Landasan Teori TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Pertumbuhan Klasik Menurut pandangan para ahli ekonomi klasik terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi yakni jumlah penduduk, jumlah stok barang capital, luas tanah, SDA dan tingkat teknologi yang digunakan. a Adam Smith Dalam bukunya An Inquiry Into The Nature and Causes of The Wealth of Nations 1976 , ia menyatakan bahwa proses pertumbuhan ekonomi jangka panjang secara sistematis. Ada dua aspek pertumbuhan ekonomi yaitu pertumbuhan output total dan pertumbuhan penduduk Arsyad, 1999. Pertumbuhan output disebabkan adanya unsur pokok dari sistem produksi yakni: - Sumber daya alam yang tersedia faktor produksi tanah - Sumber daya manusia jumlah penduduk - Stok barang modal yang ada b David Ricardo Menurutnya proses pertumbuhan ekonomi tidak jauh berbeda dengan teori Adam Smith, mengacu pada laju pertumbuhan penduduk dan laju pertumbuhan output. Ricardo menganggap bahwa jumlah faktor produksi tanah SDA tidak bisa bertambah, sehingga akhirnya menjadi faktor pembatas dalam proses pertumbuhan suatu masyarakat. Dengan terbatasnya luas tanah, maka pertumbuhan penduduk tenaga kerja akan menurunkan produk marginal dengan istilah The Law Diminishing Return. Keterbatasan faktor produksi tanah sumber daya alam akan membatasi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Suatu negara hanya bisa tumbuh sampai batas yang dimungkinkan oleh sumber-sumber alamnya. Apabila potensi sumber ala mini telah dieksploitir secara penuh maka perekonomian berhenti tumbuh masyarakat akan mencapai posisi stasionernya dengan cirri-ciri yakni: - Tingkat output konstan - Jumlah penduduk konstan - Pendapatan perkapita juga menjadi konstan - Tingkat upah pada tingkat upah alamiah minimal - Tingkat keuntungan pada tingkat yang minimal - Akumulasi modal berhenti stok modal konstan - Tingkat sewa tanah yang maksimal. 2.1.2 Teori Pertumbuhan Neo Klasik Teori pertumbuhan neo klasik dikembangkan oleh Robert M. Solow 1970 dari Amerika Serikat dan TW.Swan 1956 dari Australia. Teori ini menjelaskan bahwa tingkat pertumbuhan berasal dari tiga sumber yaitu akumulasi modal, betambahnya penawaran tenaga kerja dan peningkatan teknologi. Teori neo klasik sebagai penerus dari teori klasik menganjurkan agar kondisi selalu diarahkan untuk menuju pasar sempurna. Dalam keadaan pasar sempurna perekonomian bisa tumbuh maksimal. Analisis lanjutan dari paham neoklasik menunjukkan bahwa terciptanya suatu pertumbuhan yang mantap steadygrowth, diperlukan suatu tingkat s saving yang pas dan seluruh keuntungan pengusaha di investasikan kembali di wilayah itu. Model Solow dirancang untuk menunjukkan bagaimana tabungan, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi dalam mempengaruhi tingkat output perekonomian serta pertumbuhannya sepanjang waktu dan mengasumsikan bahwa proses produksi memiliki skala pengembalian konstan Constant Returns to scale Mankiw, 2003. a. Investasi dan tabungan dalam mempengaruhi output perekonomian. b. Pertumbuhan dan polulasi dalam mempengaruhi output perekonomian. c. Kemajuan teknologi dalam mempengaruhi output perekonomian. Dalam ekonomi model ekonomi klasik, kebijakan yang perlu ditempuh adalah meniadakan hambatan dalam perdagangan termasuk perpindahan orang, barang dan modal. Harus dijamin kelancaran arus barang, modal, tenaga kerja dan dan perlunya penyebarluasan informasi pasar. Harus di usahakannya terciptanya prasarana perhubungan yang baik dan terjaminnya keamanan, ketertiban, dan kestabilan politik Tarigan, 2005. 2.1.3 Teori Pembangunan Ekonomi Daerah Pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mampu mengelolah sumber daya yang ada dengan menjalin hubungan kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru yang dapat mempengaruhi kegiatan ekonomi daerah tersebut Arsyad, 1999:298. Dalam rangka untuk mencapai tujuan pembangunan ekonomi yaitu memaksimalkan peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah dan mengurangi tingkat kemiskinan dan tingkat pengangguran, maka dibutuhkan lapangan pekerjaan baru untuk mewujudkannya. Adisasmita 2005:19, menyatakan bahwa pembangunan ekonomi daerah merupakan suatu proses yang melibatkan pembentukan institusi baru, pembangunan industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk yang lebih baik, indentifikasi pasar baru dan transformasi pengetahuan. Tolak ukurnya dilihat dari pendapatan nasional, kesempatan kerja, perekonomian yang stabil dan distribusi pendapatan yang merata. 