Program The Japan Foundation Indonesia

misalnya informasi tentang pertukaran ahli studi Jepang di Indonesia atau sebaliknya, di masa depan the Japan Foundation Indonesia diharapkan dapat menjadi pintu gerbang informasi bagi seluruh masyarakat yang membutuhkan masukan menyangkut berbagai informasi tentang Jepang dan Indonesia.

B. Program The Japan Foundation Indonesia

Perspektif kebudayaan suatu bangsa perlu dipahami untuk saling memahami budaya bangsa lain dengan komunikasi internasional, yang memungkinkan terjaganya persahabatan antar-negara. Melalui upaya saling memahami budaya seperti, festival film internasional di Cannes Prancis, lomba berselancar internasional di Kuta Bali, dan festival bunga di Pasadena Amerika Serikat. 92 Demikian halnya dengan Jepang yang telah melakukan diplomasi kebudayaannya melalui the Japan Foundation Indonesia. Program-program the Japan Foundation saat ini dilaksanakan tidak hanya dengan lembaga pemerintah ataupun lembaga besar saja, namun lebih berfokus pada lembaga berskala kecil bahkan lembaga yang berlokasi di daerah-daerah terpencil. Di antara program-program yang telah dilakukan dan berdampak sangat positif bagi upaya pemahaman di antara Jepang-Indonesia adalah program revitalisasi budaya lokal yang memberikan kesempatan bagi kebudayaan tradisi di Indonesia untuk diperhatikan dan dijaga kelestariannya. Hal inilah yang sebenarnya berakar kuat dalam proses memahami dan saling pengertian antar bangsa. 93 Dengan adanya rasa saling pengertian yang tulus, persahabatan kedua 92 Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2009, h. 34. 93 Diana S. Nugroho, tanggal 09 Juni 2011, pukul 15.00. bangsa semakin erat dan tidak mudah terpengaruh oleh kepentingan politik maupun ekonomi. 94 Program-program the Japan Foundation Indonesia kegiatannya diagendakan melalui Nuansa buletinagenda yang dipublikasikan untuk masyarakat Indonesia tentang Jepang. Kegiatan tersebut diagendakan per-tiga bulan dan pertahun diantaranya, Program Seni dan Budaya salah satunya mengenalkan pemeran Ikebana seni merangkai bunga tradisional Jepang. Ikebana memiliki unsur penting dalam rangkaian bunga, sehingga menghasilkan rangkaian bunga yang indah dan memiliki nilai seni yang tinggi. Ikebana adalah seni tradisi Jepang yang secara historis, selain bertujuan untuk menghias ruangan ikebana juga wajibkan bagi wanita Jepang yang belum menikah, yang merupakan persiapan sikap baik untuk sebuah pernikahan, karena dalam ikebana mencerminkan kepribadian seorang wanita dalam mengurus rumah tangga. 95 Melihat semakin banyaknya peminat ikebana , the Japan Foundation Indonesia mengadakan pameran dan kursus ikebana yang sekaligus menjadi kegiatan rutin setiap tiga bulan sekali. Tujuannya untuk mengenalkan budaya Jepang dan mengajarkan nilai-nilai budaya yang terkandung didalamnya, sehingga masyarakat Indonesia dapat mempelajarinya. Pada tanggal 26-28 November 2010 the Japan Foundation Indonesia bekerjasama dengan Perhimpunan Ikebana Ikebono Jepang ke-30 mengadakan pameran Ikebana Ikebono di hotel Nikko Jakarta. Dihadiri oleh Sen’in Ikebono 94 Diakses dari http:www.jpf.or.ididindex.php?option=com.contenttask=31, pada tanggal 17 Mei 2011, pukul 11.00. 95 The Japan Foundation, Nuansa, Juni-Agustus-September 2011, h. 25. head master Ikebono Jepang ke-45, Duta Besar Jepang untuk Indonesia dan Director General the Japan Foundation Indonesia. 