BAB II Pasang Surut Hubungan Jepang-Indonesia
A. Hubungan Jepang-Indonesia
Dalam bab II skripsi ini, penulis akan membahas mengenai pasang surut hubungan Jepang-Indonesia pada masa penjajahan, masa Orde lama, dan masa
Orde baru. Penjelasan tersebut disajikan untuk memberi gambaran kepada pembaca mengenai perkembangan hubungan Jepang dan Indonesia dalam bidang
ekonomi, politik, dan sosial budaya.
Munculnya Jepang sebagai kekuatan ekonomi dunia pada tahun 1970-an, mempunyai arti yang sangat penting bagi perekonomian Indonesia pada era
pembangunan seperti yang dilakukan oleh pemerintah Orde Baru. Hubungan Jepang-Indonesia mempunyai sejarah yang cukup panjang, baik pada masa
sebelum Indonesia merdeka maupun setelah merdeka. Meskipun demikian, untuk menekankan perkembangan hubungan Jepang-Indonesia.
A. 1. Masa Penjajahan Jepang di Indonesia Masa pendudukan Jepang di Indonesia pada tahun 1942-1945, tujuan Jepang
menyerang dan menduduki Hndia-Belanda Indonesia adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama minyak bumi guna mendukung potensi perang
Jepang serta mendukung industrinya. Pulau Jawa dirancang sebagai pusat penyediaan bagi seluruh operasi militer di Asia Tenggara, dan di Sumatera
sebagai sumber minyak utama.
50
50
Diakses pada http:journal.ui.ac.iduploadartikel02pproof20masa_pendudukan _jepang. pdf, pada tanggal 22 Maret 2012, pukul 15.30.
Kebijakan Jepang ternyata tidak berjalan lama, Jenderal Imamura mengubah semua kebijakannya yang kemudian kegiatan politik dilarang dan semua
organisasi politik yang ada dibubarkan. Sebagai gantinya Jepang membentuk organisasi-organisasi baru bertujuan untuk kepentingan Jepang itu sendiri.
Organisasi-organisasi yang didirikan Jepang antara lain, Gerakan Tiga A adalah Gerakan Tiga A dibentuk pada bulan Maret 1942. Gerakan Tiga A terdiri dari
Nippon Cahaya Asia, Nippon Pelindung Asia, dan Nippon Pemimpin Asia. Tujuan gerakan ini adalah untuk menghimpun potensi bangsa guna kemakmuran
bersama. Putera, bertujuan untuk memusatkan segala potensi masyarakat Indonesia dalam rangka membantu usaha perangnya. Putera lebih bermanfaat bagi
bangsa Indonesia dari pada bagi Jepang. Putera lebih mengarahkan perhatian rakyat kepada kemerdekaan dari pada kepada usaha perang pihak Jepang. Oleh
karena itu kemudian Jepang membentuk Jawa Hokokai Himpunan Kebangkitan Jawa pada bulan Maret 1944 Hokokai dinyatakan sebagai organisasi resmi
pemerintah sehingga kepemimpinan langsung dipegang oleh Gunseikan. Himpunan ini mempunyai tiga dasar yaitu mengorbankan diri, mempertebal
persaudaraan, dan melaksanakan kegiatan dengan bukti yang nyata. Jawa Hokokai mempunyai tugas antara lain mengerahkan rakyat untuk
mengumpulkan padi, besi tua, pajak, dan menanam jarak sebagai bahan baku pelumas untuk Jepang. Pada tanggal 5 September 1943 membentuk Cuo Sangi In
Badan Pertimbangan atas anjuran Perdana Menteri Hideki Tojo. Ketua Cuo Sangi In
dipegang oleh Ir. Soekarno. Tujuannya untuk mengajukan usul kepada
pemerintah serta menjawab pertanyaan pemerintah mengenai tindakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah militer.
51
Dampak negatif kependudukan Jepang di antaranya, - Ekonomi Sama dengan negara imperialis yang lain Jepang datang dengan
masalah ekonomi yaitu untuk mencari daerah sebagai penghasil bahan mentah dan bahan baku untuk memenuhi kebutuhan industrinya dan mencari
pemasaran untuk hasil-hasil industrinya. - Aktivitas ekonomi zaman Jepang sepenuhnya di pegang oleh Jepang.
Politik atau pemerintahan Meskipun ada organisasi politik yang masih terus berjuang menentang Jepang.
