Fisiologi Pendengaran TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Gangguan Pendengaran di Indonesia

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pendengaran menjadi masalah yang umum di Indonesia. Berdasarkan hasil survey dan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada beberapa RS menunjukan insidensi gangguan dengan di Indonesia sekitar 1-2 bayi per 1000 kelahiran. Oleh karena itu beberapa National Commitee termasuk National Institutes of Health, the America Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery mengajukan bahwa gangguan dengar pada bayi baru lahir merupakan hal yang harus diidentifikasikan dan diberikan perlakuan secara maksimal pada usia enam bulan pertama, pada bayi yang terlambat diidentifikasi pendengaran hingga 2-3 tahun berikutnya kemungkinan mengalamai gangguan dalam bicara, bahasa, dan kemampuan kognitif. 13 Penyebab gangguan pendengaran pada anak dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain tingginya kadar bilirubin, keracuan obat ke telinga, penggunaan mesin ventilasi dalam jangka waktu yang lama, Apgar score yang rendah, meningitis, kelahiran prematur, dan kelahiran dengan berat yang rendah. Selain itu infeksi virus juga dapat berakibat fatal pada gangguan dengar. 13 Mendeteksi gangguan dengar bisa dilakukan sedini mungkin. Ada beberapa metode menurut WHO, antara lain Family questionnaire, behavioural, and physiological. Untuk melakukan metode skrining harus ditentukan terlebih dahulu metode yang dilakukan untuk evaluasi pendengaran bayi. 14 • Family questionnaire, sistim skrining ini menggunakan metode dengan orangtua atau pengasuh yang mengisi kuesioner untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai dengan bahasa individu. Sebelum itu kuesioner harus divalidasi terlebih dahulu sebelum disebarluaskan. 14 • Behavioural, metode pemeriksaan DDTS II ini dilakukan langsung terhadap bayi dengan memberikan rangsangan terhadap bayi, pemeriksa melihat respon audiologi bayi. Tetapi pemeriksaan ini memiliki nilai positif palsu dan negative palsu yang tinggi karena dipengaruhi faktor dari keahlian pemeriksa dan keadaan bayi. 14 • Physicological, merupakan pemeriksaan OAE atau ABR, metode skrining untuk gangguan pendengaran pada bayi dengan keakuratan yang tinggi. Metode OAE mengukur keadaan bagian auditori perifer sampai dengan sel sel rambut luar koklea sedangngkan ABR mengukur bagian sistem pendengaran perifer sampai dengan saraf VIII, dan jalur pendengaran di batang otak. 14