2.1.4 Teori Pertumbuhan Sektor Pertumbuhan perekonomian daerah melibatkan seluruh sumber daya yang ada untuk diolah dengan kemampuan yang dimiliki melalui sektor-sektor yang potensial dengan keterkaitan antar satu sektor dan sektor lainnya. Laju pertumbuhan dalam sektor yang mengalami perubahan dianggap sebagai determinan utama deri perkembangan suatu wilayah melalui kenaikan pendapatan perkapita yang akan diiringi penurunan dalam proporsi sumber daya yang digunakan dalam sektor pertanian dan kenaikan dalam sektor manufaktur serta industri jasa, dimana teori ini dikembangkan berdasarkan hipotesis Clark-fisher Adisasmita, 2005:31. Faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah, pertumbuhan industri yang menggunakan sumber daya lokal, termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor akan menghasilkan kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja Arsyad, 1999:166. 2.1.5 Perencanaan Pembangunan Perencanaan pembangunan sebagai upaya yang dilakukan oleh sebuah institusi publik untuk membuat arah kebijakan pembangunan yang harus dilakukan di sebuah wilayah baik negara maupun daerah dengan didasarkan pada keunggulan dan kelemahan yang dimiliki oleh wilayah tersebut. Artinya dalam proses perencanaan, lembaga perencanaan wajib memperhatikan kondisi sosial budaya, ekonomi, keamanan serta kualitas sumber daya yang ada di wilayah tersebut Widodo, 2006. Bagi perencanaan pembangunan masalah yang perlu dipikirkan adalah bagaimana mencapai angka pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi dan angka pemerataan ekonomi juga tetap di jaga baik Soekartawi, 1996. Rumayar 2009, Perencanaan pembangunan memiliki ciri khusus yang bersifat usaha pencapaian tujuan pembangunan tertentu. Adapun ciri yang dimaksud antara lain: a. Perencanaan yang isinya upaya-upaya untuk mencapai perkembangan ekonomi yang kuat dapat tercermin dengan terjadinya pertumbuhan ekonomi positif. b. Ada upaya untuk meningkatkan pendapatan perkapita masyarakat. c. Upaya melakukan struktur perekonomian. d. Mempunyai tujuan meningkatkan kesempatan kerja e. Adanya pemerataan pembangunan. 2.1.6 Teori Basis Ekonomi Economic Base Theory Teori basis ekspor murni pertama kali dikembangkan oleh Tiebout.Dalam perekonomian regional teori ini membagi kegiatan jenis pekerjaan yang terdapat di dalam suatu wilayah atas dua sektor yaitu sektor basis dan non basis. Aktivitas sektor basis menentukan pembangunan seluruh daerah, sedangkan aktifitas sektor non basis tergantung dalam perkembangan yang terjadi di pembangunan menyeruh tersebut. Menurut Richardson 1977:14, menyatakan bahwa analisis basis ekonomi merupakan berkenaan dengan identifikasi pendapatan basis. Teori basis ekonomi merupakan faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi dalam suatu daerah berhubungan langsung dengan permintaan akan barangjasa dari luar daerah Arsyad, 1999:300. Jika bertambahnya kegiatan basis dalam suatu wilayah akan menambah arus pendapatan ke dalam wilayah yang bersangkutan dan menambah permintaan terhadap barang dan jasa didalam wilayah tersebut, sehingga menimbulkan kenaikan volume kegiatan non basis. Sedangkan jika berkurangnya aktivitas basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan mengalir ke dalam suatu wilayah, sehingga menyebabkan turunnya permintaan produk dari aktivitas non basis. 