96 Cha no yu upacara minum teh berupa upacara yang elegan dan memiliki nilai filsafat hidup dengan tingkat kesopanan yang sangat tinggi sebagai budaya minum teh yang menjadi kebiasaan masyarakat Jepang, cha no yu merupakan seni teh yang mengajarkan keharmonisan, penghormatan, kemurnian, keterampilan, dan kelembutan jiwa adalah prinsip yang dipegang teguh dalam kehidupan sehari- hari Jepang. 97 Menunjukkan kepada masyarakat Indonesia bahwa budaya Jepang memiliki filsafat yang tinggi sampai saat ini masih diterapkan. Sejak tahun 2008 the Japan Foundation Indonesia menyelenggarakan kursus upacara minum teh yang diikuti oleh peserta dari berbagai kalangan dan usia, seni ini menjadi sangat populer sehingga setiap kegiatan ini menjadi kegiatan rutin setiap tiga bulan sekali di the Japan Foundation Indonesia. 98 Diskusi dan pemutaran film pada home teater the Japan Foundation Indonesia. Jenis film yang diputar antaranya, tentang sejarah seperti film yang menceritakan kehancuran dan kekalahan Jepang pada tahun 1945, ditandai dengan pengeboman kota Hiroshima dan Nagasaki oleh tentara sekutu. Kehancuran Jepang pada masa itu tidak membuat negaranya menjadi buruk, akan tetapi pemerintah Jepang mampu bangkit dan memajukan negaranya sendiri tanpa menjajah negara lain, dengan mengandalkan semangat nasionalisme yang tinggi dan keinginan maju yang tinggi. Film dokumenter contohnya „Prison and Paradise ’ pada tanggal 20 Januari 2012 yang menceritakan tentang bom Bali pada tahun 2002. Menjadi perdebatan panjang tentang jihad, gerakan Islam, terorisme, 96 The Japan Foundation, Nuansa, edisi, Januari-Februari-Maret 2010, h. 8. 97 The Japan Foundation, Nuansa, April-Mei-Juni 2011, h. 22. 98 The Japan Foundation, Nuansa Juli-Agustus-September 2011, h.22. dan kemanusiaan. Pada dasarnya aksi bom bunuh diri di Indonesia bukan memerangi jihad melainkan melahirkan anak-anak yang kehilangan orang tuanya, baik secara psikologi, kehidupan sosial membuat mereka merasa terancam. The Japan Foundation mengundang seorang wartawan the Woshington Post yaitu Noor Huda Ismail dan alumni pondok pesantren Al-Mukmin Ngruki teman dari Mubarok seorang teroris, menceritakan hal tentang bom bunuh diri dan film dokumenter tersebut. Drama kehidupan „Chichi to Kuraseba’ pada tanggal 16 September 2011 yang menceritakan tentang seorang perempun yang trauma pasca pengeboman kota Nagasaki dan Hiroshima, selalu merasa bersalah karena tidak ikut mati dalam peristiwa tersebut bersama orang-orang yang dikasihinya termasuk ayahnya yang selalu memberikan semangat dalam hidupnya. Kemudian roh ayahnya selalu muncul untuk membantu dan bangkit dari rasa bersalahnya, film ini diputar setiap tiga bulan yang menjadi program pemutaran film di the Japan Foundation Indonesia. Pameran disain produk terkini dari Jepang yang diadakan setiap tahun dinamakan Japanese Design Today 100 pada 18 Januari-6 Februari 2011 yaitu, pameran yang menampilkan 100 desain kontemporer Jepang dan produk-produk yang digunakan sehari-hari masyarakat Jepang. Pameran ini bertujuan untuk memperkenalkan produk yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya perabotan, pakaian, peralatan makan, dan peralatan elektronik buatan Jepang yang sudah masuk pasar internasional. Hal ini terlihat bahwa budaya Jepang masuk dalam kehidupan masyarakat yang secara tidak langsung telah menggunakan produk Jepang dan mempergunakannya sehari-hari. Objek disain