Tabel 7. Nilai permeabilitas tanah c No.
Kelas kecepatan permeabilitas tanah Nilai
1. Sangat lambat 0,5 cmjam
6 2.
Lambat 0,5 – 2,0 cmjam 5
3. Lambat sampai sedang 2,0 – 6,3 cmjam
4 4.
Sedang 6,3 – 12,7 cmjam 3
5. Sedang sampai cepat 12,7 – 25,4 cmjam
2 6.
Cepat 25,4 cmjam 1
Sumber : Arsyad 1989 • Faktor Topografi LS
Faktor topografi menurut Hardiyatmo 2006 diperoleh dari suatu
persamaan yang menyatakan hubungan antara kelas kemiringan lereng dan nilai LS.
0138 ,
00965 ,
00138 ,
2
+ +
= S
S L
LS ....................................... 9
Dimana : S
= kemiringan lereng L
= panjang lereng m • Faktor Pengelolaan Tanaman CP
Faktor pengelolaan tanah dan tanaman penutup tanah C serta faktor teknik konservasi tanah P diprediksi berdasarkan hasil pengamatan lapangan
dengan mengacu pustaka hasil penelitian tentang nilai C dan nilai P pada kondisi yang identik. Disamping itu juga akan ditentukan besarnya laju erosi yang masih
dapat ditoleransi, dan indeks bahaya erosi. Untuk mengetahui besarnya nilai CP dapat dilihat pada Tabel 8 di bawah.
5. Tingkat Bahaya Erosi TBE
Tingkat bahaya erosi ditentukan dengan membendingkan erosi aktual A dengan erosi yang masih dapat ditoleransikan T di daerah itu dengan rumus:
Universitas Sumatera Utara
TBE =
T A
…………………………………………………………… 10 Kriteria indeks bahaya erosi menurut Allinson 1977 disajikan pada Tabel 9 di
bawah. Tabel 8. Nilai faktor CP untuk berbagai penggunaan lahan
No. Tipe Penggunaan Lahan
Nilai CP 1.
Hutan tidak terganggu 0,01
2. Hutan tanpa tumbuhan rendah
0,01 3.
Hutan tanpa tumbuhan rendah dan serasah 0,50
4. Semak belukar tidak terganggu
0,01 5.
Semak belukar sebagian ditumbuhi rumput 0,10
6. Kebun campuran
0,07 7.
Pekarangan 0,20
8. Perkebunan tanaman keras dengan tanaman penutup tanah
0,01 9.
Perkebunan tanaman keras hanya sebagian tanaman penutup tanah
0,07 10. Rumput penutup alang-alang
0,02 11. Rumput penutup alang-alang dibakar setiap tahun
0,06 12. Rumput sereh wangi
0,65 13. Rumput penutup tanah dengan baik
0,01 14. Tanaman tegalan, umbi-umbian
0,63 15. Tanaman tegalan kacang-kacangan
0,36 16.
Pertanian umum dengan : - Memakai mulsa
- Teras bangku - Guludan
0,14 0,04
0,14
Sumber : Hammer 1980 dalam Sinulingga 1990 Tabel 9. Kriteria Indeks Bahaya Erosi
Nilai KriteriaRating TBE
1,0 1,10 – 4,0
4,01 – 10,0 10,01
Rendah Sedang
Tinggi Sangat Tinggi
Sumber : Rahim, 2003
Parameter Penelitian
Untuk penghitungan erosi menggunakan persamaan USLE, parameter yang akan diamati diantaranya :
1. Jenis tanah
Universitas Sumatera Utara
2. Kedalaman efektif tanah 3. Permeabilitas tanah
4. Kadar C-organik tanah 5. Tekstur tanah
6. Struktur tanah 7. Kemiringan lereng
8. Curah hujan tahunan, bulanan dan harian Pengukuran erosi secara langsung menggunakan metoda petak kecil
dilakukan pada tipe jenis penggunaan lahan pewakil dari berbagai jenis penggunaan lahan yang ada dominan seperti pada hutan primer hutan lindung,
lahan budidaya lahan pertanian semusim dan lahan tanaman perkebunan serta lahan pertanaman campuran, dengan masing-masing satu unit alat pengukuran
petak kecil. Parameter yang akan diamati dalam pengukuran erosi menggunakan metoda petak kecil ini antara lain:
1. Jumlah curah hujan per kejadian hujan 2. Volume air larian pada drum kolektor
3. Berat sedimentasi tanah di dalam drum kolektor
Universitas Sumatera Utara
42
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Sub DAS Lau Biang Bagian Hulu DAS Wampu
Kawasan sub DAS Lau Biang merupakan kawasan hulu DAS Wampu yang terletak pada posisi 02
54,24’ - 03 14,78’ Lintang Utara dan 98
38,49’- 98
16,17’ Bujur Timur dengan luas 94.250 Ha. Sub DAS Lau Biang terletak di 19 kecamatan yang terdiri dari kabupaten Simalungun 2 kecamatan, kabupaten
Karo 16 kecamatan, serta kabupaten Langkat 1 kecamatan. Berbatasan dengan kabupaten Langkat kec. Salapian dan sei Bingei dan Kabupaten Deli Serdang
kec. Kutalimbaru dan Sibolangit di sebelah Utara, Kabupaten Deli Serdang kec. STM Hulu dan Gunung Meriah di sebelah Timur, daerah tangkapan air
DTA Danau Toba di sebelah Selatan dan kabupaten Karo kec. Merek, munthe, Tiga Binanga dan Kuta Buluh di sebelah Barat.
Sub DAS Lau Biang termasuk daerah yang topografinya digolongkan dalam kondisi agak curam hingga curam. Hal ini sebenarnya tidak memungkinkan
untuk diolah menjadi lahan pertanian tanpa menerapkan pola konservasi tanah P. Luas hutan lahan kering sekunder pada sub DAS Lau Biang seluas 9.710,761 Ha
atau sekitar 10,30 dari luas total sub DAS Lau Biang, dengan mayoritas tanaman campuran dimana kondisi lahan dan iklim di daerah sub DAS Lau Biang
sesuai dengan pertumbuhan tanaman campuran tersebut.
Pengukuran Laju Erosi 1. Laju Erosi yang Masih Dapat Ditoleransikan T
Erosi yang masih dapat ditoleransikan pada lahan agroforestry dapat dilihat pada Lampiran 3. Dari lampiran tersebut, dapat dilihat besarnya laju erosi
Universitas Sumatera Utara
yang masih dapat ditoleransikan yang paling besar adalah 28,613 tonha.tahun atau sekitar 2,625 mmtahun yang terdapat di desa Tiganderket kecamatan
Tiganderket, dan yang terkecil adalah 24,998 tonha.tahun atau sekitar 2,525 mmtahun yang terdapat di desa Semangat kecamatan Barus Jahe.
Erosi yang masih dapat ditoleransikan digunakan untuk mengukur sejauh mana besarnya erosi yang masih dapat dibiarkan pada suatu lahan.
Nilai erosi yang masih dapat ditoleransikan T bergantung pada kedalaman efektif tanah, jenis tanah yakni sub ordo tanah untuk penentuan faktor
kedalamannya serta nilai bulk density. Semakin besar kedalaman efektif dan kerapatan massanya, maka semakin besar nilai erosi yang masih dapat
ditoleransikan.
2. Metode Petak Kecil