2
which have been done in relation to implementation of scientific technology for Bali cattle in Bali.
The result of this research showed that all scientific technology support scenario have been done for development of Bali cattle coordinated to Dinas
Peternakan then the result were evaluated through demo plot, after a good result technology will be implemented to farmer. The weakness of this scenario was
sustainable of implementation could not be guaranteed, because that was limited on the project. Moreover there was no data which showed whether the innovation
of that scientific technology has been adopted by Bali cattle farmer. In the relation to this, a new paradigm for sustainable of scientific technology innovation is
necessary. A proper Bali cattle scientific technology support is agribusiness cooperation, with University as its ad vocation.
Key words : scenario, scientific technology, Bali cattle and agribusiness coorperation
1. PENDAHULUAN
Sapi bali merupakan salah satu plasma nutfah dan produk unggulan di Bali. Dalam era pasar global keberadaannya perlu dikembangkan untuk
mangatasi impor daging substitusi impor. Sampai saat ini kbutuhan daging khususnya daging sapi di Indonesia dipasok dari tiga pemasok yaitu peternakan
rakyat berupa ternak lokal, industry peternakan rakyat dengan sapi bakalan impor dan impor daging.
Provinsi Bali mempunyai prospek yang cukup menjanjikan dalam usaha ternak sapi potong mengingat Bali sebagai suplayer ternak potong untuk
mmenuhi kebutuhan provinsi yang lain seperti Jakarta, dan Jawa Barat. Disamping itu berdasarkan catatan Soehadji 1995, besarnaya elastisitas
perminataan daging sapi 1,3 yang berate kenaikan pendapatan 1 menaikan konsumsi terhadap daging sapi sebesar 1,3.
3
Populasi ternak sapi Bali dalam kurun waktu 2002-2004 informasi data Dinas Peternakan Provinsi Bali, 2006 menglami pertumbuhan rata-rata 3,18
per tahun. Peningkatan populasi ternak sapi ini ternyata diikuti oleh laju pemotongan ternak rata-rata 2,61 per tahun dan laju pengiriman sapi antar
pulau rata-rata 1,74 per tahun. Hasil catatan Erizal 1994, rata-rata laju pemotongan sapi lokal sebesar 7,43 1979-1989, pemotongan untuk industry
4,99 perdagangan antar pulau 5,45 dan laju penyediaan ternak meningkat 6,16.
Usaha peternakan sapi Bali di Bali khususnya dan di Indonesia pada umumnya sebagian besar 99 adalah usaha peternakan rakyat dengan skala
usaha 1-4 ekor per rumah tangga peternak dengan keterbatasan modal,teknologi sederhana dan produksi dengan kualitas rendah, sehingga
peternak rakyat sangat rentan terhadap goncangan harga. Dalam kaitan ini perlu dikaji pola pengembangan usaha ternak sapi yang sudah dilaksanakan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengtahui skenario dukungan iptek dalam pengembangan usaha ternak sapai Bali yang sudah dilaksnakan dan
skenario iptek pengembangan usaha ternak sapi Bali yang sesuai untuk Bali.
2. METODE PENELITIAN