- Organisasi politik di Indonesia tidak berkembang bahkan dihapuskan oleh Jepang
- Didirikandibentuknya berbagai organisasi Jepang - Kehidupan politik rakyat diatur oleh pemerintah Jepang
- Rakyat kerja paksa yang disebut dengan kerja Romusha. Dari kerja paksa tersebut menyebabkan jatuh banyak korban akibat kelaparan dan terkena
penyakit. -
Banyak wanita Indonesia yang dijadikan wanita penghibur “Jugun Ianfu” pada masa itu.
Dampak positif kependudukan Jepang di antaranya, - Jepang memperkenalkan sistem Tonorigumi Rukun TetanggaRT yang
tergabung dalam Ku desa
51
Diakses dari http:finnme6.detik.com20010117masa-pendudukan-jepang-di- indonesia, pada tanggal 22 Maret 2012, pukul 15.00.
- Bangsa Indonesia mengalami berbagai pembaharuan akibat pendidikkan Jepang yang menumbuhkan kesadaran dan keyakinan yang tinggi akan harga dirinya.
- Orang-orang Indonesia mendapat kesempatan untuk menduduki jabatan yang lebih penting dari sebelumnya yang hanya dipegang oleh orang Belanda, dengan
masih dalam pengawasan Jepang. - Bangsa Indonesia diberi kesempatan untuk sekolah di sekolah yang dibangun
pemerintah - Bahasa Indonesia digunakan sebagai bahasa pengantar pada sekolah-sekolah
- Para pemuda Indonesia diberi pendidikan militer melalui organisasi PETA Pembela Tanah Air.
A. 2. Hubungan Jepang-Indonesia Masa Orde Lama Masa Kabinet Natsir pada tahun 1945-1947 di Indonesia adanya program
yang dinamakan Program Benteng, ini merupakan bagian integral dari RUP. Program Benteng adalah salah satu upaya untuk membentuk suatu kelas
menengah nasional dengan jalan membatasi alokasi impor, gagasan utama program Benteng ini adalah untuk mendorong para importir nasional agar mampu
bersaing dengan perusahaaan-perusahaan asing. Program ini juga memberikan bantuan dalam bentuk keuangan kepada indonesia memiliki modal besar untuk
mengimpor.
52
Setelah pelaksanaan Program Benteng, sistem perekonomian diarahkan pada Rencana Pembangunan Lima Tahun Pertama antara tahun 19551956-
19601961, yang kemudian menjadi Rencana Nasional pada kabinet Ali Sastroamidjyo tahun 1956. Tujuan utama dari Rencana Lima Tahun adalah untuk
52
Ibid, 29.
mendorong industri dan pembangunan perusahaan-perusahaan pelayanan umum, dan jasa dalam sektor publik yang diharapkan akan merangsang penanaman
modal sektor swasta.
53
Pola perdagangan sebelum dan sesudah perang, menunjukkan Jepang lebih menguntungkan dari pada Asia selama periode perang
antara 48-68 dari ekspor dan 41-43 dari impornya, dibandingkan selama periode setelah perang antara 28-52 dari ekspor dan 26-37 dari impor
Jepang.
54
Dari semua negara Asia, Indonesia merupakan negara yang paling menarik perhatian bagi Jepang karena kekayaan alam dan letak geografisnya yang
begitu stategis untuk jalannya perdagangan Jepang.
55
Diplomasi Jepang setelah Perang Dunia II adalah meningkatkan kerjasama ekonomi, politik, dan
kebudayaan. Nobukuse Kishi adalah seorang perdana menteri yang pertama
mengunjungi Asia Tenggara pada tahun 1957, telah menyusun tiga prinsip kebijakan luar negeri Jepang, yaitu kerjasama dengan dunia bebas, mendukung
Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai organisasi pemelihara perdamaian, dan melindungi kepentingan Asia dengan menekankan bahwa “Jepang adalah
masyarakat Asia”.
56
Pada kunjungan tersebut, Kishi membawa proposal mengenai dana untuk pengembangan Asia dengan Jepang, namun rencana ini tidak pernah
terwujud karena hampir semua negara di Asia mencurigai dana tersebut akan digunakan kepentingan Jepang sendiri untuk menguasai perekonomian Asia.
Meskipun demikian, secara bertahap Jepang menjalin hubungan dengan Indonesia
53
Ibid, h. 39.
54
Masashi Nishisara, Soekarno, Ratna Sari Dewi dan Pampasan Perang: Hubungan Indonesia-Jepang 1951-1966
, Jakarta: Pustaka Utama Grafiti, 1993, h. 12.
55
LEKNAS LIPI, Sekitar Kerjasama Ekonomi dan Ilmiah, Jakarta, 1974, h. 17.
