SKENARIO DUKUNGAN IPTEK PENGEMBANGAN SAPI BALI.

(1)

SKENARIO DUKUNGAN IPTEK PENGEMBANGAN SAPI

BALI

OLEH :

Ir. I GUSTI NGURAH KAYANA, Msi

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2015


(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan berkah-Nya kepada penulis, maka terwujud karya tulis yang berjudul “Skenario

Dukungan Iptek Pengembangan Sapi Bali”.

Terwujudnya karya tulis ini berkat arahan dan bimbingan dari beberapa pihak. Untuk itu, pada kesempatan kali ini penulis mengungkapkan terima kasih kepada:

1. Dr.Ir. Ida Bagus Gaga Partama,MS, selaku korektor, atas arahan dan koreksinya yang telah diberikan kepada penulis.

2. Prof. Dr. Ir. I Wayan Suarna, MS, atas dukungan dan seluruh Kepala Dinas Peternakan se- Provinsi Bali atas dukungan serta data yang diberikan kepda penulis.

Semoga jasa baik beliau-beliau tersebut memperoleh pahala dari Tuhan Yang Maha Esa sesui dengan amal baktinya.

Denpasar, Januari 2016 Penulis


(3)

DAFTAR ISI

BAB URAIAN HALAMAN

Kata Pengantar i

Daftar Isi ii

Daftar Tabel iii

1. Abstrak 1

2. Pendahuluan 2

3. Metode Penelitian 3

4. Hasil dan Pembahasan 4 5. Simpulan dan Saran 12


(4)

DAFTAR TABEL

NO. JENIS TABEL HALAMAN 1. Aplikasi Teknologi Peternakan Pada Sapi Bali 4 2. Potensi Wilayah Pengembangan Sapi Bali 6 3. Transformasi Iptek Sapi Bali 10


(5)

SKENARIO DUKUNGAN IPTEK PENGEMBANGAN SAPI BALI

Abstrak

Telah dilaksanakan penelitian tentang skenario dukungan iptek dalam pengembangan usaha ternak sapi Bali untuk daerah Bali. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui skenario dukungan iptek dalam pengembangan usaha ternak sapi Bali. Pengambilan data menggunakan data primer yaitu dengan wawancara langsung dengan dinas peternakan di seluruh kabupaten dan kota di Bali dengan menggunakan kuisioner yang sudah disiapkan, sedangkan data skunder diambil dari data yang ada kaitannya dengan penerapan iptek sapi Bali di daerah Bali.

Hasil penelitian menunjukan bahwa skenario dukungan iptek pengembangan sapi Bali yang terjadi semuanya berkoordinasi dengan Dinas Peternakan kemudian diuji melalui demoplot, setelah berhasil baru diterapkan kepada masyarakat peternak. Kelemahan skenario dukungan iptek sapi Bali tersebut adalah keberlanjutan iptek tersebut tidak terjamin, sebab hanya sebatas proyek. Disamping itu tidak dapat diketahui (tidak ada data) apakah inovasi iptek tersebut telah diadopsi oleh masyarakat peternak sapi Bali. Dalam kaitan ini perlu adanya paradigma baru untuk kelanjutan iptek sapi Bali. Adapun skenario dukungan iptek sapi Bali yang cocok adalah koperasi agribisnis sapi Bali, dengan Universitas sebagai advokasinya.

Kata kunci : skenario,iptek, sapi Bali dan koperasi agribisnis

SCIENTIFIC TECHNOLOGY SUPPORT SCENARIO FOR BALI CATTLE DEVELOPMENT

Abstract

The research has been conducted on scientific technology support for development of Bali cattle farming in Bali. The aim of this research was to find out scientific technology support have been done and also its proper scenario for development of Bali cattle farming. Data used in this research was prilary data which was obtained from Dinas staff interviewed in all Kabupaten and city in Bali. In addition to that, secondary data was also collected from research reports


(6)

which have been done in relation to implementation of scientific technology for Bali cattle in Bali.

The result of this research showed that all scientific technology support scenario have been done for development of Bali cattle coordinated to Dinas Peternakan then the result were evaluated through demo plot, after a good result technology will be implemented to farmer. The weakness of this scenario was sustainable of implementation could not be guaranteed, because that was limited on the project. Moreover there was no data which showed whether the innovation of that scientific technology has been adopted by Bali cattle farmer. In the relation to this, a new paradigm for sustainable of scientific technology innovation is necessary. A proper Bali cattle scientific technology support is agribusiness cooperation, with University as its ad vocation.

