PENDAHULUAN, bab ini meliputi Latar Belakang Masalah, KAJIAN PUSTAKA, bab ini meliputi Guru Sebagaimana METODOLOGI PENELITIAN, bab ini meliputi Tempat dan HASIL PENELITIAN, bab ini meliputi Gambaran Umum MTsN KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIK

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain: a. Dijadikan sebagai bahan referensi dan cerminan bagi gurucalon guru untuk lebih giat lagi dalam meningkatkan kompetensinya serta melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. b. Sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. c. Untuk menambah khazanah ilmu dan bahan penelitian selanjutnya.

E. Sistematika Penulisan

Skripsi ini terdiri dari lima bab dan setiap bab terdiri dari sub-sub pembahasan dengan sistematika penyusunan, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN, bab ini meliputi Latar Belakang Masalah,

Identifikasi Masalah, Pembatasan Dan Perumusan Masalah, Tujuan Dan Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA, bab ini meliputi Guru Sebagaimana

Dideskripsikan Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen memuat pengertian guru, kedudukan, fungsi dan tujuan guru, syarat-syarat menjadi guru, hak dan kewajiban guru, organisasi profesi guru, dan kode etik guru. Adapun Undang-undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen memuat Isi dan Penjelasan Undang-Undang No.14 Tahun 2005 serta pentingnya Undang-undang No.14 Tahun 2005 dan kerangka berpikir.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN, bab ini meliputi Tempat dan

Waktu penelitian, Metode Penelitian, Variabel Penelitian dan Definisi Operasional, Populasi dan Sampel, Teknik Pengumpulan Data dan teknik Pengolahan dan Analisa Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN, bab ini meliputi Gambaran Umum MTsN

3 Pondok Pinang Jakarta Selatan yang memuat Sejarah Berdirinya, Keadaan Guru dan Siswa, Struktur Organisasi, Visi, Misi dan Tujuan serta Sarana dan Prasarana. Deskripsi, Analisis Data dan Interpretasi Data. BAB V PENUTUP, bab ini meliputi Kesimpulan dan Saran-saran.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

Guru Sebagaimana Dideskripsikan Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

1. Pengertian Guru

Istilah guru tidak asing dalam kehidupan kita, karena guru mempunyai andil yang sangat besar. Tanpa guru, tidak akan terbentuk generasi yang berpendidikan. Maka dari itu, guru bukan hanya menerima amanat dari orang tua untuk mendidik, melainkan juga dari setiap orang yang memerlukan bantuan untuk mendidiknya. Sebagai pemegang amanat, guru bertanggung jawab atas amanat yang diserahkan kepadanya. Allah SWT., menjelaskan:   + , -0 12 34 5 6 7 890 1: ;= :7 5 ? A 5 1BC DE 2 5 1 F G D H I JK 5 “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan menyuruh kamu apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat ”. QS. An-Nisa : 58 6 Selanjutnya, Uzer Usman mengatakan bahwa “guru merupakan jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak bisa dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian 6 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2002, Cet. Ke-5, h. 60. untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sebagai guru. Orang yang pandai berbicara dalam bidang tertentu, belum dapat disebut sebagai guru”. 2 Hal ini senada dengan pengertian guru menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yaitu sebagaimana tercantum dalam bab I ketentuan umum Pasal 1 ayat 1 sebagai berikut: “guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah”. 3 Dari pengertian di atas, bahwa guru dituntut harus menjadi profesional dalam arti pekerjaan atau kegiatan guru tersebut harus memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu pendidikan. Adapun tugas utama guru tidak hanya mengajar dan mendidik, akan tetapi juga membimbing, mengarahkan, melatih dan menilai dan mengevaluasi peserta didik secara terus-menerus. Maka dari itu, dalam perspektif profesionalisme tidak semua orang dapat menjadi guru.

2. Kedudukan, Fungsi dan Tujuan Guru

a. Kedudukan Guru

Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 2 ayat 1 dan 2 secara tegas disebutkan bahwa, yaitu “guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai peraturan perundang-undangan. Adapun pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik”. 4 Guru sebagai tenaga profesional mengandung arti bahwa pekerjaan guru hanya dapat dilakukan seseorang yang mempunyai kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik sesuai dengan persyaratan untuk setiap jenis dan jenjang pendidikan tertentu. 2 Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya ,2003, h.5. 3 Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 83. 4 Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 86. Adapun pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional mempunyai misi untuk melaksanakan cita-cita dan tujuan dari UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen itu. Cita-cita dan tujuan Undang-Undang ini antara lain: 1 Mengangkat martabat guru dan dosen. 2 Menjamin hak dan kewajiban guru dan dosen. 3 Meningkatkan kompetensi guru dan dosen. 4 Memajukan profesi serta karir guru dan dosen. 5 Meningkatkan mutu pembelajaran. 6 Meningkatkan mutu pendidikan nasional. 7 Mengurangi kesenjangan ketersediaan guru dan dosen antardaerah dari segi jumlah, mutu, kualifikasi akademik, dan kompetensi. 8 Mengurangi kesenjangan mutu pendidikan antar daerah, dan 9 Meningkatkan pelayanan pendidikan yang bermutu. 5

