Universitas Sumatera Utara
Article X :
1. Each Party shall in exercising its national sovereignty have the right to withdraw from the Treaty if it decides that extraordinary events, related to
the subject matter of this Treaty, have jeopardized the supreme interests of its country. It shall give notice of such withdrawal to all other Parties to
the Treaty and to the United Nations Security Council three months in advance. Such notice shall include a statement of the extraordinary events
it regards as having jeopardized its supreme interests.
2. Twenty-five years after the entry into force of the Treaty, a conference shall be convened to decide whether the Treaty shall continue in force
indefinitely, or shall be extended for an additional fixed period or periods. This decision shall be taken by a majority of the Parties to the Treaty.
Pada pasal 10 ini dijelaskan mengenai hak negara untuk bisa keluar dari perjanjian ini dengan apabila isu stabilitas keamanan negara mereka terancam dan
memperbolehkan sebuah negara untuk mundur dari perjanjian jika terjadi hal-hal penting, yang berhubungan dengan subjek perjanjian ini, telah mengacaukan
kepentingan utama negara tersebut dengan memberikan pemberitahuan 3 bulan sebelumnya. Dan negara tersebut harus memberikan alasannya keluar dari
perjanjian ini.
C. Implikasi Perjanjian Proliferasi Nuklir terhadap Negara yang menandatangani.
Universitas Sumatera Utara Negara-negara
yang berkomitmen
untuk mengikuti
perjanjian nonproliferasi nuklir harus bersedia mematuhi aturan-aturan yang diterapkan oleh
NPT, termasuk juga aturan yang ditetapkan oleh IAEA mengenai nuklir, dan harus bersedia menerima akibatnya apabila perjanjian ini dilanggar. NPT
menetapkan tiga pilar dasar
99
dari pembentukan perjanjian ini, dan diharapkan keseluruhan dari tiga pilar itu harus dipenuhi oleh setiap negara anggota
perjanjian. Aturan-aturan yang ada dalam NPT ini membuat rezim terhadap kepemilikan nuklir dan dalam rezim non-proliferasi nuklir internasional, prinsip
fundamental yang dianutnya adalah bahwa penyebaran senjata nuklir dianggap berbahaya, dan Norma yang diterapkan adalah bahwa negara-negara anggota di
dalamnya tidak boleh menunjukkan perilaku yang bertujuan mamfasilitasi penyebaran nuklir. Aturan yang diterapkan seperti pada NPT juga jelas bahwa
secara garis besar suatu negara dilarang mengembangkan senjata nuklir. Selanjutnya yaitu mengenai proses pengambilan keputusan pada rezim nuklir ini
dapat dilihat melalui NPT yang terdapat konsensus negara-negara anggotanya dalam proses pengambilan keputusan.
Dalam perjanjian nonproliferasi ini negara terbagi menjadi dua status dalam hal kepemilikan dan pengembangan teknologi nuklir, yaitu NWS dan
NNWS, dimana NWS adalah negara yang diperbolehkan untuk memiliki senjata nuklir, namun dilarang untuk mengembangkan teknologi nya untuk kepentingan
militer, dan negara NNWS dilarang untuk memulai proyek pengembangan teknologi nuklir untuk kepentingan militer. Negara NWS diperbolehkan untuk
memiliki senjata nuklir karenan menyandang status anggota tetap dewan
99
Koesrianti. Op.cit hlm 5
Universitas Sumatera Utara keamanan PBB dan dianggap sebagai yang berperan dalam status keamanan
dunia. Perjanjian nonproliferasi nuklir ini membatasi terhadap kepemilikan dan pengembangan teknologi nuklir negara anggota nya, membatasi disini maksudnya
adalah bukan menjadi diskriminasi terhadap suatu negara dimana dilarang untuk menggunakan teknologi nuklir, namun untuk membatasi penggunaan nuklir hanya
untuk kepentingan damai saja dan tidak boleh mengembangkan nuklir untuk kepentingan militer atau senjata nuklir. Walaupun dalam perjanjian nonproliferasi
nuklir ini membagi negara menjadi dua status
100
yang seolah-olah terlihat seperti diskriminasi, namun hal ini diperlukan untuk menjaga stabilitas keamanan dunia,
agar tidak terjadi lagi kejadian seperti pada tahun 1945 silam
101
.