dalam pameran ini adalah ringkasan dari kehidupan di Jepang saat ini, dan mencirikan produk-produk asli Jepang dengan negara-negara lain, contohnya mobil sport Daihatsu berbeda dengan Porsche Jerman atau Morgan Inggris. Ini mencirikan karakter budaya nasional muncul dalam desain, sehingga dapat mengenal perbedaan budaya dalam karakteristik desain yang berbeda. Program Bahasa Jepang atau dapat juga disebut Japanese Language Proficiency Test JLPT dan Nihongo Nouryoku Shiken, merupakan ujian yang diselenggarakan oleh The Japan Foundation Indonesia bekerjasama dengan Japan Educational Exchange and Services, untuk mengukur kemampuan berbahasa Jepang bagi peminat bahasa Jepang. Sejak tahun 2010 pelaksanaan JLPT memiliki sistem baru berupa penambahan tingkat ujian dari 4 tingkatan tingkat 1 sampai tingkat 4 menjadi 5 tingkatan tingkat 1 sampai tingkat 5, selain itu penyelenggaraan JLPT menjadi 2 kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli dan Desember. Saat ini buku-buku latihan soal JLPT yang ada di Indonesia sangat terbatas, kemudian the Japan Foundation Indonesia menambah koleksi buku baru yang sama tingkatannya dengan buku soal JLPT di Jepang untuk membantu para mahasiswaumum yang ingin mempersiapkan ujian kemampuan bahasa Jepang. Salah satunya adalah buku yang berjudul Nihongo Soumatome yaitu tata bahasa, kanji, dan kosa kata untuk masing-masing tingkatan. 99 Kemudian berdasarkan survei yang dilaksanakan the Japan Foundation Jakarta tingkat peminat bahasa dan budaya Jepang meningkat pada tahun 2006 di luar negara Jepang terdapat lebih dari 2.97 juta orang yang mempelajari bahasa Jepang. Di Indonesia tercatat sekitar 272.000 orang yang mempelajari bahasa Jepang. 100 Hal ini menunjukan bahwa peminat bahasa Jepang meningkat setiap tahunnya. 99 The Japan Foundation, Nuansa, edisi April-Mei-Juni 2011, h. 27. 100 Diana S, Nugroho, tanggal 30 Juni 2011, pukul. 14.00. Program lomba pidato bahasa Jepang bagi siswa SLTA tingkat nasional pada tanggal 19 Februari 2011 ke-10, kegiatan ini dilakukan oleh the Japan Foundation Jakarta setiap tahun bekerjasama dengan Direktorat Pembinaan SMA, Direktur Jenderal Manajemen, dan Kementerian Pendidikan Nasional. Tujannya untuk memberikan kesempatan kepada para siswa yang ingin mengembangkan kemampuannya dalam berbahasa Jepang dengan baik. Kelompok studi Jepang dan pertukaran intelektual telah melakukan program kunjungan yang disebut dengan JENESYS Japan- East Asia Network of Exchange for Students and Youths , pada Juli-Agustus 2011 merupakan program dari the Japan Foundation Jakarta setiap tahun. Bagi para intelektual muda dari Asia Timur berkesempatan mengikuti penelitian di Jepang, untuk memperdalam pemahaman mengenai berbagai aspek dalam masyarakat Jepang termasuk politik, diplomasi, ekonomi, dan budaya sebagai dasar untuk mempromosikan pemahaman mutual diantara generasi muda di Asia Timur. 101 Program JENESYS bekerjasama dengan Community Revitalization Group 2011 LSM Jepang, mengadakan kunjungan dan mengundang negara-negara lain sehingga dapat belajar dari pengalaman warga negaranya untuk bangkit dan melakukan transformasi bagi bangsa Jepang maupun komunitasnya. Negara- negara yang ikut berpartisipasi dalam program JENESYS ini diantaranya Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filiphina, Singapura BIMPS, Vietnam, Thailand, Kamboja, Myanmar, Laos Mekong group, Australia, Selandia