b. Fungsi Guru

Menurut Undang-Undang No.14 Tahun 2005, pasal 4 bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana termaktub dalam pasal 2 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Menurut Drs. H.M. Yunus Namsa, M.Si., Undang-undang tersebut mengandung beberapa substansi penting dalam pelaksanaan fungsi guru antara lain: 1 Komitmen peningkatan martabat guru Komitmen ini mengandung makna adanya kesadaran akan pentingnya guru dalam pelaksanaan tugas pembelajaran bagi peserta didik, yang diharapkan memperoleh hasil yang optimal, sebagai wujud pencapaian tujuan pendidikan nasional. Martabat guru juga menghendaki adanya jaminan yang utuh terhadap profesi guru, sehingga mampu mengatasi kebutuhan hidup guru dan keluarganya, sekaligus dapat menjamin kesejahteraan hidup di hari tua. Martabat guru yang demikian akan berdampak terhadap pelaksanaan tugas profesionalitasnya, sehinga akan 5 Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 127. berkontribusi langsung ataupun tidak langsung bagi harkat dan martabat bangsa dan negara. 6 Maka dari itu, jika hal tersebut ingin terwujud, guru harus bekerja secara profesional terhadap profesi keguruannya. 2 Agen pembelajaran Yang dimaksud guru sebagai agen pembelajaran learning agent adalah peran guru antara lain : a Fasilitator Berperan sebagai fasilitator, guru dalam hal ini akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar mengajar, misalnya saja dengan menciptkan suasana kegiatan yang sedemikan rupa, serasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar mengajar akan berlangsung secara efektif. 7 b Motivator Sebagai motivator, guru hendaknya dapat mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik malas belajar dan menurun prestasinya di sekolah. 8 c Pemacu Sebagai pemacu, guru harus mampu melipatgandakan potensi peserta didik, dan mengembangkannya sesuai dengan aspirasi dan cita-cita mereka di masa yang akan datang. Hal ini penting, karena guru memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah, guru sangat berperan 6 M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru Indonesia: Wawasan Metodologi Pengajaran Agama Islam , Jakarta: Media Aktualisasi Pemikiran, 2006, h. 69. 7 A.M Sardiman,. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006, cet. Ke-13, h. 146. 8 M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru…, h. 45. dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal. 9 d Pemberi inspirasi Sebagai pemberi inspirasi belajar, guru harus mampu memerankan diri dan memberikan inspirasi bagi peserta didik, sehingga kegiatan belajar dan pembelajaran dapat membangkitkan berbagai pemikiran, gagasan, dan ide- ide baru. Untuk kepentingan tersebut, guru harus mampu menciptakan lingkungan sekolah yang aman, nyaman dan tertib, optimisme dan harapan yang tinggi dari seluruh warga sekolah, kesehatan sekolah, serta kegiatan-kegiatan yang terpusat pada peserta didik agar dapat memberikan inspirasi, membangkitkan nafsu, gairah dan semangat belajar. 10 Fungsi ini mengandung makna bahwa guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses pendidikan demi mencapai tujuan pendidikan di mana seorang guru tidak hanya memberikan ilmu pengetahuannya saja, tetapi ia juga harus menjadi agen pembelajaran yaitu sebagai fasilitator, motivator, pemacu, dan pemberi inspirasi. Ini semua tidak mudah untuk melakukannya karena diperlukan keahlian khusus. 3 Mutu pendidikan nasional Fungsi ini mengandung makna bahwa pelaksanaan tugas profesional guru, diharapkan benar-benar sesuai tujuan pendidikan nasional, tentunya dilangsungkan secara bertahap dan berkelanjutan, sejak pendidikan usia dini sampai pada pendidikan tinggi. Fungsi ini merupakan tantangan besar bagi guru, sehingga ia dituntut adanya kompetensi guru, meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial. Kompetensi- kompetensi tersebut agar diperjuangkan, dibina, dan dikembangkan secara terus-menerus, sesuai dengan dinamika perubahan yang terjadi, baik dinamika secara keseluruhan kehidupan manusia, baik secara lokal, nasional, regional, maupun global. 11 9 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007, h. 63. 10 E. Mulyasa,Standar Kompetensi…, h. 67. 11 M. Yunus Namsa, Kiprah Baru Profesi Guru…, h.45. Dengan terpenuhi kompetensi-kompetensi yang harus dimiliki seorang guru tersebut diharapkan kinerja guru dapat dipertanggung jawabkan sehingga mutu pendidikan nasional dapat meningkat terus- menerus.

c. Tujuan Guru

Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 6 menyatakan bahwa : “Kedudukan guru dan dosen sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, demokratis dan bertanggung jawab”. 12

3. Syarat-syarat Menjadi Guru

Karena pekerjaan guru adalah pekerjaan profesional maka untuk menjadi guru harus memenuhi persyaratan, sebagaimana dalam UU No.14 Tahun 2005 pasal 8, antara lain: a. Guru harus memenuhi kualifikasi akademik Seorang guru harus memenuhi kualifikasi akademik yaitu memperoleh pendidikan program sarjana atau diploma empat. b. Guru wajib memiliki kompetensi Guru harus memiliki kompetensi yang meliputi: 1 kompetensi pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik, 2 kompetensi kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik, 3 kompetensi profesional, yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam, dan 4 kompetensi sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan 12 Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 86. berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. c. Guru harus memiliki sertifikat pendidik Sertifikat pendidik yang dimaksud adalah bukti formal sebagai pengakuan yang diberikan guru sebagai tenaga profesional. Sertifikat ini diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah. d. Guru harus sehat jasmani dan rohani Yang dimaksud sehat jasmani dan rohani adalah kondisi kesehatan fisik dan mental yang memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan baik. Kondisi kesehatan fisik dan mental tersebut tidak ditujukan kepada penyandang cacat. e. Guru harus memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional

4. Hak dan Kewajiban Guru

Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 14 ayat 1 menyatakan bahwa guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan, guru berhak: a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. Yang dimaksud dengan penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum adalah pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup guru dan keluarganya secara wajar, baik sandang, pangan, papan, kesehatan, pendidikan, rekreasi, dan jaminan hari tua. Karena selain mendapatkan gaji pokok, guru juga mendapatkan tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan. b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. Penghargaan ini diberikan kepada guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, danatau bertugas di daerah khusus dan juga bagi guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus. Dan penghargaan ini diberikan kepada guru dalam bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam, danatau bentuk pengharagaan lain. c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan. f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, danatau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan. g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas. h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi. i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan. j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; danatau k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Selain mendapatkan hak, pada sisi lain guru mempunyai kewajiban dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya sebagaimana tertera dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 20, meliputi: a. Merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. b. Meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. c. Bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran. d. Menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai agama dan etika; dan e. Memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. 13

