Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kerangka Pemikiran

B. Rumusan Masalah

Pertanyaan mendasar yang menjadi acuan dalam penelitian ini adalah: Apa tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation dan bagaimana perannya di Indonesia?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis tujuan Jepang mendirikan the Japan Foundation sebagai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia dan program-program the Japan Foundation yang menjadi bagian dari diplomasi kebudayaan di Indonesia.

D. Kerangka Pemikiran

Dalam skripsi ini, penulis menganalisis keberadaan the Japan Foundation sebagai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia. Untuk menganalisis hal tersebut, penulis menggunakan konsep diplomasi, diplomasi kebudayaan, politik luar negeri dan kepentingan nasional. Konsep adalah kata yang menggambarkan suatu gagasan, klarifikasi, atau memperkenalkan suatu sudut pandang dan mengamati suatu fenomena yang empiris. Konsep dalam ilmu sosial adalah bersifat objek seperti orang, kelompok, negara, atau organisasi internasional. 21 Diplomasi Menurut the Oxford English Dictionary diplomasi adalah manajemen hubungan internasional melalui negosiasi yang erat kaitannya dengan politik internasional, yaitu seni mengedepankan kepentingan suatu negara dalam hubungannya dengan negara lain. 22 Diplomasi menurut Geoff Berridge dan Alan James adalah penyelenggaraan hubungan antara negara-negara yag berdaulat 21 Mohtar Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, Jakarta: LP3ES, 1990, h. 94- 95. 22 SL, Roy, Diplomacy, h. 2. melalui diplomat untuk mempromosikan negosiasi internasional. 23 Dari dua pengertian tersebut, dapat disimpulkan diplomasi adalah negosiasi yang dilakukan aktor-aktor internasional untuk menyelesaikan permasalahan nasional atau internasional dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri. Terdapat dua bentuk diplomasi secara spesifik, yaitu first track diplomacy, adalah sebuah komunikasi yang bersifat resmi dan rahasia dalam menyelesaikan konflik dengan negara lain, yang dilakukan oleh pemerintah dengan pemerintah goverment to goverment. 24 Kemudian second track diplomacy yaitu upaya negosiasi dalam penyelesaian konflik antarnegara yang dilakukan oleh organisasi non-pemerintah non-govermental organozations NGOs atau masyarakat dengan masyarakat people to people. 25 Dalam tulisan ini penulis menggunakan second track diplomacy , yaitu organisasi yang tidak melibatkan pemerintah yang bersifat independen, untuk mencapai kepentingan dan tujuan berpengaruh terhadap negara. Tujuan utama diplomasi yang efektif adalah untuk menjamin keuntungan negara sendiri, demi kepentingan nasionalnya untuk memelihara keamanan. Selain itu, untuk memajukan ekonomi perdagangan dan kepentingan komersial perlindungan warga negara sendiri di negara lain, mengembangkan kebudayaan dan ideologi, meningkatkan prestasi nasional, dan mempererat persahabatan dengan negara lain. Tujuan politik yang mendasar dari diplomasi adalah untuk 23 Geoff Berridge and Alan James, A Dictinory of Diplomacy, Second Edition, New York: Palgrave Macmillan, 2003, h. 69- 70. 24 Diakses dari http:www.beyondintractability.orgessaytrack1_diplomacy, pada 15 Maret 2010, pukul 18.00. 25 Geoff Berridge and Alan James, h. 260. mencapai tujuan-tujuannya secara damai, tetapi apabila hal tersebut tidak memungkinkan, maka tindakan-tindakan lain seperti perang, diperbolehkan. 26 Diplomasi Kebudayaan Diplomasi sangat erat kaitannya dengan hubungan internasional. Hal ini disebabkan karena diplomasi merupakan instrumen yang digunakan oleh negara- negara untuk melaksanakan politik luar negeri agar mencapai kepentingan nasionalnya. Dengan kata lain, diplomasi merupakan alat untuk melaksanakan hubungan internasional. Secara konvensional, pengertian diplomasi adalah usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasional di kalangan internasional. 