Baru, Korea Selatan, Cina dan Jepang. Peserta ini berprofesi sebagai desen, pegawai negeri sipil dan aktivis NGO Non-Government Organization. Kegiatan ini 101 Nuansa, edisi Oktober –November-Desember 2011, h. 14. difokuskan pada LSM Soshisha dan Jimotogaku Network adalah contoh masyarakat Jepang, tantangan dan lingkungannya sendiri, artinya tantangan itu adalah diskriminasi yang pernah menimpa Jepang diwilayah Minata karena penyakit yang kemudian diolah menjadi kekuatan kolektif. Kemudian kegiatan pada Jimotogaku Network adalah tantangan menurunnya angkatan kerja produktif yang bermukim di Okawa, sehingga energi untuk mengolah sumber daya menjadi terbatas. 102 Pengalaman yang berkesan pada dua komunitas Jepang tersebut, banyak sekali pembelajaran bagi negara-negara yang ikut berpartisipasi khususnya Indonesia negara yang sedang berkembang saat ini. Kegiatan ini ditunjukkan berdayanya para manula Jepang di publik serta disiplin warganya dalam melakukan usaha penyelamatan lingkungan, contohnya saat Jepang mengalami gempa dan tsunami pada 11 Maret 2011 bocornya reaktor nuklir di Fukushima, bencana ini membuka ruang belajar baru bagi masyarakat Jepang, yang memiliki persepsi positif dengan apa yang telah dialaminya. 103 Kemudian kegiatan tersebut dilanjutkan dengan kunjungan ke beberapa Museum diantaranya Kura museum, Minata museum, Shoshisha museum, dan Yushukan museum . Empat museum tersebut memiliki keunikan dan mengangkat cara pandang yang berbeda. Salah satunya yaitu Kura museum memberikan gambaran sebuah komunitas memilih mempertahankan nilai historis disebuah kawasan mereka tinggal, kemudian pemerintah daerah meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD dengan menjadikan daerahnya sebagai tempat wisata. Minata museum yang dikelola oleh pemerintah lokal memberikan gambaran umum 102 Ibid, 2011, h. 12-13. 103 The Japan Foundation, Nuansa, edisi Januari-Februari-Maret, 2012, h. 13. mengenai profil keseharian nelayan. Dari kegiatan JENESYS ini yang diikuti oleh masing-masing peserta dari perwakilan negara dapat mempelajari dan mengambil pengalamannya yang kemudian dapat diterapkan pada negaranya. Kegiatan kebudayaan bertujuan untuk saling mengenal lebih dekat dan memperkenalkan diri negara, bangsa, kelompok, organisasi, perusahaan. Kegiatan kebudayaan bertujuan untuk mengakrabkan hubungan antara negara dengan negara lain, dengan saling menghormati hasil cipta seni budaya negara dan menimbulkan perdamaian internasional. 104 Selain melaksanakan program yang dirancang oleh the Japan Foundation Tokyo, the Japan Foundation Indonesia memiliki sarana penunjang seperti galeri mini, ruang kelas bahasa, dan ruang serba guna. Fasilitas ini dipergunakan untuk, 105 1. Memperkenalkan kebudayaan Jepang kepada masyarakat Indonesia 2. Menjembatani kedua negara untuk saling pengertian 3. Ikut mendukung pengembangan kebudayaan Indonesia. Penjalasan mengenai diplomasi kebudayaan Jepang di Indonesia melalui the Japan Foundation dikembangkan lagi dalam sub bab peran the Japan Foundation sebagai pemulihan citra, peran the Japan Foundation, pengaruh kebudayaan Jepang melalui the Japan Foundation Indonesia terhadap masyarakat, perkembangan the Japan Foundation di Indonesia. 104 Mohammad Shoelhi, Komunikasi Internasional Perspektif Jurnalistik, h. 35. 105 Brosur The Japan Foundation, Edisi 2010, h. 4.

C. Perkembangan The Japan Foundation di Indonesia 2003-2011