5. Organisasi Profesi Guru

Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pasal 1 dikemukakan bahwa: “Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru”. 14 Lebih lanjut dijelaskan hal-hal sebagai berikut: Pasal 41 1 Guru membentuk organisasi profesi yang bersifat independen. 2 Organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berfungsi untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, karier, wawasan kependidikan, perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada masyarakat. 3 Guru wajib menjadi anggota organisasi profesi. 4 Pembentukan organisasi profesi sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dilakukan sesuai dengan peraturan perundang- undangan. 5 Pemerintah danatau pemerintah daerah dapat memfasilitasi organisasi profesi guru dalam pelaksanaan pembinaan dan pengembangan profesi guru. 15 Pasal 42 Organisasi profesi guru mempunyai kewenangan: a. Menetapkan dan menegakkan kode etik guru; b. Memberikan bantuan hukum kepada guru; c. Memberikan perlindungan profesi guru; d. Melakukan pembinaan dan pengembangan profesi guru; dan e. Memajukan pendidikan nasional. 16

6. Kode Etik Guru

13 Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 93. 14 Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 84. 15 Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 103. 16 Depag RI, Undang-Undang dan Peraturan…, h. 104. Eloknya, setiap profesi memiliki kode etik, demikian halnya guru, seperti jabatan dokter, notaris, dan arsitek sebagai bidang pekerjaan profesi, guru juga memiliki kode etik, yakni kode etik guru. 17 Dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 43, dikemukakan sebagai berikut: 1 Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan, organisasi profesi guru membentuk kode etik. 2 Kode etik sebagaimana dimaksud pada ayat 1 berisi norma dan etika yang mengikat perilaku guru dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan. Urgensi Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen Secara keseluruhan materi yang diatur dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen terdiri atas 8 Bab, 84 pasal, dan 205 ayat yang mencakup: 1 Ketentuan Umum; 2 Kedudukan, Fungsi dan Tujuan; 3 Prinsip Profesionalitas; 4 Ketentuan Khusus Guru; 5 Ketentuan Khusus Dosen; 6 Sanksi; 7 Ketentuan Peralihan; dan 8 Ketentuan Penutup. Muhammad Surya mengatakan bahwa: Kelahirann UU tersebut memberikan secercah harapan bagi para guru dengan pesan-pesan yang tersurat dan tersirat di dalamnya berupa landasan kepastian hukum yang menjanjikan satu harapan perbaikan bagi guru di masa depan khususnya yang berkenaan dengan profesi, kesejahteraan, jaminan sosial, hak dan kewajiban serta perlindungan. Dan Undang- undang ini akan menjadi peluang sekaligus tantangan bagi guru dan berbagai pihak terkait khususnya pemerintah, penyelenggara pendidikan, organisasi guru, orang tua, dan masyarakat pada umumnya. 18 17 E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, h. 42. 18 Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru Menuju Profesional, Sejahtera dan Terlindungi. Bandung: Pustaka Bani Quraisy, 2006, h. 172. Dengan demikian, Undang-undang ini diharapkan dapat menjamin hak- hak guru, meningkatkan profesionalitas guru dan dapat mengatur berbagai hal-hal yang berkaitan dengan profesi guru seperti pengangkatan, penempatan, pemindahan, pemberhentian, pembinaan, pengembangan, penghargaan dan perlindungan terhadap guru.

1. Penjaminan Hak-hak

Guru memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Di pundaknya terpikul tanggung jawab yang sangat berat untuk mencetak generasi penerus bangsa demi terwujudnya pendidikan nasional. Maka dari itu, tugas guru tidak hanya mengajar, tetapi juga menanamkan nilai serta membangun karakter peserta didik. Dengan demikian, tugas guru sangatlah berat. Maka wajar bila seorang guru mendapatkan jaminan terhadap hak-haknya agar dapat hidup lebih sejahtera. Oleh karena itu, UU ini diharapkan dapat menjamin hak- hak guru sebagai insan pendidikan yang di antaranya sebagaimana tercantum dalam pasal 14, yaitu: a. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial. b. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. c. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual. d. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi. e. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan. f. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan, danatau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-undangan. g. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas. h. Memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi. i. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan. j. Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi; danatau k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.