Key words : scenario, scientific technology, Bali cattle and agribusiness coorperation

1. PENDAHULUAN

Sapi bali merupakan salah satu plasma nutfah dan produk unggulan di Bali. Dalam era pasar global keberadaannya perlu dikembangkan untuk mangatasi impor daging (substitusi impor). Sampai saat ini kbutuhan daging khususnya daging sapi di Indonesia dipasok dari tiga pemasok yaitu peternakan rakyat berupa ternak lokal, industry peternakan rakyat dengan sapi bakalan impor dan impor daging.

Provinsi Bali mempunyai prospek yang cukup menjanjikan dalam usaha ternak sapi potong mengingat Bali sebagai suplayer ternak potong untuk mmenuhi kebutuhan provinsi yang lain seperti Jakarta, dan Jawa Barat. Disamping itu berdasarkan catatan Soehadji (1995), besarnaya elastisitas perminataan daging sapi 1,3% yang berate kenaikan pendapatan 1% menaikan konsumsi terhadap daging sapi sebesar 1,3%.


(7)

Populasi ternak sapi Bali dalam kurun waktu 2002-2004 (informasi data Dinas Peternakan Provinsi Bali, 2006) menglami pertumbuhan rata-rata 3,18% per tahun. Peningkatan populasi ternak sapi ini ternyata diikuti oleh laju pemotongan ternak rata-rata 2,61% per tahun dan laju pengiriman sapi antar pulau rata-rata 1,74% per tahun. Hasil catatan Erizal (1994), rata-rata laju pemotongan sapi lokal sebesar 7,43% (1979-1989), pemotongan untuk industry 4,99% perdagangan antar pulau 5,45% dan laju penyediaan ternak meningkat 6,16%.

Usaha peternakan sapi Bali di Bali khususnya dan di Indonesia pada umumnya sebagian besar (99%) adalah usaha peternakan rakyat dengan skala usaha 1-4 ekor per rumah tangga peternak dengan keterbatasan modal,teknologi sederhana dan produksi dengan kualitas rendah, sehingga peternak rakyat sangat rentan terhadap goncangan harga. Dalam kaitan ini perlu dikaji pola pengembangan usaha ternak sapi yang sudah dilaksanakan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengtahui skenario dukungan iptek dalam pengembangan usaha ternak sapai Bali yang sudah dilaksnakan dan skenario iptek pengembangan usaha ternak sapi Bali yang sesuai untuk Bali.

2. METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di seluruh kabupaten dan kota di Bali, pada bulan Mei 2007 s/d Oktober 2007. Pengambilan data meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara langsung dengan Dinas Peternakan di seluruh kabupaten dan kota di Bali (Kabupaten Badung, Jembrana, Klungkung, Bangli, Gianyar, Karangasem, Buleleng, Tabanan, dan Kota Denpasar) melalui kuisioner yang telah disiapkan yang mencakup tentang penerapan IPTEK di kabupaten/kota. Data sekunder diambil dari data yang ada kaitannya dengan penerapan IPTEK sapi Bali di Bali.

Analisis yang digunakan untuk menganalisis data adalah analisis secara deskriptif dan tabulasi sederhana.


(8)

3. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Aplikasi Teknologi Peternakan Pada Sapi Bali

Aplikasi teknologi petarnakan sapi Bali tersebar dibeberapa kabupaten yaitu Kabupaten Badung, Kabupaten Klungkung, Kabupaten Bangli, Kabupaten Buleleng, dan Kota Denpasar. Adapun teknologi pternakan sapi yang diaplikasikan adalah aplikasi teknologi pakan, aplikasi pembuatan pupuk organic, aplikasi teknologi sapi kreman dan teknologi inseminasi buatan/ kawin suntik (Tabel 1)

Tabel 1. Aplikasi Teknologi Peternakan Pada Sapi Bali

No Jenis Aplikasi Lokasi

1 2 3

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Teknologi pakan (Nutrien Feed and Complete Feed )

Pembuatan pupuk organic Teknologi sapi Kreman Pengembangan pupuk organic

Teknologi pakan sapi kreman (Hd 18) Pengolahan limbah perkebunan menjadi pakan ternak

Pengolahan limbah cair menjadi pupuk organic

Teknologi pakan ternak (Amoniasi jerami)