2.1.7 Konsep Klassen Typology Klassen menganggap daerah sebagai mikrokosmos yang diskrit, yaitu daerah ekonomi yang dapat dipahami dengan melalui studi tentang besaran-besaran ekonominya. Dengan menggunakan pendapatan, Klassen mengajukan suatu teknik sederhana yaitu dengan membandingkan tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan suatu daerah tertentu dengan tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan nasional. Kemajuan dan pertumbuhan ekonomi setiap wilayah masing-masing berbeda. Dimana ada wilayah yang mampu memacu kegiatan ekonominya sehingga dapat tumbuh pesat. Namun di sisi lain ada pula wilayah yang tak dapat berbuat banyak sehingga siklus ekonominya stagnan di satu titik atau bahkan tumbuh negatif. Untuk dapat membandingkan tingkat kemajuan suatu wilayah dengan wilayah lain dalam suatu lingkup referensi yang sama, maka dapat digunakan Tipology Klassen sebagai alat analisis. Menurut Leo Klassen 1965, analisis ini digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipology Klassen melakukan pengolompokan wilayah berdasarkan dua karakteristik yang dimiliki wilayah tersebut yaitu PDRB perkapita dan laju pertumbuhan ekonomi Syafrizal, 1997: 27-38 dan Kuncoro dan Aswandi, 2002: 27-45. Klasifikasi pertumbuhan masing-masing wilayah ada empat dengan menggunakan alat analisis ini sebagai berikut: a. Kuadran I Daerah yang cepat maju dan cepat tumbuh high growth and high income merupakan daerah yang memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi dan pendapatan perkapita yang lebih tinggi dibanding rata-rata. b. Kuadran II Daerah maju tetapi tertekan low growth but high income merupakan daerah yang memiliki pertumbuhan ekonominya lebih rendah tetapi pendapatan perkapita lebih tinggi dibanding rata-rata. c. Kuadran III Daerah yang berkembang cepat high growth but low income merupakan daerah dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi tetapi pendapatan perkapitanya lebih rendah dibanding rata-rata. d. Kuadran IV Daerah relatif tertinggal low growth and low income merupakan daerah yang pertumbuhan ekonomi maupun pendapatan perkapitanya lebih rendah dibanding rata-rata. 2.1.8 Produk Domestik Regional Bruto PDRB Produk Domestik Regional Bruto PDRB menggambarkan kemampuan suatu wilayah untuk menciptakan output nilai tambah pada suatu waktu tertentu. BPS 2014. Dalam publikasi ini PDRB disajikan dari sisi pendekatan sektoral.PDRB dari sisi sektoral merupakan penjumlahan seluruh komponen nilai tambah bruto yang mampu di ciptakan oleh sektor-sektor ekonomi atas berbagai aktivitas produksinya. Produk domestik regional bruto PDRB dibedakan menjadi dua versi penilaian yaitu atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. Harga berlaku adalah nilai barang dan jasa yang dihasilkan menggunakan harga pada tahun berjalan, sedangkan harga konstan adalah penilaian barang dan jasa dihitung berdasarkan kepada harga satu tahun dasar tertentu. Laju pertumbuhan PDRB diperoleh dari perhitungan PDRB atas dasar harga konstan. Diperoleh dengan cara mengurangi PDRB pada tahun ke-n terhadap nilai pada tahun ke n-1 tahun sebelumnya, dibagi dengan nilai pada tahun ke n-1, kemudian dikalikan dengan 100 persen. Pertumbuhan PDRB yang sangat cepat mempunyai manfaat yang cukup besar bagi perkembangan ekonomi daerah. Manfaat perhitungan PDRB antara lain Partadiredja, 1994:12 : a. Mengetahui struktur dan susunan pereknomian dari suatu daerah artinya bahwa dari perhitungan PDRB dapat diketahui apakah suatu daerah merupakan daerah pertanian atau industri, perdagangan dan jasa. Dengan dasar perhitungan tersebut dapat pula diketahui ke arah mana suatu perekonomian daerah bergerak dan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai suatu yang ditargetkan dalam suatu program pembangunan. Hal ini tergantung pada angka-angka yang telah diambil sehingga maupun memberikan kesimpulan yang benar. b. Membandingkan perekonomian dari waktu ke waktu artinya bahwa dalam perhitungan PDRB angka yang dicantumkan merupakan kumpulan angka-angka selama jangka waktu tertentu biasanya satu tahun, membandingkan PDRB dari ketahun. c. Membandingkan perekonomian antara daerah, perhitungan PDRB dapat pula digunakan oleh pemerintah untuk mengambil kebijaksanaan dalam menentukan perioritas pembangunan daerah dengan daerah lainnya. d. Merumuskan kebijaksanaan pemerintah, didalam perhitungan PDRB angka yang dicatat merupakan angka yang berguna pula untuk membantu dan merumuskan kebijaksanaan pemerintah daerah. Dengan mengetahui besarnya PDRB dapat pula ditentukan tingkat pertumbuhan ekonomi yang telah ditargetkan di dalam program pembangunan sebelumnya dan bagaimana komposisinya pada tiap-tiap sektor ekonomi.

