Stratum lusidum daerah sawar terdapat langsung di bawah lapisan Stratum granulosum lapisan keratohialinlapisan seperti butir Stratum germinativum lapisan sel basal terdiri atas sel-sel

2.4 Kulit Gambar 1. Penampang Kulit Graaff dkk, 2001 Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu : lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis korium, kutis vera, true skin, dan lapisan subkutis hypodermis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak. Tiga lapisan kulit utama, antara lain :

1. Lapisan epidermis yang terdiri atas:

a. Stratum korneum lapisan tanduk adalah lapisan kulit yang paling luar dan terdiri atas beberapa lapisan sel-sel gepeng yang mati, tidak berinti, dan protoplasmanya telah berubah menjadi keratin zat tanduk.

b. Stratum lusidum daerah sawar terdapat langsung di bawah lapisan

korneum, merupakan lapisan sel gepeng tanpa inti dengan protoplasma yang berubah menjadi protein yang disebut eleidin.

c. Stratum granulosum lapisan keratohialinlapisan seperti butir

merupakan 2 atau 3 lapis sel gepeng dengan sitoplasma berbutir kasar dan terdapat inti diantaranya. d. Stratum spinosum stratum malphigilapisan sel duri atau disebut pula prikle cell layer lapisan akanta terdiri atas beberapa lapis sel yang berbentuk poligonal yang besarnya berbeda-beda karena adanya proses mitosis.