56
Masashi Nishisara, The Japanese and Soekarno’s Tokyo Jakarta Relation 1951-1966,
Kyoto: Center for Southeast Asian Studies, University Kyoto, 1976, h. 7.
menggunakan berbagai cara yang dianggap dapat menguntungkan kedua belah pihak, salah satunya dengan bantuan ekonomi.
Bantuan ekonomi yang diberikan Jepang mengalami perubahan pada pertengahan tahun 1950-1965, bantuan ekonomi diberikan dalam bentuk
pembayaran rugi perang kepada Indonesia yang pernah di jajah oleh Jepang pada Perang Dunia II. Kebijakan bantuan ekonomi Jepang difokuskan pada
kepentingan nasional Jepang, dan dalam kerjasama ekonomi dapat mempromosikan ekspor untuk penanaman investasinya di luar negeri.
57
Bantuan ekonomi Jepang pada masa sebelum Orde Baru selain bertujuan untuk
mempererat hubungan diplomatik, kerjasama ekonomi juga sebagai pembayaran pampasan perang. Pembayaran pampasan perang sedikitnya telah menimbulkan
beban bagi Jepang namun menguntungkan perkembangan industrinya karena pembayaran pampasan perang dalam bentuk jasa, barang modal, yang pada
kenyataannya memaksa Indonesia untuk menggunakan produk-produk Jepang. Pembayaran dua puluh juta dollar AS pertahun merupakan 30 dari keseluruhan
ekspor Jepang ke Indonesia, pada masa pembayaran pampasan ini, ekspor barang Jepang telah mendominasi produk Indonesia.
Hubungan diplomatik Jepang dengan Indonesia dimulai sejak tahun 1958 belum intensif, oleh karena politik luar negeri Indonesia cenderung anti-
kolonialismeimperialisme. Sebagai negara yang pernah dijajah Jepang, Indonesia selalu waspada terhadap bantuan ekonomi yang diberikan Jepang, pampasan
perang sendiri sebenarnya merupakan hak bagi Indonesia yang harus dibayar untuk pembangunan nasionalnya.
57
Dennis T. Yasutomo, The Manner of Giving: Strategic Aid and Japanese Foreign Policy
, Lexington: Health, 1986, h. 9.
B. 3. Hubungan Jepang Masa Orde Baru Pada masa Orde Baru muncul, usaha pembangunan ekonomi sangat
memegang peranan dalam setiap pengambilan keputusan dan politik luar negeri. Arti dari pembangunan ekonomi adalah untuk menaikkan pendapatan perkapita
dan menaikkan produksi perkapita dengan menambah modal dan kemampuan.
58
Politik luar negeri adalah salah satu peranan yang sangat besar sebagai pelaksanaan pembangunan ekonomi Indonesia, terutama dalam menjalin
hubungan yang lebih baik dengan negara-negara industri. Salah satu misi politik luar negeri Indonesia yaitu untuk pembangunan ekonominya sebagai penarik
modal asing agar dapat menanamkan modalnya di Indonesia serta memperluas pemasaran hasil dari produksinya ke luar negeri, sesuai dengan kebijakan
ekonomi Indonesia yang mengarah pada dukungan para kreditor, yaitu negara Barat dan Jepang.
59
Hubungan bilateral Jepang-Indonesia, khususnya dalam kerjasama ekonomi pada awal pemerintahan Orde Baru telah meningkat, hal ini dapat dilihat
bahwa Indonesia telah berhasil mengembangkan perkapita dan menaikan produksi perkapitanya dengan modal dan kemampuan. Di lain pihak, Jepang sebagai
negara industri yang maju pun membutuhkan tempat pemasaran dari hasil produksinya, jadi hubungan ekonomi kedua negara adalah saling meningkatkan
kesejahteraan anggota masyarakat di masing-masing negaranya tersebut. Kebijakan pemerintah Orde Baru telah melaksanakan politik pintu terbuka yang
artinya bebas membuka hubungan ekonomi dengan negara lain, melalui Peraturan
58
Sumitro Djojohadikusumo, Ekonomi Pembangunan, Jakarta: PT. Pembangunan, 1995, h. 39.
59
Mochtar Mas’oed, Ekonomi dan Struktur Politik Orde Baru 1966-1971, Jakarta: LP3ES, 1989, h. 71.
Penanaman Modal Asing tahun 1967. Kemudian memberikan peluang bagi Jepang untuk melakukan investasi dalam bidang infastruktur dan industri
manufaktur, seperti jalan, jembatan, listrik, untuk mendorong sektor swasta agar menginvestasikan industri-industri manufaktur.