27 Dalam hal ini diplomasi tidak hanya diartikan sebagai perundingan melainkan semua upaya hubungan luar negeri. Begitu pula dengan diplomasi kebudayaan, diplomasi kebudayaan dapat diartikan sebagai usaha suatu negara untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan, baik secara mikro seperti pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga, dan kesenian. Sedangkan secara makro sesuai dengan ciri khas utama. Misalnya propaganda. Kegiatan diplomasi kebudayaan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah, melainkan oleh lembaga-lembaga seperti LSM Lembaga Swadaya Masyarakat. Diplomasi kebudayaan dapat dilakukan oleh kelompok, masyarakat, individu- individu, termasuk warga negara. Dilihat pada skema berikut ini, 26 SL, Roy, Diplomacy, h. 9-10. 27 Tulus Warsito Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak, 2007, h. 2. Gambar I.1 Skema Pelaku dan Sasaran Diplomasi Kebudayaan Sumber: TulusWarsito Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak, 2007. Keterangan: Diplomasi kebudayaan dilakukan oleh pemerintah maupun non-pemerintah, dan sasaran utamanya adalah masyarakat suatu negara bukan semata-mata langsung kepada pemerintah dengan tujuan kepentingan nasional. 28 Diplomasi kebudayaan dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu diplomasi kebudayaan makro dan diplomasi kebudayaan mikro. 29 Diplomasi kebudayaan makro, menurut pengertian umum adalah segala hasil dan upaya budidaya manusia terhadap lingkungan dapat diartikan kebudayaan sebagai keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang kemudian dapat dipelajari untuk memperjuangkan kepentingan nasionalnya melalui dimensi kebudayaan. 30 Sedangkan diplomasi kebudayaan mikro merupakan hasil dari diplomasi kebudayaan makro, berupa pendidikan, ilmu pengetahuan, olahraga dan kesenian. Diplomasi kebudayaan, dapat dipakai oleh semua masyarakat resmi atau tidak resmi, melalui pemerintah atau pun non pemerintah terhadap negara yang dituju. 31 Melalui sarana yang relatif mudah dan efektif dalam menciptakan opini masyarakat dunia terhadap kepentingan nasional, seperti melalui propaganda yang 28 Ibid, h. 17. 29 Ibid, h. 3. 30 Ibid , h. 19. 31 Ibid, h. 71. Pemerintah Kekuatan Nasional Pemerintah Kepentingan Nasional Kepentingan Nasional Strategi Kebudayaan Masyarakat Masyarakat merupakan penyebaran informasi baik mengenai kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, maupun nilai-nilai sosial suatu bangsa kepada bangsa lain. Ada beberapa konsep dalam diplomasi kebudayaan yang terdapat dalam tabel sebagai berikut, diantaranya: Tabel I.1 Hubungan antara Situasi, Bentuk, Tujuan, dan Sarana Diplomasi Kebudayaan 32 SITUASI BENTUK TUJUAN SARANA DAMAI - Eksebisi - Kompetisi - Pertukaran Misi - Negosiasi - Konferensi - Pengakuan - Hegemoni - Persahabatan - Penyesuaian - Pariwisata - Olah Raga - Pendidikan - Kesenian KRISIS - Propoganda - Pertukaran Misi - Negosiasi - Persuasi - Penyesuian - Pengakuan - Ancaman - Politik - Media Massa - Diplomatik - Misi Tingkat Tinggi - Opini Publik KONFLIK - Teror - Penetrasi - Pertukaran Misi - Boikot - Negosiasi - Ancaman - Subversi - Persuasi - Pengakuan - Opini Publik - Perdagangan - Paramiliter - Forum Resmi - Pihak Ke tiga PERANG - Kompetisi - Teror - Penetrasi - Propaganda - Embargo - Boikot - Blokade - Dominasi - Hegemoni - Ancaman - Subversi - Pengakuan - Penaklukan - Militer - Paramiliter - Penyelundupan - Opini Publik - Perdagangan - Suplai Barang Konsumtif termasuk senjata Sumber: Tulus Warsito Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, Yogyakarta: Ombak, 2007. Keterangan: - Semakin negatif hubungan antara dua atau lebih negara-negara, maka akan semakin banyak intensif bentuk diplomasi kebudayaan yang dipakai. - Dalam pengertian konvensional, diplomasi kebudayaan dilakukan pasca -perang dengan damai. Salah satu bentuk diplomasi kebudayaan adalah eksebisi atau pameran dapat dilakukan untuk menampilkan konsep-konsep atau karya kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi maupun nilai-nilai sosial atau ideologi dari suatu bangsa. Eksebisionistik adalah bahwa setiap negara dianggap mempunyai keinginan untuk 32 Ibid , h. 31. memamerkan keunggulan yang dimilikinya, sehingga mempunyai citra bangsa yang bernilai. Eksebisi dapat dilakukan di luar negeri maupun di dalam negeri. Melalui pameran, dapat memperoleh pengakuan yang kemudian dikaitkan dengan kepentingan nasional, baik melalui perdagangan maupun pameran kebudayaan. 