Peristiwa Malari 1974 Peristiwa Malari dan Terbentuknya The Japan Foudation Indonesia

untuk mengendalikan naiknya inflasi dan melemahnya nilai tukar rupiah, dan memperketat kebijakan keuangannya. Pada Oktober 1997 Indonesia dan International Monetary Fund IMF mencapai kesepakatan tentang program reformasi ekonomi yang diarahkan pada penstabilan ekonomi makro dan penghapusan beberapa kebijakan ekonomi yang dinilai merusak, antara lain Program Permobilan Nasional dan monopoli yang melibatkan anggota keluarga Presiden Soeharto. Rupiah masih belum stabil dalam jangka waktu yang cukup lama, hingga pada akhirnya Presiden Suharto terpaksa mengundurkan diri pada Mei 1998 digantikan oleh B.J Habibie. Pada Agustus 1998, Indonesia dan IMF menyetujui program pinjaman dana di bawah Presiden B.J Habibie. Sejak krisis keuangan Asia di akhir tahun 1990-an memiliki andil atas jatuhnya rezim Soeharto pada bulan Mei 1998, keuangan Indonesia telah mengalami transformasi besar. Krisis keuangan tersebut menyebabkan kontraksi ekonomi yang sangat besar dan penurunan yang sejalan dalam pengeluaran masyarakat, kemudian hutang dan subsidi meningkat secara drastis sementara belanja pembangunan dikurangi.

A. Peristiwa Malari 1974

Dampak dari bantuan ekonomi yang dominan berimbas besar terhadap persoalan politik, kemudian muncul konflik yang disebut dengan peristiwa “Malari” Malapetaka Lima Belas Januari 1974, adalah puncak kemarahan mahasiswa terhadap kesewenang-wenangan pemerintah menggunakan dana asing dalam pembangunan negara yang manfaatnya tidak diperoleh rakyat. 68 Peristiwa ini menjadi puncak ketegangan perpolitikan dalam negeri dalam waktu enam 68 M. Aref Rahmat, Ali Moertopo Dunia Intelijen Indonesia, Jakarta: PT. Buku Seru, 2011, h. 9. bulan, saat itu politik dalam negeri diwarnai dengan permasalahan mulai dari kritik atas jalannya pemerintahan, aksi-aksi demonstrasi atas ketidakpuasan pada kekuasaan pemerintah Soeharto termasuk Ali Moertopo yaitu orang kepercayaan presiden Soeharto pada masa Orde Baru. 69 Peristiwa ini merupakan kejadian pertama yang menunjukkan sikap tidak setia jenderal-jenderal dilingkungan kepresidenan selama masa pemerintahan Soeharto. Kenaikan tarif listrik terus meningkat, beras semakin langka dan harganya semakin tidak menentu, serta proyek-proyek bangunan sipil mulai dikuasai perusahaan asing terutama dari Jepang, produk-produk Jepang makin menguasai pasar-pasar nasional, yang kemudian menjatuhkan ekonomi dalam negeri. Hutang Indonesia sebesar tujuh miliar dollar yang dipinjam dari IMF International Monetary Fund harus terus dibayar beserta bunganya. Masalah-masalah sosial di tahun 1974 menjadi awal yang serius bagi Indonesia, stabilitas nasional melemah dan aksi-aksi protes mulai bermunculan. 70 Pada tahun 1971 muncul kelompok Golput golongan putih yaitu reaksi masyarakat terhadap pemilu dinilai janggal, karena dimenangkan oleh partai Golkar dengan perolehan suara 62,8. Berbagai peristiwa yang muncul pada tahun 1974 ini presiden Soeharto saat itu mengambil sikap kepada kelompok-kelompok yang bermaksud akan menjatuhkannya, diantaranya kelompok Jenderal Ali Moertopo dan kelompok Jenderal Soemitro. 71 Peristiwa itu terjadi saat Perdana Menteri PM Jepang Kakuei Tanaka berkunjung ke Indonesia pada tanggal 15 Januari 1974. 72 Pada saat itu, terjadi 69 Ibid h. 10. 70 Departemen Luar Negeri Republik Indonesia, Sejarah Diplomasi Republik Indonesia Dari Masa ke Masa , Buku 1V B, Jakarta: Departemen Luar Negeri, 2005, h. 1088-1089. 71 M. Aref Rahmat, Ali Moertopo Dunia Intelijen Indonesia, h. 11. 72 Diakses dari http:www.digilib.ui.ac.idopacthemeslibri2detail.jsp?id=78106 pada tanggal 21 April 2011 pukul. 12.05. peristiwa kerusuhan di Jakarta, banyak pihak yang mengatakan bahwa peristiwa itu merupakan bentuk sentimen terhadap Jepang, namun ada juga yang beranggapan itu merupakan akumulasi dari berbagai perkembangan termasuk pertentangan antara elit politik di Indonesia. akan tetapi pada dasarnya peristiwa itu memicu masyarakat akan ketidak puasan terhadap dominasi ekonomi Jepang di Indonesia. Kerusuhan itu mengakibatkan berbagai kerusakan infrastruktur, sebelas orang meninggal, 117 orang luka berat, 120 orang luka ringan, dan 775 orang ditahan. Segala hal yang berhubungan dengan Jepang menjadi sasaran utama kerusuhan. 73 Peristiwa itu membuat Jepang berintrospeksi sehingga hubungan Jepang-Indonesia sempat mengalami kemunduran, namun Jepang kembali memperbaiki citranya salah satunya mendirikan pusat budaya Jepang sebagai alat diplomasinya. Setelah meredanya Peristiwa Malari, Jepang dan Indonesia mulai memasuki format baru dalam hubungan kerjasamanya. Hubungan Jepang-Indonesia terus berlangsung bahkan hingga masa revolusi yang telah mengalami beberapa kali pergantian perdana menteri Jepang. Perkembangan hubungan Jepang-Indonesia yaitu pada tahun 2008 pasca peringatan 50 tahun hubungan bilateral kedua negara. Selain melakukan intensifitas hubungan dalam bidang politik dan ekonomi, Jepang-Indonesia pun melakukan kerjasama dibidang budaya dan pendidikan. 74 73 Diakses dari http:www.scribd.comdoc46642948Pers-Dalam-Peristiwa-Malari-1974 pada tanggal 21 April 2011 pukul. 12.00. 74 Anhar Gonggong, Peran Pemerintah dalam Mewujudjan Social Welfare and Protection dalam Menyikapi ASEAN Socio-Culture Community , Jakarta: Lemhannas,2009, h. 56.

C. Tujuan Jepang dan Terbentuknya The Japan Foundation