Teknologi inseminasi buatan Teknologi sistem energy biogas

Pelatihan teknologi pasca panen bahan asal hewan (abon sapi, bakso sapi) Instalasi pengolahan air limbah (Ipal)

Badung Basung, Klungkung Badung Tabanan Bangli Buleleng Badung, Tabanan Seluruh kabupaten/kota Seluruh kabupaten/kota Tabanan, Kota Denpasar Tabanan, Kota Denpasar

RPH Pesanggran Denpasar

Sumber : Dinas Peternakan Provinsi Bali, Dinas Peternakan Kota Depasar, Peternak yang menjadi responden.


(9)

3.2 Potensi Wilayah Pengembangan Sapi Bali

Potensi wilayah pengembangan sapi Bali untuk konservasi plasma nutfah (Kecamatan Nusa Penida), reproduksi (Kecamatan Nusa Penida dan Kecamatan Baturiti), pembibitan Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Karangasem, dan Kabupaten Buleleng, disajikan dalam Tabel 2.

3.3 Skenaro Dukungan Iptek Sapi Bali

Skenario Dukungan Iptek (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) Sapi Bali, berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala Dinas Peternakan kabupaten dan kota di Bali secara umum adalah sama. Adapun skenaronya adalah sebagai berikut : setiap iptek yang berasal dari instansi yang terkait dengan peternakan sapi Bali (BPPT, perusahaan peternakan, Universitas, dan Dinas Peternakan), terlebih dahulu dikoordinasikan dngan Dinas peternakan kemudian Dinas Peternakan melakukan uji coba melalui demoplot. Apabila hasil uji cuba menunjukan hasil yang baik, baru disebarkan kepada peternak melalui kelompok ternak (lihan Gambar 1).

Kelemahan skenario dukungan iptek sapi bali tersebut adalah keberlanjutan iptek tersebut tidak terjamin, sbab hanya sebatas proyek. Dismping itu tidak dapat diketahui (tidak ada data) apakah inovasi iptek tersebut telah diadopsi oleh masyarakat peternak sapi Bali. Dalam ikatan ini perlu adanya paradigm baru untuk keberlanjutan iptek sapi Bali. Adapun skenario dukungan iptek sapi Bali yang cocok adalah koperasi agribisnis sapi Bali. Koperasi agribisnis sapi Bali sangat tepat untuk keberlanjutan iptek sapi Bali, mingingat soko guru perekonomian Negara Indonesia adalah koperasi, maka kopersi diberikan peran yang besar dalam pembangunan peternakan sapi Bali.

Upaya memudahkan pelayanan koperasi dengan peternak, maka dibutuhkan kelompok-kelompok peternak sapi, seperti halnya subak, kelompok ternak yang terkandung di dalmnya nilai-nilai kebersamaan, kerakyatan, kerja keras, ketekunan, kedisiplinan, dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa (Astiti, 1999).kondisi seperti ini mengakibatkan


(10)

para peternak dapat menyerasikan unsure modern dengan tradisional tanpa adanya konflik dengan teknologi modern, mereka dapat menjalani tradisi keagamaan (misalnya dengan upacara selametan terhadap ternak yaitu tumpek kandang), mereka memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa agar berhasil dalam berusaha ternak.

Gambar 1. Sebuah Model Skenario Dukungan Iptek

Table 2. Potensi Wilayah Pengembangan Sapi Bali No Kebijaka

n Iptek Konservasi Plasma Nautfah Reproduk si Pembibit an Penggemuk an Pasca panen 1 Penelitia

n  Nusa Penida (bebas penyakit mulut dan kuku)

 Nusa Penida  Baturiti

 Nusa Penida  Karanga

em  Bulelen

g

 Jembrana  Bangle  Tabanan

 Badung (Beringki t)

 Gianyar  Denpasar 2 Pengemb

angan 

Seluruh Bali

 Nusa Penida  Baturiti

 Seluruh Bali  Seluruh Bali  Seluruh Bali 3 Penerapa

n 

Seluruh Bali

 Nusa Penida  Baturiti

 Seluruh Bali

 Seluruh Bali

 Seluruh Bali

4 Komersi alisasi 

Seluruh Bali

 Nusa Penida  Baturiti

 Seluruh Bali

 Seluruh Bali

 Seluruh Bali

IPTEK DINAS

PETERNAKAN

KOORINASI BERHASIL BAIK

UJI COBA DEMOPLOT

KELOMPOK TERNAK


(11)