Perjanjian nonproliferasi nuklir berpengaruh terhadap negara-negara anggotanya dalam menjalankan program riset maupun pengembangan teknologi
nuklirnya, seperti memperluas peran IAEA dalam melakukan inspeksi terhadap negara-negara anggota perjanjian, hal ini memungkinkan untuk memudahkan
IAEA masuk kedalam suatu negara untuk memeriksa program nuklir mereka, dan negara anggota juga harus melaporkan program nuklir mereka secara berkala
kepada IAEA. Hal penting dalam perjanjian ini menyangkut dengan keamanan dunia internasional karena berkaitan dengan pengembangan senjata dan teknologi
nuklir serta keikutsertaan negara-negara pihak yang menandatangani perjanjian ini memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap konsistensi mereka dalam
menjaga perdamaian dunia
102
. Perjanjian nonproliferasi nuklir NPT sendiri
100
Dua status yang dimaksud adalan Nuclear weapon states dan Non-Nuclear Weapon States
101
Kejadian pengemboman Hiroshima dan Nagasaki oleh Amerika serikat pada bulan agustus tahun 1945 yang mengakhiri perang dunia ke-2
102
Universitas Sumatera Utara ditinjau melalui konferensi yang diselenggarakan setiap lima tahun sejak
perjanjian mulai berlaku pada tahun 1970. Setiap konferensi peninjauan NPT telah berupaya untuk menemukan kesepakatan mengenai deklarasi akhir yang
akan dapat memberikan penilaian tentang pelaksanaan ketentuan yang ada dalam NPT dan membuat rekomendasi tentang langkah-langkah untuk lebih
memperkuatnya. Pengaruh perjanjian nonproliferasi nuklir bagi negara anggotanya secara keseluruhan adalah
103
:
1. Membatasi penggunaan teknologi nuklir hanya untuk kepentingan
damai saja 2.
Melarang penyebaran teknologi nuklir jika digunakan untuk kepentingan militer atau senjata
3. Melarang negara pemilik senjata nuklir untuk membantu negara non
pemilik senjata nuklir untuk mengembangkan senjata nuklir 4.
Melarang negara pemilik senjata nuklir untuk memodernisasi senjata nuklirnya
5. Memberikan jalan mudah bagi IAEA untuk melakukan inspeksi
program teknologi nuklir bagi negara anggota perjanjian 6.
Memudahkan negara anggotanya untuk bekerja sama dengan tiap negara anggota perjanjian untuk mengembangkan teknologi nuklir
selama digunakan untuk kepentingan damai.
103
Isi dari perjanjian NPT, terjemahan dari ―the treaty on the non-proliferation of nuclear weapons
‖ sebagaimana dimuat dalam http:www.un.orgenconfnpt2005npttreaty.html terakhir diakses pada tanggal 24 agustus 2015 pukul 19.00
Universitas Sumatera Utara 7.
Memberikan peluang bagi negara yang belum memiliki teknomogi nuklir untuk mengembangkan teknologi nuklirnya dengan bantuan-
bantuan negara anggota 8.
Memberikan peluang bagi negara anggota untuk keluar dari perjanjian apabila ada ketentuan-ketentuan yang dianggap tidak
sesuai dengan keadaan negaranya.