33 Selain eksebisi, bentuk dari diplomasi kebudayaan adalah kompetisi yang merupakan perlombaan dalam arti positif, seperti pertandingan dalam suatu cabang olah raga. Diplomasi kebudayaan dalam bentuk pertukaran pelajar merupakan salah satu jenis hasil dari negosiasi yang telah dilakukan. Pertukaran pelajar ini, mencakup masalah kerjasama beasiswa antar-negara. Hal ini memberikan gambaran bahwa negara-negara yang bersangkutan mempunyai kepentingan timbal-balik dalam aspek kebudayaan, khususnya dibidang pendidikan. Dalam hubungannya antara nagara maju dengan negara sedang berkembang, dikenal adanya “expert-export”. Expert adalah negara penerima, sedangkan export adalah negara pengirim. Export merupakan pakar atau ahli yang dikirim melalui lembaga-lembaga pendidikan tinggi di negara. Selama belajar di negeri tuan rumah, calon expert diharapkan mempelajari disiplin ilmu yang ditekuninya dan dapat memberikan informasi sosial, ekonomi, serta politik pada masyarakat di negara asalnya. 34 Menurut Martin Wight, diplomasi kebudayaan dibagi menjadi tiga bagian. 35 Pertama, setelah Perang Dingin, adanya peraturan pola kekuasaan internasional terbagi oleh dua negara yang berkuasa, yaitu Amerika Serikat dan 33 Ibid, h. 21. 34 Ibid, h. 59. 35 Soedjatmoko and Kenneth W Thompson dalam World Politics, Cultural Diplomacy, An Introduction, 1976, h. 405. Uni Soviet. adanya kekuatan besar di antara negara yang kecil yang memiliki kekuasaan di bidang politik. Ke dua, suatu bangsa harus membangun pertumbuhan jaringan keamanan di seluruh dunia untuk tujuan ilmiah, pendidikan, dan teknologi. Ke tiga, diplomasi kebudayaan dapat dijadikan kekuatan utama dalam membentuk suatu sistem internasional yang baru dan subsistem regional. Beberapa tujuan dari diplomasi kebudayaan yaitu: 36 pertama tujuan diplomasi kebudayaan lebih luas dari pada pertukaran kebudayaan, hal tersebut mencakup mengirim utusan ke luar negeri untuk memperkenalkan kebudayaan satu negara ke negara lain. Seperti yang digambarkan oleh The Marshall Plan 37 pada Winston Churchil, yaitu tindakan suatu bangsa yang tidak menggunakan kekerasan merupakan bentuk dari diplomasi kebudayaan. Ke dua, tujuan diplomasi kebudayaan adalah membangun pengetahuan baru dan kepekaan terhadap negara lain untuk mewujudkan hubungan yang lebih baik antara masyarakat dengan bangsanya. Ke tiga, diplomasi kebudayaan adalah untuk mempengaruhi pendapat umum masyarakat negara lain guna mendukung suatu kebijakan luar negeri tertentu. Biasanya, terjadi dalam hubungan diplomasi kebudayaan antara masyarakat dengan masyarakat lain. Diplomasi Kebudayaan dilakukan sebagai upaya untuk mencapai kepentingan bangsa dalam memahami, menginformasikan, dan mempengaruhi atau membangun citra bangsa melalui kebudayaan. Sebenarnya, tindakan yang paling efektif untuk memulihkan citra bangsa dengan cara mengubah realitas. Dengan dilakukannya diplomasi kebudayaan tersebut, dapat meningkatkan aspiriasi dan pemahaman untuk 36 Ibid, h. 406. 37 The Marshal Plan adalah program ekonomi tahun 1947 oleh Amerika Serikat yang bertujuan untuk membangun kembali kekuatan ekonomi negara-negara di eropa dan Asia setelah Perang Dunia II. peningkatan citra positif, membangun saling pengertian serta memperbaiki citra bangsa. 38 Menyangkut politik luar negeri dan kepentingan nasional. Politik luar negeri setiap negara yang memiliki hubungan dengan negara lain harus memisahkan politik dalam negerinya dengan politik luar negeri, definisi dari politik luar negeri adalah kepentingan suatu negara terhadap negara lain. Menurut Gibson dalam bukunya the Road to Foreign Policy politik luar negeri adalah rencana komprehensif yang dibentuk baik didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman, untuk menjalankan bisnis pemerintahan dengan negara lain dan politik luar negeri ditunjukan pada peningkatan dan perlindungan kepentingan bangsa. 