Telinga Tengah Telinga Dalam

udara saat melewati jendela oval menjadi dua puluh kali lipat dari gelombang yang langsung sehingga dapat menggetarkan cairan koklea. 12 Di sepanjang organ corti yang terdapat di membrana basilaris mengandung sel-sel rambut yang merupakan reseptor suara selanjutnya sel-sel rambut ini akan menghasilkan sinyal saraf jika di permukaanya mengalami perubahan bentuk yang berhubungan dengan gerakan cairan di telinga dalam dan terbenam dalam membrana tektorial. Sepanjang gelombang berjalan di membrana basilaris terjadi puncak gelombang yang mengakibatkan membengkoknya streosilia oleh kerja pemberat membran tektoria. Timbul depolarisasi sel yang membuat potensial aksi yang pada serabut saraf pendengaran yang akhirnya mengubah gelombang suara mekanis menjadi energi elektrokimia yang berjalan melalui nervus VIII. Serabut-serabut saraf berjalan menuju inti koklearis dorsalis dan ventralis kemudian ada yang menuju kolikus inferior kontralateral dan ada yang menuju koklearis dorsalis ipsilateral. Terjadi penyilangan pada inti lemniskus lateralis dan kolikulus inferior yang kemudian berlanjut ke korpus genikulatum dan kemudian lanjut ke korteks pendengaran pada lobus temporalis. 12 Gambar 2. Skema Fisiologi Pendengaran Hall, J. 1998 12

2.4 Gangguan Pendengaran di Indonesia

Gangguan pertumbuhan dan perkembangan pendengaran menjadi masalah yang umum di Indonesia. Berdasarkan hasil survey dan penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan pada beberapa RS menunjukan insidensi gangguan dengan di Indonesia sekitar 1-2 bayi per 1000 kelahiran. Oleh karena itu beberapa National Commitee termasuk National Institutes of Health, the America Academy of Otolaryngology Head and Neck Surgery mengajukan bahwa gangguan dengar pada bayi baru lahir merupakan hal yang harus diidentifikasikan dan diberikan perlakuan secara maksimal pada usia enam bulan pertama, pada bayi yang terlambat diidentifikasi pendengaran hingga 2-3 tahun berikutnya kemungkinan mengalamai gangguan dalam bicara, bahasa, dan kemampuan kognitif. 13 Penyebab gangguan pendengaran pada anak dapat disebabkan oleh banyak faktor, antara lain tingginya kadar bilirubin, keracuan obat ke telinga, penggunaan mesin ventilasi dalam jangka waktu yang lama, Apgar score yang rendah, meningitis, kelahiran prematur, dan kelahiran dengan berat yang rendah. Selain itu infeksi virus juga dapat berakibat fatal pada gangguan dengar. 13 Mendeteksi gangguan dengar bisa dilakukan sedini mungkin. Ada beberapa metode menurut WHO, antara lain Family questionnaire, behavioural, and physiological. Untuk melakukan metode skrining harus ditentukan terlebih dahulu metode yang dilakukan untuk evaluasi pendengaran bayi. 14 • Family questionnaire, sistim skrining ini menggunakan metode dengan orangtua atau pengasuh yang mengisi kuesioner untuk melihat pertumbuhan dan perkembangan bayi sesuai dengan bahasa individu. Sebelum itu kuesioner harus divalidasi terlebih dahulu sebelum disebarluaskan. 14 • Behavioural, metode pemeriksaan DDTS II ini dilakukan langsung terhadap bayi dengan memberikan rangsangan terhadap bayi, pemeriksa melihat respon audiologi bayi. Tetapi pemeriksaan ini memiliki nilai positif palsu dan negative palsu yang tinggi karena dipengaruhi faktor dari keahlian pemeriksa dan keadaan bayi. 14 • Physicological, merupakan pemeriksaan OAE atau ABR, metode skrining untuk gangguan pendengaran pada bayi dengan keakuratan yang tinggi. Metode OAE