Lembaga-lembaga seperti swasta, BUMN, dan kelompok ternak sebaiknya menanam saham di koperasi agribisnis. Hal ini bertujuan supaya lembaga-lembaga tersebut mempunyai rasa salng memiliki dan menambah modal kerja koperasi. Disamping itu untuk meningkatkan modal koperasi agribisnis dapat meminjam kredit dari lembaga keuangan (perbankan) dengan persyaratan kelayakan usaha diperhatikan daripada besarnya agunan.skim kredit dengan bunha khusus akan membantu koperasi untuk melayani peternak. Unsur pemerintah yang terkait dalam pengembangan sapi Bali harus berkoordinasi secara terpadu untuk membantu memfasilitasi pengembangan peternakan sapi Bali.

Lembaga pemerintah yang cocok untuk advokasi adalah universitas, sebab universitas mempunyai tugas tridharma perguruan tinggi yaitu tugas sebagai pengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga advokasi agribisnis sapi Bali misalnya : unit penelitian dan pengembangan mempunyai formula ransum, dengan dana ini akan diuji coba melalui demoplot kemudian setelah berhasil sisosialisasikan lewat unit penyuluhan, kepada peternak sapi dengan berkoordinasi dengan koperasi agribisnis sapi Bali. Untuk merangsang peneliti dan pengembangan perlu adanya penghargan terhadap kekayaan intelektual (HAKI) bagi peneliti dalam hal ini formulanya didaftarkan pada Direktorat Paten, selanjutnya yang memproleh paten adalah lembaga penyandang dana (koperasi), sedangkan pencipta formula memperoleh royalty.

Teknologi sebagai alat untuk mencapai sasaran pembangunan peternakan sangat pentingmdalam upaya menghasilkan produk (sapi Bali) yang berdaya saing baik kualitas maupun kuantitas. Adapun teknologi yang erat kaitannya dengan pengembangan peternakan sapi Bali adalah : bibit ungul yang bersertifikat (ahli genetic dan pemuliaan ternak), pakan ternak (ahli hijauan makan ternak dan kimia makan ternak), kesehatan ternak (dokter hewan), pengolahan hasil ternak atau agroindustri (ahli pangan), pengolahan limbah (ahli pengolahan limbah), dan pemaaran (ahli


(12)

ekonomi peternakan). Teknologi peternakan sapi Bali sebelum diterapkan oleh petani peternak terlebih dahulu diuji cobakan oleh bagian penelitian dan pengembangan (advokasi), setelah diuji coba dan berhasil baru disebarkan ke petani peternak melalui bagian penyuluhan (advokasi).

Sumberdaya manusia merupaka factor dalam agribisnis peternakan sapi Bali, karena itu diperlukan training sumberdaya manusia (petani ternak). Upaya ini amat penting dalam mengubah perilaku (pengetahuan keterampilan dan sikap) petani peternak dalam menerima inovasi-inovasi teknologi baru, sehingga usahanya dapat berkembang lebih baik dan pendapatannya lebih meningkat (peran advokasi).

Usaha peternakan sapi Bali yang teritegrasi (integrated farming) diharapkan dapat meningkatkan nilai efisiensi usaha dengan memanfaatkan produk-produk sampingannya (kulit, tulang, kotoran dan urine) akan dapat menurunkan biaya produksi dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani peternak. Euphoria reformasi seakan mengharapkan pemerhatian aspek lingkungan menjadi kedepan dalam penentuan kelanggengan usaha.

Leisa (Low eksternal input sustainable agriculture) merupakan langkah konkrit dalam menjawab permasalahan pengembangan ternak sapi Bali. Tanaman pangan/perkebunan selain menghasilkan pangan bagi manusia, juga menghasilkan pakan ternak sapi. Penyediaan pakan bagi ternak yang dihasilkan oleh tanaman tidak bisa langsung dijadikan pakan ternak namun melalui proses sederhana yang memiliki kompleksitas produksi. Hasil sampingan yang tadinya limbah, dapat diberdayakan menjadi pakan ternak. Menyimak scenario dukungan iptek sapi Bali dengan pola koperasi agribisnis, dapat dipakai sebagai solusi pengembangan pternakan sapi Bali yang berkelanjutan. Untuk lebih jelasnya skenario dukungan iptek sapi Bali dapat dilihat pada Gambar 2.