2.2 Tinjauan Hasil Penelitian Sebelumnya

Dokumen yang terkait

Analisis deskriptif sektor ekonomi potensial guna peningkatan pengembangan wilayah kabupaten Nganjuk

0 7 72

ANALISIS PENGEMBANGAN SEKTOR EKONOMI POTENSIAL GUNA MENGUATKAN DAYA SAING DAERAH DI KABUPATEN JEMBER

0 18 33

Analisis Pengembangan Sektor Ekonomi Potensial Guna Menguatkan Daya Saing Daerah di Kabupaten Jember

0 24 8

ANALISIS PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL DAN PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM MENINGKATKAN PEMBANGUNAN WILAYAH DI KABUPATEN BONDOWOSO

0 15 19

Analisis Tipologi dan Sektor Potensial Dalam Pengembangan Ekonomi Wilayah Kecamatan di Kabupaten Jember (Tipology Analysis and Sector Potential In Regional Economic Development of Jember District)

2 17 9

Analisis potensi sektoral Kabupaten/Kota di wilayah III Cirebon Tahun 2006-2012

0 5 168

ANALISIS PENGEMBANGAN WILAYAH DAN SEKTOR POTENSIAL TERHADAP PEMBANGUNAN DI KABUPATEN BOYOLALI Analisis Pengembangan Wilayah Dan Sektor Potensial Terhadap Pembangunan Di Kabupaten Boyolali Tahun 2011-2015.

0 2 13

PERGESERAN STRUKTUR EKONOMI DAN IDENTIFIKASI SEKTOR POTENSIAL WILAYAH Pergeseran Struktur Ekonomi dan Identifikasi Sektor Potensial Wilayah Pengembangan di Kabupaten Klaten Tahun 2009-2013.

0 4 19

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN JEPARA Analisis Pertumbuhan Ekonomi Dan Pengembangan Sektor Potensial Di Kabupaten Jepara (Pendekatan Model Basis Ekonomi) (1995-2010).

0 3 15

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BOYOLALI ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL DI KABUPATEN BOYOLALI TAHUN 2005 -2009.

0 0 12