2. Peningkatan Profesionalitas

Drs.H. Martinis Yamin, M.Pd dalam bukunya yang berjudul “Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia” menjelaskan bahwa: Seorang guru dikatakan profesional jika dia memiliki keahlian, keterampilan, dan kemampuan sebagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara; “Tut wuri handayani, Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso”. Tidak cukup dengan menguasai materi pelajaran akan tetapi mengayomi murid menjadi contoh atau teladan bagi murid serta selalu mendorong murid untuk lebih baik dan maju. Guru professional selalu mengembangkan dirinya terhadap pengetahuan dan mendalami keahliannya, kemudian guru professional rajin membaca literatur-literatur dengan tidak merasa rugi membeli buku-buku yang berkaitan dengan pengetahuan yang digelutinya. 19 Begitu juga dengan pendapat Prof.Dr. Sudarwan Danim dalam bukunya yang berjudul Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Guru,mengatakan bahwa: Untuk melihat apakah seorang guru dikatakan professional atau tidak dapat dilihat dari dua perspektif. Pertama, dilihat dari tingkat pendidikan minimal dari latar belakang pendidikan untuk jenjang sekolah tempat dia menjadi guru. Kedua, penguasaan guru terhadap materi bahan ajar, mengelola proses pembelajaran, mengelola siswa, melakukan tugas-tugas bimbingan, dan lain-lain. 20 19 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia. Jakarta: Gaung Persada Press, 2006, h. 23-24. 20 Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan Dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme Tenaga Kependidikan , Bandung: Pustaka Setia, 2002, h.30. Dari pendapat kedua tokoh tersebut, dapat disimpulkan bahwa seorang guru yang profesional tidak hanya dapat dilihat dari tingkat pendidikan akhirnya, tetapi juga dari kualitasnya baik penguasaan materi pelajaran, bersosialisasi, kemampuan mengelola kelas dan lain-lain. Maka dari itu, seorang guru harus selalu meningkatkan profesionalitasnya, sehingga ia siap untuk menghadapi tantangan masa kini dan masa yang akan datang terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam rangka mewujudkan profesionalitas, Undang-undang ini mempersyaratkan pemenuhan kualifikasi akademik, kompetensi, dan juga sertifikasi serta berkemauan untuk terus-menerus meningkatkan kemampuannya. Sebagaimana pasal 8 menegaskan bahwa “guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”. Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa seorang guru wajib memiliki kompetensi. Berbicara soal kompetensi, seorang guru memang diwajibkan harus memiliki kompetensi, karena jika seorang guru tidak memiliki kompetensi maka ia tidak akan mampu mengelola kelas, menyampaikan materi pelajaran dengan baik, dan lain-lain. Adapun yang dimaksud kompetensi dalam Undang-Undang ini adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Dalam Undang-Undang ini, ada empat macam kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, antara lain: 1. Kompetensi Pedagogik, yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi ini meliputi: a. Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan, b. Pemahaman terhadap peserta didik, c. Pengembangan kurikulumsilabus, d. Perancangan pembelajaran, e. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis, f. Evaluasi belajar, dan g. Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. 21 2. Kompetensi Kepribadian, yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik. Kompetensi ini meliputi: a. Penampilan sikap yang positif terhadap keseluruhan tugasnya sebagai guru, dan terhadap keseluruhan situasi pendidikan beserta unsur-unsurnya. b. Pemahaman, penghayatan, dan penampilan nilai-nilai yang seyogianya dianut oleh seseorang guru. c. Penampilan upaya untuk menjadikan dirinya sebagai panutan dan teladan bagi para siswanya. 22 Sebagaimana firman Allah SWT.,: = 7 F 1 7 3 ;89L M N OP 8LR ST UV2 W0 X7 F 8Y Z 8 G:7 J[ , I \ “Sesungguhnya telah ada bagi kamu pada Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang yang mengharap Allah dan hari Kiamat, serta yang berzikir kepada Allah yang banyak.” QS. Al-Ahzab : 21 23 Ayat di atas mengisyaratkan bahwa seorang menjadi guru tidaklah mudah. Karena guru merupakan figur sentral bagi siswanya. Maka dari itu, seorang guru memiliki kompetensi kepribadian karena guru merupakan suri teladan bagi peserta didiknya. 3. Kompetensi Sosial, yaitu kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, orang tuawali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini 21 Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru…, h. 175. 22 Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan…, h. 22. 23 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan, dan Keserasian Al-Quran, Jakarta: Lentera Hati, 2002, merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk: a. Berkomunikasi lisan danm tulisan. b. Menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional. c. Bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tuawali peserta didik. d. Bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 23 4. Kompetensi Profesional., yaitu kemampuan penguasaan materi pelajaran secara luas dan mendalam. Dari berbagai sumber yang membahas tentang kompetensi guru, secara umum dapat didentifikasi dan disarikan tentang ruang lingkup kompetensi profesional guru sebagai berikut: a. Mengerti dan dapat menerapkan landasan kependidikan baik filosofi, psikologis, sosiologis, dan sebagainya. b. Mengerti dan dapat menerapkan teori belajar sesuai taraf perkembangan peserta didik. c. Mampu menangani dan mengembangkan bidang studi yang menjadi tanggung jawabnya. d. Mengerti dan dapat menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi. e. Mampu mengembangkan dan menggunakanberbagai alat, media dan sumber belajar yang relevan. f. Mampu mengorganisasikan dan melaksanakan program pembelajaran. g. Mampu melaksanakan evaluasi hail belajar peserta didik. h. Mampu menumbuhkan kepribadian peserta didik. 24 Sedangkan secara lebih khusus, kompetensi profesional guru dapat dijabarkan sebagai berikut: a. Memahami Standar Nasional Pendidikan, yang meliputi: 1 Standar isi 2 Standar proses 3 Standar kompetensi lulusan 4 Standar pendidik dan tenaga kependidikan 5 Standar sarana dan prasarana 23 Muhammad Surya Percikan Perjuangan Guru…, h.176. 24 E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, h.135-136. 6 Standar pengelolaan 7 Standar pembiayaan 8 Standar penilaian pendidikan b. Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, yang meliputi: 1 Memahami standar kompetensi dan kompetensi dasar SKKD 2 Mengembangkan silabus 3 Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran RPP 4 Melaksanakan pembelajaran dan pembentukan kompetensi peserta didik 5 Menilai hasil belajar 6 Menilai dan memperbaiki KTSP sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kemajuan zaman c. Menguasai materi standar, yang meliputi: 1 Menguasai bahan pembelajaran bidang studi 2 Menguasai bahan pendalaman pengayaan d. Mengelola program pembelajaran, yang meliputi: 1 Merumuskan tujuan 2 Menjabarkan kompetensi dasar 3 Memilih dan menggunakan metode pembelajaran 4 Memilih dan menyusun prosedur pembelajaran 5 Melaksanakan pembelajaran e. Mengelola kelas, yang meliputi: 1 Mengatur tata ruang kelas untuk pembelajaran 2 Menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif f. Menggunakan media dan sumber pembelajaran, yang meliputi: 1 Memilih dan menggunakan media pembelajaran 2 Membuat alat-alat pembelajaran 3 Menggunakan dan mengelola laboratorium dalam rangka pembelajaran 4 Menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar g. Menguasai landasan-landasan kependidikan, yang meliputi: 1 Landasan filosofis 2 Landasan psikologis 3 Landasan sosiologis h. Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, yang meliputi: 1 Memahami fungsi pengembangan peserta didik 2 Menyelenggarakan ekstra kurikuler ekskul dalam rangka pengembangan peserta didik 3 Menyelenggarakan bimbingan dan konseling dalam rangka pengembangan peserta didik i. Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, yang meliputi: 1 Memahami penyelenggaraan administrasi sekolah 2 Menyelenggarakan administrasi sekolah j. Memahami penelitian dalam pembelajaran, yang meliputi: 1 Mengembangkan rancangan penelitian 2 Melaksanakan penelitian 3 Menggunakan hasil penelitian untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. k. Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran, yang meliputi: 1 Memberikan contoh perilaku keteladanan 2 Mengembangkan sikap disiplin dalam pembelajaran l. Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan, yang meliputi: 1 Mengembangkan teori-teori kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik 2 Mengembangkan konsep-konsep dasar kependidikan yang relevan dengan kebutuhan peserta didik m. Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual, yang meliputi: 1 Memahami strategi pembelajaran individual 2 Melaksanakan pembelajaran individual. 25 Selanjutnya, Kunandar dalam bukunya yang berjudul Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru mengatakan bahwa ada beberapa tantangan globalisasi yang harus disikapi guru dengan mengedepankan profesionalisme adalah sebagai berikut: a. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu cepat dan mendasar. b. Krisis moral yang melanda bangsa dan Negara Indonesia. c. Krisis sosial seperti kriminalitas, kekerasan, pengangguran dan kemiskinan yang terjadi dalam masyarakat. d. Krisis identitas sebagai bangsa dan Negara Indonesia. e. Adanya perdagangan bebas baik tingkat ASEAN, Asia Pasific maupun dunia. 26