(13)

Gambar 2. Skenario Dukungan Iptek Sapi Bali Melalui Koperasi Agribisnis

Unsur Pemerintah  Disnak

 Dinas Koperasi dan Industri kecil Disperindag

Lembaga Keuangan

Koperasi Agribisnis

Industri Pengolaha n

Pasar umum

Pasar Antar Pualu

Konsumen Akhir

Hotel, Restoran, Rumah makan Pasar Swalayan

Unsur Swasta Perusahaan  Pembibitan  Pakan

 Obat-obatan Pertanian Limbah Kelompok

Ternak

Lembaga Advokasi :

 Penelitian, Pengembangan  Penerapan


(14)

Kotoran dan limbah ternak sebagai sumner pupuk organik. Daur ulang limbah ternk berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, secara bersamaan juga meningkatkan poduksi pertanian, limbah ternak cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang mudah terkomposisi dan berharga murah. Selanjutnya hasil kerajinan kulit dan tulng dijualke koperasi agribisnis untuk dipasarkan.

3.4 Transpormasi IPTEK Sapi Bali

Transformasi IPTEK sapi Bali dengan alih IPTEK (melalui diklat) penguasaan IPTEK (melalui diklat), integrasi iptek (Laboratorium), IPTEK baru menghasilkan HAKI (hak paten, hak cipta, ahli peneliti utama). Tabel 3.

Tabel 3. Transpormasi IPTEK Sapi Bali No Kebijakan

IPTEK

Alih IPTEK Penguasaan IPTEK

Integrasi IPTEK

IPTEK Baru

1 Penelitian  Melalui pendidikan dan

pelatihan di Lembaga Riset dalam dan luar negri

 Melalui pendidikan dan

pelatihan di Lembaga Riset dalam dan luar negri

 Memerluk an

sarana laboratoriu m

 Menghasil kan haki berupa : Hak paten; hak cipta; ahli

peneliti utama


(15)

2 Pengembangan  Memerluka n fasilitas : UPT; Balai;Denfr am; Badan usaha

 Memerluk an fasilitas : UPT; Balai;Denf ram; Badan usaha

 Memerluk an fasilitas : UPT; Balai; Badan usaha

 Menghasi lkan HKI berupa : hak disain;hak sirkuit; ahli perencana an utama 3 Penerapan  Memerluk

an fasilitas : UPT; Balai; kelompok; Badan usaha

 Memerlu kan fasilitas : UPT; Balai; Badan usaha; kelompok ternak

 Memerluk an fasilitas : UPT; Balai; Badan usaha; kelompok ternak

 Menghasil kan HKI berupa : Hak merk; ahli perekayas a utama

4 Komersialisasi  Seluruh Bali

 Seluruh Bali

 Seluruh Bali

 Menghasi lkan HKI berupa : Hak rahasia dagang; royalty


(16)

4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1Simpulan :

Skenario dukungan IPTEK pengembangan sapi Bali yang terjadi :

 Semuanya berkoordinasi dengan Dinas Peternakan kemudian diuji melalui demoplot, setelah berhasil baru diterapkan kepada masyarakat peternak.

4.2 Saran :

Untuk mengembangkan skenario dukungan IPTEK sapi Bali :

 Disarankan meleui kopersi agribisnis sapi Bali dengan Universitas sebagai advokainya.

 Perlu diangkat manajer yang professional dan digaji sesuai profesinya, demi keberhasilan koperasi agribisnis.

DAFTAR PUSTAKA

Astiti, T.I.P. 1998. Aspek Sosial Budaya dalam Agribisnis. Makalah Disampaikan Dalam Waktu Diskusi Panel Tentang Model Pengmbangan Sistem Agribisnis yang Berdimensi Kerakyatan. Diselenggarakan Oleh Alumni Punhawacana Bali, IPB.

Disnak Provinsi Bali. 2006. Informasi Data Peternakan Provinsi Bali Tahun 2006. Denpasar.

Doll J.P, and F. Orazem. 1984. Production Economics, Theory With Application. Jhon Wiley & Sons, New York.

Ikandar S. Dkk. 1993. Analisa Ekonomi Tataniaga Ayam Ras Pedaging Pada Pengusaha Kecil di Bogor. Ilmu dan Peternakan BPT; Puslitbanget, Vol. Vi, No.2. Bogor.

