pertumbuhan sel B untuk menghasilkan antibodi dan mengeluarkan faktor pertumbuhan sel T untuk meningkatkan aktivitas sel T sitotoksik CD8
+
. Sebagian zat kimia yang dihasilkan sel CD4
+
berfungsi sebagai kemotaksin dan peningkatan kerja makrofag, monosit, dan sel Natural Killer NK. Kerusakan sel
T-helper oleh HIV menyebabkan penurunan sekresi antibodi dan gangguan pada
sel-sel imun lainnya Murtiastutik, 2008.
Pada awal infeksi, dalam beberapa hari dan minggu, sistem imun belum terganggu. Sama seperti infeksi virus lainnya, akan terjadi peningkatan jumlah sel
sitotoksik CD8
+
dan antibodi. Pada masa ini penderita masih berada dalam kondisi seronegatif dan sehat untuk jangka waktu yang lama Djoerban, 2006.
Pada tahap lebih lanjut, semakin banyak sel CD4
+
yang rusak. Akibatnya fungsi sel-sel imun lainnya akan terganggu dan menyebabkan penurunan imunitas yang
progresif. Pertanda dari progresifitas penyakit dapat dilihat dari gejala klinis dan penurun jumlah sel CD4
+
Murtiastutik, 2009. Pada sistem imun yang sehat, jumlah limfosit CD4
+
berkisar dari 600 sampai 1200 µ l darah. Segera setelah infeksi virus primer, kadar limfosit CD4
+
turun di bawah kadar normal untuk orang tersebut. Jumlah sel kemudian meningkat tetapi kadarnya sedikit di bawah normal. Seiring dengan waktu, terjadi
penurunan kadar CD4
+
secara perlahan, berkorelasi dengan perjalanan klinis penyakit. Gejala-gejala imunosupresi tampak pada kadar CD4
+
di bawah 300 selµ l. Pasien dengan kadar CD4
+
kurang dari 200µ l mengalami imunosupresi yang berat dan risiko tinggi terjangkit keganasan dan infeksi oportunistik Lan,
2006.
2.1.5. Klasifikasi HIVAIDS
Klasifikasi HIVAIDS pada orang dewasa menurut CDC Centers for Disease Control dibagi atas empat tahap, yakni:
1 Infeksi HIV akut
Tahap ini disebut juga sebagai infeksi primer HIV. Keluhan muncul setelah 2-4 minggu terinfeksi. Keluhan yang muncul berupa demam, ruam
merah pada kulit, nyeri telan, badan lesu, dan limfadenopati. Pada tahap
Universitas Sumatera Utara
ini, diagnosis jarang dapat ditegakkan karena keluhan menyerupai banyak penyakit lainnya dan hasil tes serologi standar masih negatif Murtiastutik,
2008.
2 Infeksi Seropositif HIV Asimtomatis
Pada tahap ini, tes serologi sudah menunjukkan hasil positif tetapi gejala asimtomatis. Pada orang dewasa, fase ini berlangsung lama dan
penderita bisa tidak mengalami keluhan apapun selama sepuluh tahun atau lebih. Berbeda dengan anak- anak, fase ini lebih cepat dilalui Murtiastutik,
2008.
3 Persisten Generalized Lymphadenopathy PGL
Pada fase ini ditemukan pembesaran kelenjar limfe sedikitnya di dua tempat selain limfonodi inguinal. Pembesaran ini terjadi karena jaringan
limfe berfungsi sebagai tempat penampungan utama HIV. PGL terjadi pada sepertiga orang yang terinfeksi HIV asimtomatis. Pembesaran
menetap, menyeluruh, simetri, dan tidak nyeri tekan Murtiastutik, 2008.
4 AIDS Acquired Immunodeficiency Syndrome
Hampir semua orang yang terinfeksi HIV, yang tidak mendapat pengobatan, akan berkembang menjadi AIDS. Progresivitas infeksi HIV
bergantung pada karakteristik virus dan hospes. Usia kurang dari lima tahun atau lebih dari 40 tahun, infeksi yang menyertai, dan faktor genetik
merupakan faktor penyebab peningkatan progresivitas. Bersamaan dengan progresifitas dan penurunan sistem imun, penderita HIV lebih rentan
terhadap infeksi. Beberapa penderita mengalami gejala konstitusional, seperti demam dan penurunan berat badan, yang tidak jelas penyebabnya.
Beberapa penderita lain mengalami diare kronis dengan penurunan berat badan. Penderita yang mengalami infeksi oportunistik dan tidak mendapat
pengobatan anti retrovirus biasanya akan meninggal kurang dari dua tahun kemudian Murtiastutik, 2008.
Universitas Sumatera Utara
2.1.6. Diagnosis Infeksi HIV