor
untuk  resiko  transportasi,  setelah  itu  DOC  betina  divaksin  Marek’s  dan NDIB. Vaksin Marek’s dilakukan sub cutan suntik di bawah kulit leher,
sedangkan vaksin NDIB melalui mata. Dosis pemberian  vaksin  ini  0,2 cc per  ekor,  setelah  divaksin  DOC  disemprot  dengan  vitamin  kemudian
dikemas  dan  diberi  label  yang  berisi  keterangan  nama  perusahaan pembibit, penyeleksi
grader,
jumlah DOC dalam boks, bobot DOC saat
commit to user 12
menetas  dan  jenis  vaksin  yang  diberikan  serta  tanggal  DOC  menetas Sudaryani dan Santosa, 2003.
Telur mengalami masa inkubasi dalam mesin
setter
selama 432 jam 18  hari  dan  dalam
hatcher
selama  72  jam  3  hari.  Proses  selanjutnnya adalah
pull chick
yang merupakan
proses  pengambilan atau
dikeluarkannya anak ayam yang sudah menetas. Waktu
Pull Chick
: ·
Masa inkubasi normal untuk telur broiler 504 jam. ·
Kontrol  secara  berkala  kondisi  DOC  khususnya  pada  4-6  jam menjelang waktu panen normal.
· Anak ayam yang baru menetas memerlukan waktu istirahat 2-4 jam.
Proses selanjutnya yaitu penentuan
grade,
yang terdiri dari
grade
A DOC yang berkualitas dan
grade
B DOC yang diafkir Unandar, 1996. Pemasaran DOC dapat melalui 2 cara, yaitu :
1. Didistribusikan  dengan  cara  internal,  DOC  diperlukan  oleh  mitra
usaha itu sendiri.
2. Didistribusikan  dengan  cara  eksternal,  di  jual  ke  luar  wilayah  untuk
dijual dipeternakan-peternakan yang berskala kecil hingga besar. Pendistribusian  DOC  setiap  pelanggan  harus  mengambil  DOC  dari
satu  kelompok,  jadi  DOC  yang  diterima  pelanggan  relatif  seragam, meliputi:
· Strain atau jenis
· Mesin
· Fisik
· Usia induk
·
Pull chick
Pendistribusian  yang  baik,
packing
atau  pengemasan  DOC dilengkapi  data-data  yang  sesuai  dengan yang  tertera  di  boks  DOC.  Data
tersebut meliputi strain, jumlah, tanggal menetas. Boks DOC harus sesuai standar kebutuhan seperti ventilasi,  kepadatan dan keselamatannya, selain
itu alat transportasi pengiriman DOC dilengkapi dengan peralatan ventilasi
commit to user 13
untuk  menjaga  kenyamanan  anak  ayam  selama  dalam  pengiriman  DOC segera setelah
packing
selesai Rasyaf, 1995.
2.6 Sanitasi pada