Tomek W.G, and K.L. Robinson. 1990. Agricultural Product Price. Third Edition, Cornell University Press, Ithaca and Condon.


(1)

Lembaga-lembaga seperti swasta, BUMN, dan kelompok ternak sebaiknya menanam saham di koperasi agribisnis. Hal ini bertujuan supaya lembaga-lembaga tersebut mempunyai rasa salng memiliki dan menambah modal kerja koperasi. Disamping itu untuk meningkatkan modal koperasi agribisnis dapat meminjam kredit dari lembaga keuangan (perbankan) dengan persyaratan kelayakan usaha diperhatikan daripada besarnya agunan.skim kredit dengan bunha khusus akan membantu koperasi untuk melayani peternak. Unsur pemerintah yang terkait dalam pengembangan sapi Bali harus berkoordinasi secara terpadu untuk membantu memfasilitasi pengembangan peternakan sapi Bali.

Lembaga pemerintah yang cocok untuk advokasi adalah universitas, sebab universitas mempunyai tugas tridharma perguruan tinggi yaitu tugas sebagai pengajar, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat. Lembaga advokasi agribisnis sapi Bali misalnya : unit penelitian dan pengembangan mempunyai formula ransum, dengan dana ini akan diuji coba melalui demoplot kemudian setelah berhasil sisosialisasikan lewat unit penyuluhan, kepada peternak sapi dengan berkoordinasi dengan koperasi agribisnis sapi Bali. Untuk merangsang peneliti dan pengembangan perlu adanya penghargan terhadap kekayaan intelektual (HAKI) bagi peneliti dalam hal ini formulanya didaftarkan pada Direktorat Paten, selanjutnya yang memproleh paten adalah lembaga penyandang dana (koperasi), sedangkan pencipta formula memperoleh royalty.

Teknologi sebagai alat untuk mencapai sasaran pembangunan peternakan sangat pentingmdalam upaya menghasilkan produk (sapi Bali) yang berdaya saing baik kualitas maupun kuantitas. Adapun teknologi yang erat kaitannya dengan pengembangan peternakan sapi Bali adalah : bibit ungul yang bersertifikat (ahli genetic dan pemuliaan ternak), pakan ternak (ahli hijauan makan ternak dan kimia makan ternak), kesehatan


(2)

ekonomi peternakan). Teknologi peternakan sapi Bali sebelum diterapkan oleh petani peternak terlebih dahulu diuji cobakan oleh bagian penelitian dan pengembangan (advokasi), setelah diuji coba dan berhasil baru disebarkan ke petani peternak melalui bagian penyuluhan (advokasi).

Sumberdaya manusia merupaka factor dalam agribisnis peternakan sapi Bali, karena itu diperlukan training sumberdaya manusia (petani ternak). Upaya ini amat penting dalam mengubah perilaku (pengetahuan keterampilan dan sikap) petani peternak dalam menerima inovasi-inovasi teknologi baru, sehingga usahanya dapat berkembang lebih baik dan pendapatannya lebih meningkat (peran advokasi).

Usaha peternakan sapi Bali yang teritegrasi (integrated farming) diharapkan dapat meningkatkan nilai efisiensi usaha dengan memanfaatkan produk-produk sampingannya (kulit, tulang, kotoran dan urine) akan dapat menurunkan biaya produksi dan sekaligus dapat meningkatkan pendapatan petani peternak. Euphoria reformasi seakan mengharapkan pemerhatian aspek lingkungan menjadi kedepan dalam penentuan kelanggengan usaha.

Leisa (Low eksternal input sustainable agriculture) merupakan langkah konkrit dalam menjawab permasalahan pengembangan ternak sapi Bali. Tanaman pangan/perkebunan selain menghasilkan pangan bagi manusia, juga menghasilkan pakan ternak sapi. Penyediaan pakan bagi ternak yang dihasilkan oleh tanaman tidak bisa langsung dijadikan pakan ternak namun melalui proses sederhana yang memiliki kompleksitas produksi. Hasil sampingan yang tadinya limbah, dapat diberdayakan menjadi pakan ternak. Menyimak scenario dukungan iptek sapi Bali dengan pola koperasi agribisnis, dapat dipakai sebagai solusi pengembangan pternakan sapi Bali yang berkelanjutan. Untuk lebih


(3)