3. Regulasi Pengaturan

25 E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, h. 136-138. 26 Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP dan Persiapan Menghadapi Sertifikasi Guru, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, Cet.I, h. 37-40. Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan dosen ini juga menjelaskan tentang regulasi terhadap guru yang meliputi pengangkatan dan penempatan, pemindahan, pemberhentian, pembinaan dan pengembangan, prlidungan dan cuti. Dan berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut. a. Pengangkatan dan Penempatan Sistem rekrutmen guru dan penempatannya memerlukan kebijakan yang tepat, mengingat banyak calon guru yang sering memilih tugas di tempat yang diingininya. Ada kasus, guru yang ditempatkan di desa tertentu tidak pernah muncul, atau kalau dalam bertugas selalu berhalangan untuk hadir, yang akhirnya minta dipindahkan ke tempat yang diinginkannya. Untuk menghilangkan masalah seperti itu, maka dalam rekrutmen dan penempatan perlu dipertimbangkan beberapa hal berikut: 1 Asal tempat calon guru. 2 Memperketat persyaratan calon guru yang diangkat dengan melihat hasil pendidikan dan seleksi. 3 Menetapkan batas waktu tugas untuk bisa mengajukan mutasi atau pindah. 4 Memberikan insentif dan jaminan lain bagi calon guru yang ditempatkan di daerah terpencil. 5 Memperkuat disiplin di tempat tugas dan menerapkan sanksi bagi yang melanggar. 6 Memintakan partisipasi dan tanggung jawab masyarakat untuk menjamin kesejahteraan, tempat tinggal, keamanan, kesehatan guru, terutama guru yang berasal dari daerah lain. 7 Untuk mengisi kekurangan guru di SD, SLTP, atau SLTA yang jauh dari kota, sebaiknya memberdayakan lulusan yang ada di tempat itu dengan legitimasi dari pemerintah daerah. Mereka yang bukan berasal dari LPTKdapat mengambil akta mengajar atau mengambil program PGSD. 27 Mengenai pengangkatan dan penempatan guru dikemukakan dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 25 sampai dengan pasal 27 bahwa pengangkatan dan penempatan guru dilakukan secara objektif dan transparan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dan pengangkatan dan penempatan guru pada satuan pendidikan yang 27 E. Mulyasa, Standar Kompetensi…, h.36-37. diselenggarakan Pemerintah atau pemerintah daerah dapat ditempatkan pada jabatan struktural diatur dengan Peraturan Pemerintah PP. Saat penulisan ini, Peraturan Pemerintah Guru yang mengatur tentang pengangkatan dan penempatan guru ini belum disahkan oleh pemeritah, karena disebabkan ada beberapa hal yang menghambat disahkannya PP tersebut. Padahal PP tersebut sangat pentinmg karena merupakan implementasi UU No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Di samping itu juga, pengangkatan dan penempatan guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat dilakukan oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. Dan bagi tenaga kerja asing yang dipekerjakan sebagai guru pada satuan pendidikan di Indonesia wajib mematuhi kode etik guru dan peraturan perundang-undangan. Adapun mengenai pengangkatan guru honorer sebagai calon pegawai negeri sipil diatur dalam Peraturan Pemerintah No.48 Tahun 2005.

b. Pemindahan

Undang-Undang guru dan Dosen ini juga mengatur tentang pemindahan guru yang terdapat dalam pasal 28 ayat 1 sampai dengan 5. Pasal ini menjelaskan bahwa Guru yang diangkat oleh Pemerintah atau pemerintah daerah dapat dipindahtugaskan antarprovinsi, antarkabupatenantarkota, antarkecamatan maupun antarsatuan pendidikan karena alasan kebutuhan satuan pendidikan danatau promosi. Selain itu juga, guru tersebut dapat mengajukan permohonan pindah tugas ke tempat yang ia tuju. Dan jika permohonan kepindahan dikabulkan, Pemerintah atau pemerintah daerah memfasilitasi kepindahan guru tersebut. Sedangkan pemindahan guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diatur oleh penyelenggara pendidikan atau satuan pendidikan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. Ketentuan lebih lanjut tentang pemindahan guru tersebut diatur dengan peraturan pemerintah..

c. Pemberhentian

Undang-undang No.14 Tahun 2005 ini juga mengatur tentang pemberhentian guru sebagaimana dikemukakan dalam pasal 30 ayat 1 sampai dengan 5. Pada pasal ini dijelaskan bahwa ada dua bentuk pemberhentian guru, yaitu: 1 Guru dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatannya sebagai guru karena: a. Meninggal dunia b. Mencapai batas usia pensiun yaitu mencapai 60 tahun. c. Atas permintaan sendiri d. Sakit jasmani dan atau rohani sehingga dapat melaksanakan tugas secara terus-menerus selama 12 dua belas bulan atau e. Berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama antara guru dan penyelenggara pendidikan 2 Guru diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru karena: a. Melanggar sumpah dari janji jabatan b. Melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama atau c. Melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 satu bulan aau lebih secara terus-menerus. Adapun Guru yang diangkat oleh pemerintah atau pemerintah daerah yang diberhentikan dari jabatan sebagai guru, kecuali meninggal dunia dan mencapai batas usia pensiun, tidak dengan sendirinya diberhentikan sebagai pegawai negeri sipil. Dan pemberhentian guru ini dilakukan harus sesuai dengan perundang- undangan. Selain itu juga terdapat dalam pasal 31 ayat 1 dan 2 yang menjelaskan bahwa pemberhentian guru tidak dengan hormat dapat dilakukan setelah guru yang bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri. Dan pasal ini juga menjelaskan bahwa guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang diberhentikan dengan hormat tidak atas permintaan sendiri memperoleh kompensasi finansial sesuai dengan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama.

