Zat Absorben TINJAUAN PUSTAKA

Sejumlah adsorpsi fisik menurun kinerjanya dengan cepat begitu temperatur dinaikkan sedikit diatas temperatur kritis komponen adsorbat. Adsorpsi fisik tidak terlalu tergantung pada permukaan adsorben yang tidak beraturan, namun secara proporsional tergantung pada luas adsorben. Smith, 1981

2.1.2 Adsorbsi Kimia Chemisorption

Adsorpsi kimia melibatkan gaya menarik yang lebih besar dibandingkan adsorpsi fisika. Berdasarkan kerja awal Langmuir molekul yang teradsorbsi tertarik ke permukaan oleh gaya valensi yang sama dengan yang terjadi pada gaya tarik menarik antara atom lainnya didalam molekul. Salah satu bukti ditimbulkan sekitar 5- 100 kkalgmol, sama dengan panas yang dihasilkan sebuah reaksi kimia. Smith, 1981 Adsorpsi kimia atau sering disebut sebagai adsorpsi aktivasi adalah hasil dari interaktif secara kimia antara zat padat dengan bahan yang teradsorpsi adalah kekuatan adhesi, kekuatan adhesi dari adsorpsi kimia lebih besar dari adhesi pada adsorpsi fisika sehingga seringkali menyebabkan terjadinya perubahan struktur kimia pada adsorben yang meperpendek umur dari adsorben tersebut. Treyball, 1981

2.2 Zat Absorben

Zat absorben adalah suatu zat yang bentuk fisiknya mempunyai pori- pori. Bahan berpori ini mempunyai daya untuk mengurangi tekanan dengan memberi kesempatan kepada molekul- molekul dari uap air untuk masuk ke dalam pori- pori dari bahan absorben dan memberi hambatan untuk mengeluarkannya. Zat absorben padat yang biasa di pakai adalah klorida- klorida dari Kalsium Ca, Barium Ba, Strontium Sr, Amina, Metil, dan Etil, arang kayu yang diaktifkan, silica gel yang terbuat dari silica natrium dan asam belerang. Zat- zat lembam lain yang mempunyai permukaan yang besar dapat juga dipakai seperti hidroksida ferri, oksida titanium, oksida timah putih dan gel- gel lainnya. Zat- zat absorben padat yang paling baik Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel 61-201-DA Unit Desulfurizer Pada Ammonia Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009. adalah zat yang tidak dapat dirusak oleh karena adanya proses pendinginan. Untuk zat absorben silica gel diameter pada pori- porinya adalah kurang lebih 4x10 7 cm sebab isi bagian dalam adalah kurang lebih 50 dari bagian luar, dari hitungan dengan diketahui reduksi penurunan dari tekanan uap dari zat cair, sedang kebanyakan dari zat- zat diduga mempunyai diameter molekuler sebesar 3x10 8 cm. Jadi pori- pori adalah demikian kecilnya sehingga yang masuk ke dalam gel adalah kurang lebih 10 molekul dalam jajaran satu garis. Molekul- molekul yang mempunyai kecepatan lebih besar dari pada kecepatan rata- rata dalam zat cair akan berjalan dengan memecah zat cair dari molekul- moleku masuk terdalam miniskus disisi lain dari pori. Achiruddin, 2004 Banyak adsorben yang telah dikembangkan untuk penggunaan secara luas dalam berbagai proses pemisahan. Pada umumnya adsorben berbentuk pellet kecil, bead atau biji- bijian granular, ukurannya berkisar antara 0,1-12 mm. adsorben dengan ukuran partikel yang besar sering digunakan dalam industri pada packed bed adsorber vessel. Adsorben memiliki permukaan yang berpori dengan ukuran pori yang sangat kecil sehingga volume pori- pori mencapai 50 dari total volume partikel. Pada adsorben terjadi suatu lapisan monolayer pada permukaan pori- pori, dan sering juga terjadi lapisan multilayer pada permukaan adsorben yang terjadi antara moleku adsorbat dengan permukaan dalam pori- pori adsorben. Geankoplis, 1983 Proses pemisahan adsorpsi terjadi dalam beberapa tahapan proses, tahap pertama adalah fluida mengalir melalui unggun menuju bed adsorben, kemudian zat terlarut berdifusi pada permukaan luar adsorben, dan menuju ke dalam pori- pori adsorben, sehingga terserap pada permukaan pori- pori. Ricky Hidayat : Penentuan Efisiensi Penyerapan Sulfur Oleh Sponge Iron Vessel 61-201-DA Unit Desulfurizer Pada Ammonia Plant-II PT. Pupuk Iskandar Muda-Lhokseumawe, 2009. Pada proses perpindahan massa fluida ke dalam zat padat adsorbent terjadi dua fenomena penting yaitu mekanisme perpindahan intrapartikel dan mekanisme perpindahan dan disperse ekstrapartikel

2.3 Metode- Metode Penyerapan Sulfur