2.5 Skrining Pendengaran

Hearing Early Detection merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh Kementerian Kesehatan U.S yang tergabung dalam healthy people 2010. Berdasarkan data yang didapat, meningkatnya jumlah bayi yang menjalankan skrining mengalami kehilangan pendengaran pada umur 1 bulan, seharusnya dievaluasi kembali pada umur 3 bulan dan diawasi hingga bayi umur 6 bulan. 15 Tahun 1969 Downs M, mengusulkan untuk membuat prosedur untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi dari gangguan pendengaran. Selanjutnya belum ada tehnologi skrining yang memadai sampai tahun 1994 sehinga JCIH berusaha untuk mengadakan universal newborn hearing screening. 15 Tujuan yang diraih dalam deteksi dini pendengaran ini antara lain : 15 • Semua bayi yang baru lahir diperiksa untuk gangguan pendengaran sebelum usia 1 bulan, sebaiknya sebelum dikeluarkan dari rumah sakit. Rumah Sakit akan memiliki protokol tertulis untuk memastikan semua kelahiran disaring, hasilnya dilaporkan kepada orang tua bayi dan PHCP, dan merujuk bayi ≤ 4 dirujuk untuk evaluasi diagnostik. • Semua bayi yang diperiksa hasilnya positif, memiliki evaluasi audiologik diagnostik sebelum usia 3 bulan. • Semua bayi diidentifikasi dengan gangguan pendengaran menerima layanan yang sesuai intervensi dini sebelum usia 6 bulan medis, audiologik, dan intervensi dini. • Semua bayi dan anak-anak dengan onset terlambat atau kehilangan pendengaran yang progresif diidentifikasi pada saat sedini mungkin. Rumah Sakit dan orang lain melaporkan informasi tentang faktor risiko. Tabel. 2.4 Perkembangan Pendengaran Anak 0-2 tahun Pendengaran Bahasa Lahir-3 bulan : • Terkejut dengan suara keras • Diam atau tersenyum ketika diajak bicara • Mulai mengenali suara ibu dan menangis jika suaranya menghilang Lahir-3 bulan : • Bersuara cooing,going • Menunjukan tangisan berbeda seusai dengan kebutuhan • Tersenyum ketika melihat ibu atau orang yang dikenal 4-6 bulan : • Gerakan mata mengikuti sumber suara • Merespon ketika ibupengasuh mengubah intonasi suara • Memperhatikan mainan yang mengeluarkan suara • Memperhatikan musik 4-6 bulan : • Mengoceh dengan suara yang berbeda-beda termasuk huruf p,b,m • Tertawa ringan • Membuat gurgling sound ketika sendiri dan bermain bersama orangtua 7 bulan-1 tahun : • Menyukai permainan cik-luk-baa • Bergerak dan mulai mencari suara • Mendengarkan orang berbicara • Mulai mengenali beberapa kata dengan satu sylabel • Mulai merespon permintaan yang sederhana “kesini” atau “mau lagi?” 7 bulan-1 tahun : • Mengoceh dengan kombinasi suara yang panjang dan pendek seperti “tata upup bibibi” • Menggunakan suara tidak menangis untuk mendapatkan perhatian • Menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi • Mengusai satu atau dua kata saat ulang tahun pertama walaupun belum bersuara jelas 1-2 tahun : • Menunjuk anggota badan ketika diminta • Mengikuti perintah sederhana dan mengeti pertanyaan sederhana “cium ibu” atau “dimana bolanya ?” • Mendengarkan cerita sederhana, lagu, dan sajak • Menunjuk pada gambar di buku cerita ketika disebut 1-2 tahun : • Mengucapkan lebih dari satu kata setiap bulan • Menggunakan satu atau dua kata untuk bertanya “di mana bola?”, “bye-bye” • Menggabungkan dua kata bersamaan “buku cerita” • Menggunakan konsonan yang berbeda-beda untuk memulai kata Sumber: American Speech-Language Hearing 15 Di Indonesia Kementerian Kesehatan mengeluarkan 2 kebijakan pada skrinning gangguan pendengaran antara lain : • Universal Newborn Hearing Screening UNHS • Targeted Newborn Hearin Screening Universal Newborn Hearing Screening merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada semua bayi yang baru lahir saat usia bayi 2 hari dengan pemeriksaan awal yang dilakukan adalah pemeriksaan OAE tetapi bagi rumah sakit yang tidak memiliki saran yang memadai pemeriksaan OAE tetap harus dilakukan dalam jangka waktu 1 bulan di rumah sakit lain. Hasil pemeriksaan baik lulus maupun tidak lulus harus menjalani evaluasi pendengaran dengan pemeriksaan BERA dalam kurun waktu 1-3 bulan. Diagnosis dapat ditegakkan dalam usia 3 bulan dengan keadaan bayi yang ternyata mengalami gangguan pendengaran, sebaiknya dilakukan pemeriksaa ASSR atau dengan BERA dengan stimulus tone burst. Pemeriksaan ini akan membantu penentuan alat bantu dengar bagi pasien. 16 Targeted Newborn Hearing Screening merupakan pemeriksaan yang dilakukan pada bayi yang mempunyai faktor risiko gangguan pendengaran. Metode ini dilakukan di NICU atau ruangan Perinatologi. 16 Gambar 4. Alur universal newborn hearing screening di RSCM RI ;2006 16