d. Pembinaan dan Pengembangan

Sebagaimana dalam Undang-undang No.14 Tahun 2005 pasal 32 ayat 1 sampai dengan 4 dikemukakan tentang pembinaan dan pengembangan terhadap guru meliputi: 1 Pembinaan dan pengembangan profesi guru Pembinaan dan pengembangan ini meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Semuai ini melalui jabatan fungsional. 2 Pembinaan dan pengembangan karier guru Pembinaan dan pengembangan ini meliputi: penugasan, kenaikan pangkat, dan promosi. Adapun Pasal 33 menjelaskan bahwa kebijakan strategis pembinaan dan pengembangan profesi dan karier guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, atau masyarakat ditetapkan dengan peraturan Menteri.

e. Penghargaan

Pemberian penghargaan terhadap guru merupakan salah satu upaya nyata untuk memposisikan guru sebagai insan pendidikan dalam lingkup kehidupan bermasyarakat dan bernegara secara wajar, adil dan manusiawi. Upaya ini merupakan tanggung jawab bersama semua pihak yang terkait dalam rangka mewujudkan pendidikan yang lebih bermakna. 28 Sebagaimana dalam pasal 36 ayat 1 dan 2, penghargaan ini diberikan kepada guru yang berprestasi, berdedikasi luar biasa, dan bertugas di daerah khusus. Selain itu juga, guru yang gugur dalam melaksanakan tugas di daerah khusus. Dan penghargaan ini diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah daerah atau masyarakat. Selanjutnya, dalam pasal 37 ayat 1 sampai dengan 5 dikemukakan bahwa penghargaan ini dapat diberikan kepada guru, di samping itu juga dapat diberikan pada tingkat sekolah, tingkat desakelurahan, tingkat kecamatan, tingkat kabupatenkota, tingkat 28 Muhammad Surya, Percikan Perjuangan Guru …, h.87. provinsi, tingkat nasional atau tingkat internasional. Adapun penghargaan kepada guru dalam bentuk tanda jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, piagam, atau bentuk penghargaan lain. Dan penghargaan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati hari ulang tahun kemerdekaan Republik Indonesia, hari ulang tahun provinsi, hari ulang tahun kabupatenkota, hari ulang tahun satuan pendidikan, hari pendidikan nasional, hari guru nasional atau hari besar lain. Di samping itu juga dalam pasal 38 dikemukakan bahwa Pemerintah dapat menetapkan hari guru nasional sebagai penghargaan kepada guru yang diatur dengan peraturan perundang-undangan.

f. Perlindungan

Mengenai perlindungan terhadap guru ini terdapat dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pasal 39 ayat 1 sampai dengan 5. Undang-Undang ini menjelaskan bahwa guru akan mendapat beberapa perlindungan, di antaranya: 1 Perlindungan hukum Perlindungan hukum yang dimaksud adalah mencakup perlindungan hukum terhadap tindakan kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil dari peserta didik, orang tua peserta didik, masyarakat, birokrasi atau pihak lain. 2 Perlindungan profesi Perlindungan profesi yang dimaksud adalah mencakup perlindungan terhadap pemutusan hubungan kerja yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan, pemberian imbalan yang tidak wajar, pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan terhadap profesi, dan pembatasan pelarangan lain yang dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas. 3 Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja Perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang dimaksud adalah mencakup perlindungan terhadap risiko gangguan keamanan kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana alam, kesehatan lingkungan kerja, danatau risiko lain. Dari semua perlindungan ini yang berkewajiban memberikannya adalah pemerintah, pemerintah daerah, masyarakat, organisasi profesi atau satuan pendidikan. Dengan demikian, Undang-Undang ini diharapkan dapat menjamin perlindungan terhadap guru terlebih bagi guru yang bertugas di daerah khusus.