Negara-negara non nuklir di berbagai kawasan mulai menyadari perlunya ditempuh cara baru atau alternatif lain untuk mencegah proliferasi nuklir. Karena
itu, negara-negara non-nuklir ulai menjajaki kembali upaya pelucutan senjata nuklir regional, terutama melalui pembentukan Kawasan Bebas Senjata Nuklir
atau KBSN dan juga kawasan damai. Pembentukan KBSN dan kawasan damai diharapkan dapat menjadi salahsatu cara mencegah proliferasi senjata nuklir dan
menegakkan rezim non-proliferasi nuklir. Dan alasan lain meningkatnya minat negara untuk menciptakan KBSN atau kawasan denuklirisasi juga berasal dari
kenyataan pesatnya peningkatan penggunaan nuklir untuk tujuan damai dan adanya kemungkinan dan kekhawatiran bahwa teknologi nnuklir tersebut
digunakan untuk kepentingan militer
104
Mengingat semakin meluasnya penggunaan energy nuklir, dalam laporannya pada Sidang Majelis Umum PBB SMU-PBB ke-31 tahun 1976,
Sekjen PBB Kurt Waldheim menyatakan :
104
Dian Wirengjurut. Op.cit Hlm 17
Universitas Sumatera Utara “In this situation, where the danger of nuclear proliferation has increased,
it is essential that suppliers and rexeivers of nuclear installations apply the requisite
rules to prevent a proliferation of nuclear weapon technology”
Pembentukan kawasan bebas senjata nuklir dan kawasan damai ini bukan hanya ditujukan untuk mengurangi atau menghapuskan senjata nuklir, melainkan
juga untuk mencegah munculnya negara-negara nuklir baru dan mencegah negara adidaya. Karena itu sebagai bagian dari upaya pengawasan dan perlucutan senjata,
KBSN pada dasarnya merupakan bagian dari rezim nonproliferasi nuklir. Pembentukan rezim non-proliferasi nuklir ini dilakukan secara bertahap terutama
setelah kegagalan upaya serupa pada masa perang dunia II, antara lain melalui rencana Baruch Baruch Plan setelah berakhirnya perang untuk mengawasi dan
menghapuskan senjata nuklir
105
Dalam pasal VII traktat NPT menegaskan hak negara-negara untuk membuat traktat regional demi adanya jaminan total absence senjata-senjata
nuklir di masing-masing kawasan yang mana sesuai dengan pasal VII NPT yaitu: “Nothing in this Treaty affects the right of any group of States to conclude
regional treaties in order to assure the total absence of nuclear weapons in their respective territories”.
Mengingat dorongan untuk memiliki senjata nuklir dapat muncul karena pertimbangan situasi keamanan kawasan, pembentukan kawasan denuklirisasi
atau KBSN di berbagai kawasan di dunia merupakan asset dalam kerangka non-
105
Ibid;
Universitas Sumatera Utara proliferasi. Kawasan bebas senjata nuklir dan kawasan damai ini membutuhkan
adanya full-scope safeguards antara masing-masing negara dengan IAEA. Dengan cara ini negara-negara kawasan yang tidak menjadi pihak pada NPT dapat
memperoleh perlakuan yang sama dengan negara-negara pihak dalam kaitannya dengan penyediaan suplai nuklir
106
.
Perjanjian non-proliferasi tidak hanya berpengaruh terhadap negara yang menandatangani saja, melainkan juga kepada negara yang tidak ikut
menandatangani perjanjian tersebut, hal ini menunjukkan adanya kepedulian masyarakat dunia terhadap bahaya luar biasa yang dapat ditimbulkan oleh nuklir.
Pengaruh NPT terhadap negara yang menandatangani nya adalah terciptanya rezim nonproliferasi di negara tersebut, karena perlu nya pengawasan terhadap
nuklir secara intense.
106
Dian Wirengjurut Op.cit hlm 19
Universitas Sumatera Utara
BAB IV KEPEMILIKAN NUKLIR DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI
NUKLIR SESUAI DENGAN PERJANJIAN NONPROLIFERASI NUKLIR A.
Status kepemilikan dan pengembangan teknologi nuklir negara anggota perjanjian nonProliferasi nuklir
1. Nuclear Weapon State NWS
Dalam ketentuan perjanjian nonproliferasi nuklir, setiap negara anggota sepakat untuk membagi status negara kedalam dua kategori yaitu Nuclear Weapon
StatesNWS, dan Non-Nuclear Weapon State NNWS. Nuclear Weapon State adalah negara-negara yang diberi hak khusus untuk memiliki senjata nuklir,
namun NWS tidak dibenarkan untuk mengembangkan teknologi nuklir mereka lebih canggih dan tidak boleh sembarangan untuk melakukan uji ledak nuklir
sesuai dengan Comprehensive test ban treaty CTBT. Setiap negara anggota dalam perjanjian nonproliferasi nuklir ini setuju terhadap nonproliferasi nuklir
atau pembatasan kepemilikan nuklir. Negara yang menyandang status NWS adalah negara anggota dewan
keamanan PBB, negara tersebut diperbolehkan untuk memiliki senjata nuklir, dan negara tersebut dilarang untuk mengembangkan senjata nuklir nya dan juga
membantu negara lain untuk mengembangkan nuklir demi kepentingan militer. Negara yang menyandang status sebagai NWS adalah
107
: 1.