e. Stratum germinativum lapisan sel basal terdiri atas sel-sel

berbentuk kubus kolumnar yang tersusun vertikal pada perbatasan dermo-epidermal berbaris seperti pagar palisade. 2. Lapisan dermis adalah lapisan di bawah epidermis yang jauh lebih tebal daripada epidermis. Lapisan ini terbentuk oleh lapisan elastik dan fibrosa padat dengan elemen selular, kelenjar, dan folikel rambut. Secara garis besar dibagi menjadi dua bagian : a. Pars papilare, yaitu bagian yang menonjol ke epidermis, berisi ujung serabut saraf, dan pembuluh darah. b. Pars retikulare, yaitu bagian bawah dermis yang berhubungan dengan subkutis, bagian ini terdiri dari serabut-serabut penunjang misalnya serabut kolagen, elastin, dan retikulin. 3. Lapisan subkutis merupakan kelanjutan dermis, terdiri atas jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak didalamnya. Sel lemak merupakan sel bulat, besar, dengan inti terdesak kepinggir karena sitoplasma lemak yang bertambah. Sel-sel ini membentuk kelompok yang dipisahkan satu dengan yang lainnya oleh trabekula yang fibrosa. Derajat keasaman pH kulit manusia berkisar antara 4,2-6,5. Keadaan asam ini sebagian besar disebabkan oleh adanya zat bersifat asam seperti asam amino dan asam lemak bebas misalnya asam laktat, yang merupakan sekresi dari kelenjar sebaseus. Lapisan bersifat asam ini dikenal dengan istilah mantel asam kulit yang dapat melindungi tubuh dari serangan bakteri dan zat kimia yang dapat merusak jaringan Anief, 1997; Wasitaatmadja, 1997. Fungsi kulit antara lain : sebagai pelindung, absorpsi cairan mudah menguap, eksresi, pengindra sensori, pengaturan suhu tubuh, pembentukan pigmen, sawar radiasi UV, dan sawar listrik Anief, 1997; Wasitaatmadja, 1997. Berbagai faktor dapat mempengaruhi absorpsi kulit terhadap kosmetika, yaitu faktor yang berasal dari lingkungan hidup sinar UV, suhu, dan kelembaban udara, faktor dari lingkungan tubuh tempat aplikasi kosmetik, luas aplikasi kosmetik, umur pemakai, kondisi kulit yang diaplikasikan kosmetik, dan faktor kosmetika yang dipakai intensitas pemakaian, keasaman kosmetika, konsentrasi bahan aktif, jenis bahan dasar yang menjadi bahan pelarut pada kosmetika Wasitaatmadja, 1997. Bentuk sediaan yang digunakan melalui rute kulit dimaksudkan untuk efek lokal, tidak untuk sistemik. Oleh karena itu, sediaan untuk kulit biasanya digunakan sebagai antiseptik, antifungi, antiinflamasi, anestetik lokal, emolien, pelindung terhadap sinar matahari, udara, dan lain-lain. Biasanya berbentuk gel, salep, krim, atau pasta dengan basis yang bermacam-macam dan mempunyai sifat yang bermacam-macam seperti hidrofil atau hidrofob. Anief, 1993. 2.5 Gel Gel atau jelly adalah sistem semipadat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang terpisah, gel digolongkan sebagai sistem dua fase misalnya gel aluminium hidroksida. Dalam sistem dua fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, misalnya gel kadang-kadang dinyatakan sebagai magma misalnya magma bentonit. Baik gel maupun magma dapat berupa tiksotropik, membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan. Sediaan harus dikocok dahulu sebelum digunakan untuk menjamin homogenitas dan hal ini tertera pada etiket lihat suspensi. DepKes RI 1995. Gel fase tunggal terdiri dari makromolekul organik yang tersebar serba sama dalam suatu cairan sedemikian hingga tidak terlihat adanya ikatan antara molekul makro yang terdispersi dan cairan. Gel fase tunggal dapat dibuat dari makromolekul sintetik misalnya karbopol atau dari gom alam misalnya tragakan. Sediaan tragakan juga disebut juga musilago. Walaupun gel-gel ini umunya mengandung air, etanol, dan minyak dapat digunakan sebagai fase pembawa. Ansel C Howard, 1989. 2.6 Stabilitas Sediaan Stabilitas sebuah gel adalah sifat gel untuk mempertahankan distribusi halus dan teratur dari fase terdispersi yang terjadi dalam jangka waktu yang panjang. Gel mempunyai kakakuan yang disebabkan oleh jaringan yang saling menganyam dari fase terdispersi yang mengurung dan memegang medium pendispersi. Perubahan dalam temperatur dapat menyebabkan gel tertentu mendapatkan kembali bentuk sol dan bentuk cairnya. Juga beberapa gel menjadi encer setelah pengocokan dan kembali menjadi setengah padat atau padat kembali setelah dibiarkan tidak terganggu untuk beberapa waktu tertentu, peristiwa ini disebut tiksotropi. Ansel C Howard, 1989. 2.7 Komponen Gel Rowe dkk, 2006 2.7.1 Karbopol 940 Gambar 2. Struktur Karbopol 940 Karbopol merupakan kelompok acrylic polymer cross-linked dengan poly alkenyl ether. Nama lain karbopol adalah acitamer, acrylic acid polymer, carbomer, carboxyvinyl polymer. Karbopol digunakan sebagian besar dalam cairan sediaan formulasi semi solid berkenaan dengan farmasi sebagai suspending agent. Digunakan pada formulasi krim, gel, dan salep dan kemungkinan digunakan sebagai sediaan opthalmic, rectal, dan sediaan topikal lain. 2.7.2 HPMC Hidroksi Propil Metil Selulosa Gambar 3. Struktur HPMC Nama lain HPMC antara lain: hypromellose, methocel, hydroxy propyl methyl cellulose, metolose, dan pharmacoat. Rumus kimia HPMC adalah CH 3 CHOHCH 2 . HPMC secara luas digunakan sebagai suatu eksipien di dalam formulasi pada sedian topikal dan oral. Dibandingkan dengan metilsellulosa, HPMC menghasilkan cairan lebih jernih. HPMC juga digunakan sebagai zat pengemulsi, agen pensuspensi dan agen penstabil di dalam sediaan salep dan gel. Pemeriannya adalah serbuk hablur putih, tidak berasa, tidak berbau, larut dalam air dingin, dan membentuk koloid yang merekat. Tidak larut dalam kloroform, etanol 95, dan eter tetapi dapat larut dalam diklorometana. Fungsinya adalah suspending agent. 2.7.3 Na CMC natrium karboksilmetilselulosa Gambar 4. Struktur Na CMC Na CMC adalah garam natrium polikarboksimetil eter selulosa. Mengandung tidak kurang dari 6,5 dan tidak lebih dari 9,5 Na, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Kekentalan larutan 2 g dalam 100 ml air, untuk zat yang mempunyai kekentalan 100 cP atau kurang, tidak kurang dari 80 dan tidak lebih dari 120 dari ketentuan yang tertera pada etiket, untuk zat yang mempunyai kekentalan lebih dari 100 cP, tidak kurang dari 75 dan tidak lebih dari 140 dari ketentuan yang tertera pada etiket. Pemerian serbuk atau butiran putih atau putih kuning gading, tidak berbau, atau hampir tidak berbau dan higroskopik. Kelarutan mudah mendispersi dalam air, membentuk suspensi koloidal, tidak larut dalam etanol 95 P, dalam eter, dan dalam pelarut organik lain. DepKes RI 1979. 22

BAB III KERANGKA KONSEP