g. Cuti

Yang dimaksud cuti dalam PP RI No. 24 Tahun 1976 adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu. 29 Biasanya cuti yang diambil guru perempuan adalah cuti bersalin. Mengenai cuti guru ini juga diatur dalam Undang-Undang No.14 Tahun 2005 pada pasal 40 ayat 1, 2, dan 3 yang menjelaskan bahwa guru berhak memperoleh cuti sebagaimana sesuai dengan peraturan perundang-undangan misalnya diperbolehkan cuti untuk studi. Adapun guru yang mengambil cuti untuk studi ini tetap mendapatkan hak gaji penuh yaitu meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain yang meliputi tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan. Dan ketentuan lebih lanjut tentang cuti guru ini diatur dalam peraturan pemerintah. Kerangka Berpikir Guru merupakan salah satu komponen pembelajaran yang sangat penting. Oleh karena itu, tugas guru tidaklah mudah dan harus memiliki keahlian khusus dan dituntut untuk menjadi tenaga profesional. Berbicara tentang profesionalisme, guru harus senantiasa mengembangkan profesionalnya. Menurut Mohammad Nurdin, pengembangan profesional ini tidak akan terlepas darikata kunci sebagai berikut: 1. Knowledge Pengetahuan 2. Ability Kemampuan 3. Skill Keterampilan 4. Attitude Sikap Diri 5. Habit Kebiasaan Diri 30 Selain itu juga, dalam UU No.14 tahun 2005 pasal 32 ayat 2 bahwa pembinaan dan pengembangan profesi guru yaitu mengembangkan 29 Depag RI, Himpunan Peraturan Perundang-undangan, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 2004, h. 122. 30 Mohamad Nurdin, Kiat Menjadi Guru Profesional, Yogyakarta: Prismasophie, 2004, h. 139-152. kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Dalam penulisan ini, penulis lebih berfokus kepada kompetensi professional yang harus dimiliki seorang guru. Saat ini, kompetensi profesional guru di Indonesia masih belum maksimal. Sedangkan kompetensi profesional guru sangat berpengaruh untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Dengan demikian, semakin tinggi profesionalisme guru, maka semakin tinggi pula keberhasilan proses belajar mengajar sehingga tercapai pula tujuan pendidikan dan begitu pula sebaliknya. Mengenai UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ini, penulis ingin mengetahui tingkat kesiapan guru terutama dalam hal kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Selain itu juga, penulis ingin mengetahui bagaimana upaya guru meningkatkan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional dalam rangka menghadapi uji kompetensi. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan merupakan salah satu Madrasah negeri yang berada di Jl. Ciputat Raya Pondok Pinang Kebayoran Lama Jakarta Selatan. MTsN 3 ini terkenal dengan kedisiplinannya yang tinggi baik dari para guru yang berkompeten dan profesional maupun siswanya. Oleh karena itu, banyak orang tua yang memasukkan anak mereka untuk melanjutkan sekolah di MTsN 3 ini. Berdasarkan alasan ini, penulis menjadikan MTsN 3 ini sebagai tempat penelitian. Adapun waktu penelitian dari tanggal 14 sd 17 Januari tahun 2008. Metode Penelitian Segala sesuatu untuk mencapai target yang diinginkan harus melalui metode. Demikian penelitian ini juga memerlukan metode agar penelitian memberi arah atau cara kerja. Adapun penelitian ini menggunakan metode eksploratif yaitu penelitian yang dilakukan untuk menggali suatu gejala yang masih baru. 1 Penelitian ini bermaksud untuk menggali data dari reponden yaitu Guru MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan. Selanjutnya, sebagaimana konvensi dan aturan akademik yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah, penyusunan skripsi ini berdasarkan Pedoman Penyusunan Penulisan Skripsi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan tahun 2007. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian 1 Bambang Prasetyo dan Lina Miftahul Jannah, Metode Penelitian Kuantitatif: Teori dan Aplikasi , Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2007, h. 41. Istilah variabel dapat diartikan bermacam-macam. Variabel yang diartikan sebagai segala sesuatu yang menjadi obyek pengamatan penelitian. Sering pula dinyatakan variabel penelitian itu sebagai faktor- faktor yang berperan dalam peristiwa atau gejala yang akan diteliti. 2 Penelitian ini adalah penelitian eksploratif, yaitu menggali data dari responden. Dengan demikian, penelitian ini terdapat satu variabel, yaitu kesiapan guru merespon Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen. Definisi Operasional Definisi Operasional adalah definisi yang didasarkan sifat-sifat hal yang didefinisikan yang dapat diamati diobservasi. 3 Adapun definisi operasional dari variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Kesiapan Guru Merespon Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen adalah skor yang diperoleh dari kuesioner mengenai kesiapan guru terutama dalam memenuhi persyaratan sebagai guru dalam ketentuan UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Kesiapan guru di sini dalam hal kesiapan kompetensi pedagogik dan kesiapan kompetensi profesional yang harus dimiliki oleh setiap guru.” Populasi dan Sampel Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan dan peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian. 4 Secara sederhana, populasi adalah keseluruhan obyek penelitian. Dalam penelitian ini, populasinya berjumlah 53 guru. 2 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, Jakarta : Rajawali Pers, 2003, cet. Ke-3, h. 25. 3 Amirul hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan 2, Bandung : Pustaka Setia, 1998, h. 215. 4 Hermawan Rasito, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 1992, h. 49. Sedangkan sampel adalah sebagian dari populasi yang memiliki sifat dan karakteristik yang sama, sehingga betul-betul mewakili populasi. 5 Jadi, jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 30 dari populasi yaitu sebanyak 16 guru. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling atau sampel acak sederhana yaitu dengan mengundi nama-nama guru menurut nomer kodenya. Teknik Pengumpulan Data Salah satu tahap penting dalam proses penelitian adalah kegiatan pengumpulan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Library Research Penelitian Kepustakaan yaitu penulis mengumpulkan data- data yang berhubungan dengan objek penelitian baik dari buku-buku, majalah, surat kabar, internet dan lain-lain. Field Research Penelitian Lapangan yaitu penulis mengadakan penelitian langsung ke objek sasaran penelitian. Adapun untuk memperoleh data-data lapangan, penulis menggunakan beberapa teknik, yaitu: Observasi Observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian. 6 Dalam pengumpulan data, penulis terjun langsung ke lapangan dengan melihat dan mengamati segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan pembuatan penelitian ini, yakni dengan mengamati sekolah dan guru kemudian dilakukan pencatatan. Wawancara Wawancara adalah percakapan langsung dan tatap muka face to face dengan maksud tertentu. 