39 Politik luar negeri dalam aspek yang dinamis adalah sebuah sistem tindakan suatu pemerintahan terhadap negara lain, termasuk dalam jumlah keseluruhan hubungan luar negeri suatu bangsa, bentuk, dan tujuan kepentingannya. Diplomasi dan politik luar negeri menurut J. R Childs adalah substansi hubungan luar negeri suatu negara, sedangkan diplomasi adalah proses kebijakan yang dilaksanakan, artinya politik luar negeri mengambil keputusan mengenai hubungan luar negeri sedangkan diplomasi sebagai pelaksana. 40 Politik luar negeri suatu bangsa ditunjukan untuk memajukan dan melindungi kepentingan negara, begitupun dengan diplomasi yang mempunyai kepentingan dan fungsinya sama. Potilik luar negeri Jepang sesudah Perang Dunia II lebih mengarah pada cinta damai, hal ini didasarkan pada perekonomiannya yang tergantung pada impor sumber daya alam dan ekspor barang kemudian dapat menjamin jalur lalu 38 Tulus Warsito Wahyuni Kartikasari, Diplomasi Kebudayaan, h. 4. 39 SL, Roy, Diplomacy, h. 31. 40 Ibid, h. 33. lintas perdagangan agar tidak terganggu. 41 Karena jalur perdagangan yang aman dapat menjamin dan memelihara hubungan damai dengan semua negara di dunia. Kepentingan Nasional national interest adalah suatu konsep analisa hubungan luar negeri, sebagai dasar untuk menjelaskan perilaku hubungan luar negeri suatu negara. 42 Konsep kepentingan nasional menjelaskan bahwa demi kelangsungan hidup suatu negara maka negara harus memenuhi kebutuhan negaranya yaitu mencapai kepentingan nasional. Tercapainya kepentingan nasional negara akan berjalan dengan stabil, baik dari segi politik, ekonomi, sosial, maupun pertahanan keamanan dan negara akan tetap mendapatkan kelangsungan hidup survival. 43 Kepentingan menurut K.J. Holsti merupakan konsep untuk menentukan masa depan suatu negara melalui para pembuat keputusan dalam merumuskan kebijakan luar negeri. 44 Sementara menurut Hans J. Morgenthau, kepentingan nasional setiap negara adalah mengejar kekuasaan untuk mendapatkan pertahanan suatu negara di atas negara lain. 45 Demikian halnya dengan Jepang yang telah memberikan bantuan keuangan kepada Indonesia karena kepentingan nasionalnya, yaitu menjamin kelancaran pasokan bahan dasar untuk industrinya. Hal serupa dengan the Japan Foundation yang dapat dilihat dari berbagai jenis program yang dijalankannya semata-mata tidak hanya ingin mengenalkan budaya Jepang saja, didalamnya juga terdapat unsur kepentingan nasional, diplomasi, politik luar negeri dan pencitraan baik setelah terjadinya konflik Malari 1974. Seperti yang 41 Mas’oed, Ilmu Hubungan Internasional, h. 279. 42 Ibid, h. 139. 43 Jackson Robet and Sorensen Georg, Pengantar studi hubungan Internasional, pustaka pelajar, Yogyakarta, 2005, h. 88. 44 K.J. Holsti, Politik Internasional: Suatu Kerangka Analisis, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1987, h. 206. 45 Hans Morgenthau, Politic Among Nations: The Struggle for Power and Peace, Michigan University: A. A. Knopf, 1948, h. 45. dikatakan oleh Hans J. Morgentau strategi diplomasi harus didasarkan pada kepentingan nasional, ia juga mengatakan bahwa kepentingan nasional adalah setiap negara mengejar kekuasaan yaitu dapat membentuk pengendalian diri dan mempertahankan suatu negara dari negara lain. 46 Dari definisi dan tujuan diplomasi, diplomasi kebudayaan, politik luar negeri dan kepentingan nasional di atas dapat dilihat pada negara Jepang. Jepang yang telah melakukan diplomasi kebudayaan pada negara-negara lain melalui the Japan Foundation karena Jepang sebagai negara maju dengan perekonomiannya yang begitu besar, maka Jepang dianggap telah mendominasi perekonomian negara-negara yang sedang berkembang untuk kepentingan nasionalnya, sehingga menimbulkan rasa kurang suka terhadap Jepang. Untuk itu Jepang melakukan diplomasi sebagai cara membangun citra bangsanya, disamping itu Jepang ingin budayanya diakui oleh seluruh masyarakat di dunia, salah satunya dengan melakukan diplomasi kebudayaan melalui lembaga the Japan Foundation.

E. Metoda Penelitian