Amerika Serikat
107
“Daftar negara dengan senjata nuklir” sebagaimana dimuat dalam https:id.wikipedia.orgwikiDaftar_negara_dengan_senjata_nuklir diakses pada tanggal 24
agustus 2015 pukul 14.00
Universitas Sumatera Utara Amerika adalah negara yang diketahuin pertama kali mengembangkan
senjata nuklir pada masa perang dunia II, akibat dibayangi ketakutan didahuluin oleh Nazi Jerman pimpinan Hitler. Amerika juga menjadi
negara satu-satunya yang sampai saat ini pernah menggunakan bom nuklir terhadap negara lain. Pada 1945, dua bom nuklir milik Amerika
dijatuhkan di dua kota Jepang, Hiroshima dan Nagasaki. Dalam hal percobaan nuklir, Amerika telah melakukan 1.054 kali uji coba, dan
memiliki jangkauan ledakan sejauh 13.000 kilometer. Tes nuklir pertama dilakukan pada 1945, yang juga menjadi ledakan bom nuklir
pertama di dunia. Sementara uji coba nuklir yang mereka lakukan terakhir kali ada 1992. Setelah keberhasilan penggunaan bom nuklir
yang mereka jatuhkan di Jepang, Amerika pun terus mengembangkan senjata nuklir. Pada 1952, mereka berhasil mengembangkan bom
hydrogen, yang lalu disempurnakan dua tahun kemudian, dan sekarang Amerika memiliki 20 pusat pengembangan nuklir, dan
memiliki persediaan 5.113 bom nuklir. 2.
Rusia Setelah perang dunia II usai, Rusia mulai mengembangkan
persenjataan nuklir, dan melaukan uji cobanya yang pertama pada 1949 dengan tujuan utamanya adalah untuk menyeimbangkan
kekuatan selama perang dingin dengan Amerika. Setelah melakukan uji coba pertamanya, Rusia melakukan uji coba yang lain pada 1953
dan 1955 dengan melibatkan dua bom nuklir berdaya ledak tinggi, dan diikuti dengan uji coba yang lain pada tahun 1967 yang dikenal
Universitas Sumatera Utara dengan Tsar Bomba
108
yang memiliki daya ledak lebih dari 100 mega ton. Uji coba nuklir rusia Tsar Bomba ini merupakan uji coba nuklir
terbesar yang pernah ada, sementara uji coba nuklir terakhir terjadi pada 1992. Rusia merupakan negara kedua yang meledakkan bom
nuklir di dunia, setelah Amerika Serikat, pada tahun 1990, Rusia telah melakukan kurang lebih 715 uji coba bom nuklir, termasuk 969 uji
coba peralatan nuklir. Rusia juga pernah memiliki persediaan senjata nuklir terbanyak yang mencapai 41.000 unit, namun setelah dilucuti,
jumlah senjata nuklir yang dimiliki Rusia berjumlah sekitar 2.825 unit.
3. Inggris
Inggris melakukan uji coba nuklirnya yang pertama pada tahun 1952, dengan data penciptaan senjata nuklir yang sebagian besar diperoleh
dari hasil kerjasama dengan Amerika, ketika inggris pernah terlibat dalam Manhattan Project. Inggris melakukan pengembangan senjata
nuklir dengan tujuan utama untuk melawan Rusia secara independen. Inggris memiliki persediaan nuklir sejumlah 225 unit, dan melengkapi
sejumlah armada kapal dengan senjata nuklir. Pada tahun 1968, inggris menandatangani perjanjian untuk tidak mengembangkan lebih
lanjut mengenai proyek senjata nuklir dengan bergaabung dalam perjanjian Nuclear Non-Proliferation Treaty NPT. Inggris dan
amerika juga bekerjasama dalam bidang keamanan nuklir, hingga
108
Tsar Bomba yang berarti Kaisar Dari Segala Bom adalah sebuah bom nuklir yang diciptakan oleh negara Uni Soviet. Tsar Bomba adalah proyek dari pembuatan bom membutuhkan
waktu selama 15 minggu dan diuji coba pada tanggal 30 Oktober 1961. Bom ini diuji cobakan di sekitar Pulau Novaya Zemlya, Laut Artik
Universitas Sumatera Utara sejak awal tahun 1958 mengadakan persetujuan kerjasama di bidang
pertahanan Mutual Defence Agreement. Inggris juga pernah melakukan uji coba bom hydrogen dan uji coba nuklir terakhir
dilakukan pada tahun 1991 4.