Gambar 2. Skenario Dukungan Iptek Sapi Bali Melalui Koperasi Agribisnis

Unsur Pemerintah

Disnak

Dinas Koperasi dan Industri kecil Disperindag

Lembaga Keuangan

Koperasi Agribisnis

Industri Pengolaha n

Pasar umum

Pasar Antar Pualu

Konsumen Akhir

Hotel, Restoran, Rumah makan Pasar Swalayan

Unsur Swasta Perusahaan  Pembibitan  Pakan

 Obat-obatan Pertanian Limbah Kelompok

Ternak

Lembaga Advokasi :

 Penelitian, Pengembangan  Penerapan


(4)

Kotoran dan limbah ternak sebagai sumner pupuk organik. Daur ulang limbah ternk berperan dalam mencegah terjadinya pencemaran lingkungan, secara bersamaan juga meningkatkan poduksi pertanian, limbah ternak cukup banyak dapat diubah menjadi pupuk organik yang mudah terkomposisi dan berharga murah. Selanjutnya hasil kerajinan kulit dan tulng dijualke koperasi agribisnis untuk dipasarkan.

3.4 Transpormasi IPTEK Sapi Bali

Transformasi IPTEK sapi Bali dengan alih IPTEK (melalui diklat) penguasaan IPTEK (melalui diklat), integrasi iptek (Laboratorium), IPTEK baru menghasilkan HAKI (hak paten, hak cipta, ahli peneliti utama). Tabel 3.

Tabel 3. Transpormasi IPTEK Sapi Bali

No Kebijakan IPTEK

Alih IPTEK Penguasaan IPTEK

Integrasi IPTEK

IPTEK Baru

1 Penelitian  Melalui pendidikan dan

pelatihan di Lembaga Riset dalam dan luar negri

 Melalui pendidikan dan

pelatihan di Lembaga Riset dalam dan luar negri

 Memerluk an

sarana laboratoriu m

 Menghasil kan haki berupa : Hak paten; hak cipta; ahli

peneliti utama


(5)

2 Pengembangan  Memerluka n fasilitas : UPT; Balai;Denfr am; Badan usaha

 Memerluk an fasilitas : UPT; Balai;Denf ram; Badan usaha

 Memerluk an fasilitas : UPT; Balai; Badan usaha

 Menghasi lkan HKI berupa : hak disain;hak sirkuit; ahli perencana an utama 3 Penerapan  Memerluk

an fasilitas : UPT; Balai; kelompok; Badan usaha  Memerlu kan fasilitas : UPT; Balai; Badan usaha; kelompok ternak  Memerluk an fasilitas : UPT; Balai; Badan usaha; kelompok ternak  Menghasil kan HKI berupa : Hak merk; ahli perekayas a utama

4 Komersialisasi  Seluruh Bali  Seluruh Bali  Seluruh Bali  Menghasi lkan HKI berupa : Hak rahasia dagang; royalty


(6)

4. SIMPULAN DAN SARAN 4.1Simpulan :

Skenario dukungan IPTEK pengembangan sapi Bali yang terjadi :

 Semuanya berkoordinasi dengan Dinas Peternakan kemudian diuji melalui demoplot, setelah berhasil baru diterapkan kepada masyarakat peternak.

4.2 Saran :

Untuk mengembangkan skenario dukungan IPTEK sapi Bali :

 Disarankan meleui kopersi agribisnis sapi Bali dengan Universitas sebagai advokainya.

 Perlu diangkat manajer yang professional dan digaji sesuai profesinya, demi keberhasilan koperasi agribisnis.

DAFTAR PUSTAKA

Astiti, T.I.P. 1998. Aspek Sosial Budaya dalam Agribisnis. Makalah Disampaikan Dalam Waktu Diskusi Panel Tentang Model Pengmbangan Sistem Agribisnis yang Berdimensi Kerakyatan. Diselenggarakan Oleh Alumni Punhawacana Bali, IPB.

Disnak Provinsi Bali. 2006. Informasi Data Peternakan Provinsi Bali Tahun 2006. Denpasar.

Doll J.P, and F. Orazem. 1984. Production Economics, Theory With Application. Jhon Wiley & Sons, New York.

Ikandar S. Dkk. 1993. Analisa Ekonomi Tataniaga Ayam Ras Pedaging Pada Pengusaha Kecil di Bogor. Ilmu dan Peternakan BPT; Puslitbanget, Vol.