7 Wawancara ini dilakukan untuk mendapatkan informasi secara langsung dengan mengungkapkan pertanyaan-pertanyaan pada responden. Penulis melakukan wawancara 5 Nana Sudjana dan Ibrahim, penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung : Sinar Baru, 1989, h. 84. 6 S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004, cet. Ke-4, h. 158. 7 Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2003, cet. Ke-2, h. 172. dengan bidang humas yaitu Dra. Ernawati untuk memperoleh informasi tentang kesiapan guru dalam menghadapi uji sertifikasi.. Angket Angket merupakan suatu daftar pertanyaan atau pernyataan tentang topik tertentu yang diberikan kepada subyek, baik individual atau kelompok, untuk mendapatkan informasi tertentu. 9 Secara sederhana, angket adalah berupa daftar pertanyaan yang harus dijawab oleh responden. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan bentuk pertanyaan yang bersifat langsung dan tertutup. Angket ini berisi 25 butir item pertanyaan. Adapun penyebaran angket ini dilakukan untuk mengetahui kesiapan guru MTsN 3 Pondok Pinang merespon Undang- Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, terutama dalam hal kesiapan kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional dalam menghadapi uji sertifikasi. Angket ini berisi pertanyaan tentang kesiapan guru merespon Undang-Undang No.14 Tahun 2005. Dokumentasi Dokumentasi yaitu pencatatan data yang dilakukan oleh penulis tentang sejarah berdirinya MTsN 3 Pondok Pinang, data-data guru, staf karyawan dan lain sebagainya agar penulis mendapatkan informasi secara mendalam. Instrumen Penelitian Instrumen penelitian banyak ditentukan oleh instrumen yang digunakan, sebab data yang yang diperlukan untuk mejawab pertanyaan penelitian masalah dan menguji hipotesis. Instrumen sebagai alat pengumpul data harus betul-betul dirancang dan dibuat sedemikian rupa sehingga menghasilkan data empiris sebagaimana adanya. 10 Untuk memperoleh data tentang kesiapan guru dan respon guru terhadap UU No.14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, instrumen pengumpul data yang digunakan berupa angket atau kuesioner. 9 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan, Jakarta : RajaGrafindo Persada, 1999, h. 181. 10 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan, Bandung: PT. Sinar Baru, 1989, h. 70. Berikut kisi-kisi instrumen penelitian yang penulis susun dan kembangkan adalah sebagai berikut: Tabel 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian tentang Kesiapan Guru Merespon Undang-Undang No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen NO Variabel Penelitian Dimensi Indikator Nomor Butir Soal 1 Kesiapan Guru 1.1 Kompetensi Pedagogik 1.2 Kompetensi Profesional 1.1.1 Memahami peserta didik secara mendalam. 1.1.2 Merancang pembelajaran, termasuk memahami landasan pendidikan untuk kepentingan pembelajaran. 1.1.3 Melaksanakan pembelajaran 1.1.4 Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran. 1.1.5 Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya. 1.2.1 Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. 1.2.2 Menguasai struktur dan metode keilmuwan 1.2.3 Keterlibatan guru dalam diklat. 1, 2, 3,4 5, 6, 7 8, 9, 10, 11 12, 13, 14, 15, 16, 17 18, 19 21, 22, 23, 24 25 Teknik Pengolahan Data dan Analisa Data Teknik Pengolahan Data Untuk mengelola data dalam penelitian ini, penulis melakukan langkah-langkah sebagai berikut: Editing Mengedit adalah memeriksa daftar pertanyaan yang telah diserahkan oleh responden. Tujuan dari editing adalah mengurangi kesalahan atau kekurangan yang ada pada daftar pertanyaan yang telah diselesaikan. 11 Pada tahap ini, penulis melakukan pengecekan terhadap data yang diperoleh, khususnya pada angket yang telah diisi oleh para responden yaitu para guru MTsN 3 Pondok Pinang Jakarta Selatan. Angket tersebut harus diteliti satu persatu tentang kelengkapan pengisian, kejelasan penulisan dan kebenaran pengisiannya, sehingga terhindar dari kekeliruandan kesalahan. Jika ada jawaban yang diragukan atau tidak dijawab, maka penulis menghubungi responden bersangkutan untuk menyempurnakan jawabannya. Skoring Skoring merupakan tahap pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket. Dalam setiap pertanyaan dalam angket terdapat 4 butir jawaban selalu, sering, kadang-kadang dan tidak pernah yang harus dipilih oleh responden. Maka penulis melakukan perhitungan skor rata-ratanya dengan ketentuan sebagai berikut: Jawaban selalu SL, diberi skor 4. Jawaban sering SR, diberi skor 3. Jawaban kadang-kadang KK, diberi skor 2. Jawaban tidak pernah TP, diberi skor 1. Tabulating Setelah diketahui setiap indikatornya, maka seluruh data tersebut ditabulasikan dalam bentuk tabel frekuensi untuk kemudian diketahui perhitunganya. Ini memudahkan penulis dalam mengolah data yang 11 Cholid Narbuko dan Abu Ahmadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, Cet.Ke-3, h. 153. telah ada. Tabulasi bertujuan untuk mendapatkan gambaran frekuensi dalam setiap item pertanyaan yang penulis kemukakan. Teknik Analisa Data Teknik analisa data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menguraikan keterangan atau data yang diperoleh agar data tersebut dapat dipahami oleh penulis dan juga orang lain yang ingin mengetahui hasil penelitian tersebut. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan teknik analisis secara kuantitatif yang dinamakan deskripsi analisis, yaitu menggambarkan apa adanya kemudian dianalisa secara mendalam. Langkah pertama adalah membuat tabel frekuensi dan kemudian dilengkapi dengan persentase. Dalam hal ini penulis menggunakan rumus sebagai berikut: F x 100 N Keterangan P = Angka persentase F = Frekuensi yang sedang dicari frekuensinya N = Number of Cases jumlah frekuesibanyaknya individu. 11 Setelah didapat hasil prosentase dari angket yang disebarkan kepada siswa, maka untuk menentukan kategori penilaian dari hasil penelitian tersebut, penulis merumuskan sebagai berikut 12 : 11 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2005, cet.ke-15, h. 43. 12 Ahmad Supardi dan Wahyudin Syah, Metodologi Riset, Bandung: IAIN SGD, 1984, Cet. Ke-1, h. 52. P = Tabel 3 Kategori Penilaian B. NO C. PROSENTASE PENAFSIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 100 90 - 99 60 - 89 51 - 59 50 40 – 49 20 - 39 1 - 9 Seluruhnya Hampir seluruhnya Sebagian besar Lebih dari setengah Setengahnya Hampir setengahnya Sebagian kecil Sedikit sekali Tidak ada sama sekali Selanjutnya, penulis mencari rata-rata kompetensi pedagogic dan kompetensi professional guru MTsN 3 Jakarta Selatan untuk menentukan tingkat kesiapan mereka menghadapi uji kompetensi. Penulis menggunakan rumus sebagai berikut: M X : Mean rata-rata yang kita cari X : Jumlah nilai variable N : Number of Cases banyaknya responden 13 Adapun untuk mengetahui tingkat kesiapan guru MTsN 3 Jakarta Selatan dari segi kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional, maka penulis menetukan kriteria penilaian adalah sebagai berikut : 13 Anas Sudijono, Pengantar Statistik…, h. 81. N X M X = 80 - 100 : Sangat siap 79 - 60 : Siap 59 - 40 : Kurang siap 39 : Tidak siap

BAB IV HASIL PENELITIAN