Cina Cina melakukan uji coba nuklirnya yang pertama pada tahun 1964,
dan mengejutkan dinas intelijen di negara barat karena cina mendapat pengetahuan nuklirnya dai Rusia. Pada tahun 1967, Cina juga
diketahui melakukan uji coba bom hydrogen, dan melakukan uji coba terakhirnya pada tahun 1996. Cina memiliki persediaan nuklir kurang
lebih sebanyak 240 unit, dengan yang aktif mencapai 180 unit. Dengan persediaan bom nuklir yang banyak, cina merupakan satu-
satunya negara pemilik senjata nuklir yang memberikan jaminan kepada negara-negara yang tidak memiliki senjata nuklir, bahwa
mereka tidak akan menyerang negara tersebut, dan tidak akan meledakkan bom nuklir di zona bebas senjata nuklir, kapan pun dan
dalam kondisi apa pun. Sikap cina ini sesuai dengan kesepakatan tentang perjanjian nonproliferasi nuklir.
5. Prancis
Perancis pertama kali membuat bom nukir pada tahun 1958, ketika dibawah pemerintahan Charles de Gaulle dan kemudian dilakukan
percobaan pada tahun 1960 dan delapan tahun kemudian, Pada tahun 1968, Perancis melakukan percobaan bom nuklir yang bersifat Fusion
Universitas Sumatera Utara Bom
109
. Selain Fusion Bom, prancis juga mengembangkan bom hydrogen yang di ujicoba juga pada tahun itu. Hingga saat ini, prancis
telah melakukan lebih dari 200 percobaan uji coba bom nuklir dan yang terakhir terjadi pada tahun 1995. Setelah perang dingin usai
Perancis telah melucuti 175 hulu ledak dan mengurangi modernisasi persenjataannya yang kini telah berevolusi ke sistem dual berdasarkan
rudal kapal selam balistik SLBM dan jarak menengah udara-ke- permukaan rudal Rafale fighter- pembom. Namun senjata nuklir
jenis baru masih dalam pengembangan oleh prancis saat perang dingin usai dan pasukan skuadron nuklir telah dilatih selama operasi
Enduring Freedom of Afghanistan
110
. Presiden Jacques Chirac menyatakan aksi teroris atau penggunaan senjata pemusnah massal
melawan Prancis akan menghasilkan serangan balik nuklir. Dengan persediaan nuklir yang cukup banyak, prancis bergabung kedalam
anggota Nuclear Non-Proliferation Treaty NPT untuk setuju agar tidak mengembangkan Nuklir untuk kepentingan militer dan
menandatangani Traktat Non-Proliferasi Nuklir pada tahun 1992 pada bulan Januari 2006. Pada bulan Februari 2015, Presiden Francois
109
Senjata jenis ini disebut senjata termonuklir atau bom hidrogen disingkat sebagai bom-H, karena tipe ini didasari proses fusi nuklir yang menggabungkan isotop-isotop hidrogen
deuterium dan tritium. Meski, semua senjata tipe ini mendapatkan kebanyakan energinya dari proses fisi termasuk fisi yang dihasilkan karena induksi neutron dari hasil reaksi fusi. Tidak
seperti tipe senjata fisi, senjata fusi tidak memiliki batasan besarnya energy yang dapat dihasilkan dari sebuah sejata termonuklir.