60
Bantuan ekonomi Jepang memiliki peranan yang penting dalam memperlancar masuknya investasi sektor
swasta, salah satu contoh proyek Jepang yang besar yaitu bekerjasama dengan sektor swasta adalah proyek Asahan.
Indonesia sebagai negara yang sedang malaksanakan pembangunan, banyak memanfaatkan hubungan bilateral, untuk menunjang pembangunan
ekonominya. Tindakan ini diambil pemerintah karena menyadari akan kekurangannya terutama dalam masalah pendanaan. Karena perekonomian
sebelum Orde Baru mengalami perkembangan yang kurang baik, hal ini dapat terlihat dari pertumbuhan ekonomi lebih rendah dibandingkan pertumbuhan
penduduknya yang mengakibatkan pendapatan perkapita dan kesejahteraan rakyat secara keseluruhan sangat rendah. Untuk mengejar ketinggalan dari negara-
negara yang sedang berkembang, maka pemerintah meningkatkan hubungan ekonomi yang diharapkan dapat memberikan dampak positif bagi bangsa secara
keseluruhan, kemudian pemerintah Indonesia berusaha menarik negara-negara asing untuk menanamkan modalnya melalui sebuah keputusan yang telah
disepakati. Kemudian ekonomi Indonesia pada masa Orde Baru mengalami peningkatan, ini adalah sebagian dari dampak positif masuknya modal asing,
hubungan Jepang-Indonesia dalam bidang ekonomi merupakan salah satu faktor kemajuan pembangunan ekonomi Indonesia.
60
Yahya A. Muhaimin, Bisnis dan Politik Kebijaksanaan Ekonomi Indonesia 1950-1980, h. 52.
Dampak negatif dari bantuan asing yaitu ekonomi telah didominasi oleh pasar luar negeri seperti Jepang, kemudian pada 15 Januari 1974, muncul gejala anti-
Jepang yang dilatarbelakangi oleh ketidakpuasan mahasiswa terhadap dominasi modal asing dan anti modal asing. Konflik ini tidak hanya terjadi di Indonesia
melainkan di negara-negara Asia Tenggara yaitu Thailand, Filipina, dan Malaysia. Kemudian Jepang mencoba menjalin hubungan yang lebih baik dengan Asia
Tenggara upaya memperbaiki citra Jepang terhadap nagara-negara di Asia Tenggara.
61
Bagi Jepang mempertahankan hubungan dengan Asia Tenggara, khususnya Indonesia sangat penting karena Indonesia memiliki ideologi non
komunis bersistem ekonomi terbuka dan mempunyai kemauan untuk meningkatkan hubungan Indonesia dengan Jepang. Mengingat Jepang dengan
Indonesia saling membutuhkan, maka pada tahun 1977 Perdana Menteri Takeo Fukuda mengeluarkan Doktrin Fukuda. Isi dari Doktrin Fukuda terhadap kawasan
Asia Tenggara khususnya kepada ASEAN yaitu,
62
1. Jepang sebagai negara yang terikat pada perdagangan menolak peranan sebagai kekuatan militer dan atas dasar itu bertekad bulat akan
memberikan andil bagi perdamaian dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara serta masyarakat dunia.
2. Jepang sebagai teman sejati negara-negara Asia Tenggara akan berusaha sebaik-baiknya untuk memperoleh hubungan saling percaya, yang
didasarkan pada pengertian dari hati kehati dengan negara-negara Asia
61
Bambang, Cipto, Hubungan Internasional di Asia Tenggara, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007, h. 184-185.
62
Hubungan Indonesia-Jepang Masa Pemerintahan Takeo Fukuda, Laporan Penelitian LIPI
, h. 47.
Tenggara, khususnya ASEAN dan dengan berbagai bidang yang luas yang tidak hanya mencakup area politik ekonomi tetapi juga sosial.
3. Jepang akan menjadi mitra sama derajat dengan ASEAN dan negara- negara anggotanya, akan bekerjasama secara positif dalam usaha-usaha
mereka sendiri untuk memperkuat solidaritas dan ketahanan mereka bersama-sama dengan bangsaa lain yang berjiwa sama di luar kawasan,
sementara membina tujuan menunjang hubungan yang didasarkan atas saling pengertian dengan bangsa-bangsa Indonesia. Dengan demikian
akan memberikan andil bagi perdamaian dan kemakmuran di kawasan Asia Tenggara.
Dari pernyataan doktrin tersebut, dapat dikemukakan bahwa usaha Jepang untuk meningkatkan perdamaian dan kemakmuran tanpa mempergunakan peranan
militer benar-benar merupakan sikap yang baik. Di samping itu Jepang tidak ingin dipandang sebagai negara militer yang berambisi perang, namun Jepang
lebih senang jika disebut sebagai kekuatan ekonomi dunia yang akan mensejahterakan masyarakat di dunia.