110
Perang Afganistan dimulai pada Oktober 2001. Setelah serangan WTC 11 September, Amerika Serikat memulai kampanye Perang Melawan Terorisme mereka di Afganistan, dengan
tujuan menggulingkan kekuasaan Taliban yang dituduh melindungi al-Qaeda, serta untuk menangkap Osama bin Laden. Aliansi Utara Afganistan menyediakan mayoritas pasukan, dengan
dukungan dari Amerika Serikat dan negara-negara NATO antara lain Britania Raya, Perancis, Belanda, dan Australia. Nama kode yang diberikan oleh Amerika Serikat untuk konflik ini adalah
Operasi Kebebasan Abadi Operation Enduring Freedom
Universitas Sumatera Utara Hollande menekankan perlunya pencegahan nuklir di dunia, dia juga
mengatakan kalau Perancis sekarang memiliki kurang dari 300 hulu ledak nuklir, tiga set 16 kapal selam yang bisa meluncurkan rudal
balistik dan 54 rudal udara jarak menengah, prancis begitu transparan mengenai kepemilikan senjata nya, dan mereka mendesak negara-
negara lain untuk menunjukkan transparansi serupa
111
. Negara yang dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir sesuai dengan
perjanjian nonproliferasi adalah ke-lima negara tersebut, alasan mengapa ke-lima negara tersebut dibenarkan untuk memiliki nuklir karena negara-negara tersebut
merupakan anggota tetap dewan keamanan PBB, dan hanya mereka lah yang dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir demi kepentingan keamanan dunia.
walaupun hanya ke-5 negara tersebut yang dibenarkan untuk memiliki senjata nuklir, ada beberapa negara di dunia ini yang memiliki dan terbukti memiliki
senjata nuklir walaupun menyangkalnya, negara tersebut adalah
112
: 1.
Korea Utara Korea utara dahulunya merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi
Nuklir tetapi kemudian menarik diri pada 10 Januari 2003. Pada Februari 2005 Korea Utara mengklaim telah memiliki sejumlah
senjata nuklir aktif, walaupun diragukan sejumlah ahli karena Korea Utara kurang dalam melakukan uji coba. Pada Oktober 2006, Korea
Utara mengatakan seiring dengan tekanan oleh Amerika Serikat, akan
111
―Francois Hollande: Perancis Memiliki Sekitar 300 Hulu Ledak Nuklir‖ sebagaimana dimuat
dalam berita
elektronik eramuslim,
diakses melalui
http:www.eramuslim.comberitafrancois-hollande-perancis-memiliki-sekitar-300-hulu-ledak- nuklir.htm.VeVzi_mqqko terakhir diakses pada tanggal 31 Agustus 2015 pukul 16.00
112
https:id.wikipedia.orgwikiDaftar_negara_dengan_senjata_nuklir. Loc.cit
Universitas Sumatera Utara mengadakan sejumlah uji coba nuklir sebagai konfirmasi atas status
nuklirnya. Korea Utara melaporkan sebuah uji coba nuklir yang sukses pada 9 Oktober 2006. Kebanyakan pejabat intelejensi AS
mempercayai bahwa sebuah uji coba nuklir telah dilangsungkan seiring dengan dideteksinya isotop radioaktif oleh angkatan udara AS,
akan tetapi kebanyakan pejabat setuju bahwa uji coba tersebut kemungkinan hanya mengalami sedikit keberhasilan, dikarenakan
daya ledaknya yang hanya berkisar kurang dari 1 kiloton 2.
India India tidak pernah menjadi anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir.
India menguji coba sebuah alat nuklir damai, sebagaimana digambarkan oleh pemerintah India pada 1974 uji coba pertama yang
dikembangkan setelah pendirian NPT, menjadi pertanyaan baru tentang bagaimana sebuah teknologi nuklir sipil dapat diselewengkan
untuk kepentingan persenjataan. Motivasi utamanya diperkirakan adalah untuk melawan NATO
113
. India kemudian menguji coba hulu ledak nuklirnya pada 1998 yang disebut dengan Operasi Shakti
114
, termasuk sebuah alat termonuklir walaupun kesuksesan termonuklir
tersebut masih diragukan. Pada Juli 2005, India secara resmi diakui oleh Amerika Serikat sebagai sebuah negara dengan teknologi nuklir
113
Pakta Pertahanan Atlantik Utara adalah sebuah organisasi internasional untuk keamanan bersama yang didirikan pada tahun 1949, sebagai bentuk dukungan terhadap
Persetujuan Atlantik Utara yang ditanda tangani di Washington, DC pada 4 April 1949.
114
Pada akhir 80-an, diketahui India memiliki 24 hulu ledak nuklir yang dapat dikirimkan melalui udara. Pada tahun 1998, beberapa hulu ledak nuklir diuji coba dalam sebuah operasi yang
disebut Shakti
Universitas Sumatera Utara maju yang bertanggungjawab dan setuju untuk melakukan kerjasama
nuklir di antara kedua negara.
115
3. Pakistan
Pakistan bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir. Pakistan selama beberapa dekade secara diam-diam mengembangkan
senjata nuklirnya dimulai pada akhir 1970-an. Pakistan pertama kali berkembang menjadi negara nuklir setelah pembangunan reaktor
nuklir pertamanya di dekat Karachi dengan peralatan dan bahan yang disediakan oleh negara-negara barat pada awal 1970-an. Setelah uji
coba senjata nuklir India, Pakistan secara bertahap memulai program pengembangan senjata nuklirnya dan secara rahasia membangun
fasilitas nuklirnya kebanyakan berada di bawah tanah dekat ibu kota Islamabad. Banyak spekulasi yang menyatakan Pakistan telah
memiliki kemampuan senjata nuklir pada akhir 1980-an. Hal tersebut masih bersifat spekulatif sampai pada 1998 ketika Pakistan melakukan
uji coba pertamanya di Chagai Hills, beberapa hari setelah India melakukan uji cobanya
4. Israel
Israel bukan merupakan anggota Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dan menolak untuk mengkonfirmasi atau menyangkal memiliki senjata
nuklir, atau mengembangkan program senjata nuklir. Walaupun Israel mengklaim Pusat Riset Nuklir Negev dekat Dimona adalah sebuah
reaktor penelitian, tetapi tidak ada hasil pekerjaan ilmuwan yang
115
Carnegie Endowment for International Peace, Proliferation Analysis: A Nuclear Triumph for India
Universitas Sumatera Utara bekerja disana yang dipublikasikan. Informasi mengenai program di
Dimona dibeberkan oleh teknisi Mordechai Vanunu pada 1986. Analisis gambar mengidentifikasi bunker senjata, peluncur misil
bergerak, dan situs peluncuran pada foto satelit. Badan Tenaga Atom Internasional mempercayai Israel memiliki senjata nuklir. Israel
mungkin telah melakukan sebuah uji coba senjata nuklir dengan Afrika Selatan pada 1979, tetapi hal ini belum dikonfirmasikan.
Menurut Natural Resources Defense Council dan Federasi Ilmuwan Amerika, Israel memiliki sekitar 75-200 senjata.
Cadangan hulu ledak nuklir di dunia tercatat turun menjadi 15.850, kebanyakan karena kebijakan Amerika Serikat dan Rusia
116
. Temuan tersebut diumumkan oleh lembaga penelitian asal Swedia, Stockholm Peace Research
Institute SIPRI
117
. Namun begitu SIPRI juga mengklaim kedua negara adidaya dan tujuh negara lain yang memiliki senjata nuklir terus memodernisasi alat
perangnya, yang secara nyata menjadi kegagalan Nuclear Non-Proliferation Treaty dalam menjalankan rezimnya untuk membatasi kepemilikan nuklir dan
membatasi negara pemilik senjata nuklir untuk memodernisasi senjatanya.