Doktrin Fukuda kemudian diterapkan dalam Japan ASEAN Joint Statement
yaitu,
63
1. Jepang bersedia membantu keuangan kelima proyek ASEAN sebesar 1 milyar US akan diberikan setelah kelayakan studi disetujui dan
diberikan berdasarkan syarat lunak dan bertahap sesuai kondisi dan kebutuhan masing-masing.
63
Ibid h. 48.
2. Jepang akan mempertimbangkan program stabilitas penghasil ekspor negara-negara ASEAN Staber Stabilization exsport earing yang akan
mencakup dana ratusan dollar Amerika Serikat. 3. Kerjasama bilateral antara Jepang dengan setiap negara-negara ASEAN
tidak akan terpengaruh oleh keputusan Jepang diatas. 4. Secara teknis Jepang bersedia membantu penyelesaian projek bersama
ASEAN. 5. Perdagangan antara Jepang dengan ASEAN harus terus diperluas demi
keuntungan kedua belah pihak. 6. Jepang akan bekerjasama dengan negara-negara ASEAN untuk
memperbaiki masuknya produk-produk ke pasar Jepang, baik berupa barang-barang ekspor jadi maupun barang setengah jadi.
7. Dalam konteks perundingan multilateral MTN Multilateral Trade and Tarif Negotiation
, Jepang bersedia menanggapi usaha-usaha ASEAN untuk meningkatkat ekspor melalui berbagai cara termasuk mempelajari lebih
lanjut permintaan ASEAN yang mendesak agar perdagangan bersifat tarif maupun non tarif dihapuskan.
8. Jepang bersedia memperbaiki sistem preferensi umum GSP General Scheme of Preference,
serta memasukkan persetujuan ASEAN mengenai peraturan-peraturan asal barang yang kumulatif CRO Cumulative Rales of
Origin kedalam preferensi umumGSP Jepang.
9. Jepang bersedia menggalakan ekspor ASEAN.
10. ASEAN tetap menghendaki agar penanaman modal swasta Jepang diteruskan dan digalakkan.
Japan ASEAN Statement merupakan upaya meningkatkan hubungan secara
bilateral dalam kerangka penerapan Doktrin Fukuda terhadap Indonesia, untuk meningkatkan hubungan kedua belah pihak antara Jepang-Indonesia dalam segala
bidang. Peningkatan hubungan tersebut tertulis dalam “Joint message Soeharto- Fukuda
” yaitu,
64
1. Membantu stabilitas dan perdamaian di Asia dan dunia lainnya sesuai dengan semangat kerjasama dan solidaritas.
2. Kerjasama yang erat di segala bidang. 3. Kerjasama yang luas di bidang ekonomi, sosial budaya, akademi untuk
mencapai “heart to heart contact” yang harus ditingkatkan dalam segala
bidang. 4. Saling mempercayai dan equal partnership.
Dari pernyataan diatas, dapat dikemukakan bahwa hubungan Jepang- Indonesia memberikan pengaruh yang cukup besar bagi perekonomian Indonesia.
Hal ini dapat dilihat dari banyaknya produk-produk Jepang yang dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, ini dapat memperoleh keuntungan bagi Indonesia sendiri
karena dapat memenuhi kebutuhan barang-barang yang dibutuhkan, namun telah menyebabkan pula ketergantungan Indonesia terhadap modal asing. Maka dapat
dilihat dari uraian diatas hubungan Jepang-Indonesia dari masa Orde Lama sampai Orde Baru mengalami kemajuan, karena pada masa Orde Lama hubungan
Jepang-Indonesia belum begitu intensif dikarenakan kebijakan luar negerinya lebih menekankan pada kekuatan mandiri dan rasa nasionalisme yang tinggi saja
dan rasa saling mencurugai satu sama lain. Sedangkan pada masa Orde Baru
64
Direction of Trade Year Book , tahun 1978, h. 17.
lebih menekankan pada pembangunan ekonominya sehingga membutuhkan dana yang besar untuk itu Indonesia menjalin hubungan dengan Jepang. Meskipun
Jepang memberikan bantuan untuk menstabilkan perekonomian Indonesia, disamping itu Jepang mempunyai kepentingan nasionalnya yaitu agar Indonesia
tetap mensuplai bahan-bahan mentah dan perluasan pasar luar negeri bagi Jepang.
BAB III Peristiwa Malari dan Terbentuknya The Japan Foudation Indonesia