2. Non-Nuclear Weapon States NNWS
Non-Nuclear Weapon States dalam perjanjian Nonproliferasi nuklir adalah negara yang menyandang status untuk boleh memiliki nuklir namun hanya
116
“Remajakan Senjata Nuklir, Negara Adidaya Waspadai Perang Terbuka” sebagaimana dimuat dalam http:www.dw.comidremajakan-senjata-nuklir-negara-adidaya-
waspadai-perang-terbukaa-18517525 diakses pada tanggal 26 agustus 2015 pukul 13.00
117
Stockholm International Peace Research Institute SIPRI adalah lembaga independen internasional di Swedia yang didedikasikan untuk penelitian konflik, persenjataan, pengawasan
senjata dan perlucutan senjata. Didirikan pada 6 Mei 1966, SIPRI memberikan data, analisis dan rekomendasi, berdasarkan sumber umum, untuk pembuat kebijakan, peneliti, media dan menarik
masyarakat
Universitas Sumatera Utara sebatas untuk kepentingan damai saja, dan tidak boleh memiliki senjata nuklir
ataupun proyek nuklir manapun yang bisa berujung terhadap pemakaian senjata nuklir. NNWS dalam perjanjian nonproliferasi nuklir hanya dibenarkan untuk
memiliki nuklir demi kepentingan damai, dan apabila ternyata diketahui memiliki senjat nuklir atau mengembangkan proyek senajata nuklir, maka bisa dikenakan
sanksi sesuai dengan perjanjian yang telah disepakati. Proyek pengembangan nuklir NNWS diawasi oleh Badan Atom Internasional atau International atomic
Energy Agency IAEA, yang mana IAEA berperan sebagai sebuah forum antar pemerintah an intergovernmental forum untuk keilmuan dan kerjasama teknik
dalam pemanfaatan secara damai teknologi nuklir di seluruh dunia. Dengan tujuan untuk mewujudkan perdamaian internasional dan keamanan serta untuk
mewujudkan tujuan- tujuan millenium Dunia the World’s Millennium Goals
bidang sosial, ekonomi, dan peningkatan kualitas lingkungan. Peran IAEA dalam kesepakatan perjanjian nonproilferasi nuklir adalah sebagai tindak lanjut Traktat
NPT didasarkan pada dua perangkat hukum yaitu perjanjian keselamatan comprehensive Comprehensive Safeguard Agreement dan Protokol Tambahan
Additional Protocols dan cara-cara lainnya seperti Small Quantities Protocol SQP. pengamanan berupa tindakan-tindakan independen IAEA dengan
membuat sebuah verifikasi yang didasarkan pada pernyataan yang dibuat oleh negara-negara anggota tentang bahan-bahan nuklir yang dimiliki negaranya dan
kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengannya NNWS juga diharuskan unuk menandatangani protocol tambahan yang
berfungsi memudahkan IAEA untuk masuk kedalam negaranya untuk melakukan inspeksi terhadap proyek pengembangan nuklir yang dikembangkan oleh NNWS
Universitas Sumatera Utara tersebut, protocol tambahan ini dibuat karena insiden Irak yang ternyata
mengembangkan senjata nuklir secara diam-diam dimana Irak telah menjadi negara peserta Traktat NPT pada tahun 1970 sebagai NNWS dan telah
menandatangani safeguard agreement dengan IAEA seperti yang diharuskan oleh Traktat. Oleh karena itu, Irak dianggap tetap pada komitmennya sebagai NNWS.
Peran IAEA adalah hanya lembaga yang melakukan verifikasi semata-mata atas laporan dari Irak tentang bahan nuklir dan instalasi yang dimilikinya. Jadi,
meskipun selama ini seluruh instalasi nuklir di Irak selalu diumumkan dan dilaporkan ke IAEA ternyata sejak awal tahun 1990-an diketahui bahwa Irak telah
mengembangkan program senjata nuklir secara diam-diam. Pada kasus Irak, kesalahan terdapat pada masalah bahwa sistem verifikasi
karena seharusnya tidak selalu menganggap benar semua hal yang dilaporkan oleh negara anggota Traktat. Dengan kata lain, IAEA pada saat itu percaya penuh
terhadap laporan yang dibuat oleh Irak tentang bahan nuklir dan instalasinya. Padahal arti penting dari sistem verifikasi justru terletak pada tindakan lanjutan
untuk mendeteksi apakah sebuah negara mencoba memanfaatkan kelemahan sistem ini untuk melakukan kegiatan yang tidak dilaporkan. Untuk mengatasi
kelemahan ini, maka pada tahun 1997 diadopsi Protokol Tambahan NPT Additional Protocol NPT. Protokol Tambahan ini memberikan tim pengawas
IAEA kewenangan yang lebih besar atas ruang lingkup dan akses informasi yang berkaitan dengan instalasi nuklir negara peserta Traktat. Lebih lanjut, praktek di
Irak ini telah menyadarkan bahwa IAEA perlu melaksanakan tindakan-tindakan lanjutan untuk meningkatkan pendeteksian dini terhadap program senjata nuklir di
suatu negara. Tindakan lanjutan tersebut meliputi akses atas informasi yang
Universitas Sumatera Utara berkenaan dengan peredaran bahan bakar nuklir dan lokasinya, dan tindakan
teknis lainnya, misalnya pengambilan sample lingkungan environmental sampling.
B. Hak dan kewajiban negara anggota perjanjian Non-proliferasi Nuklir