Proses Pencucian Botol TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Pencucian Botol

Dengan bantuan Conveyor, botol-botol dimasukkan ke dalam mesin pencuci botol, proses kerjanya adalah sebagai berikut : 1. Pembilasan Awal Masing-masing botol dimasukkan ke dalam pocket-pocket sebanyak 33 pocket, kemudian dibilas dengan air. Air ini mengandung kaustik soda yang digunakan sebagai sabun pengganti deterjen, dilakukan pada keadaan panas, dengan temperatur lebih kurang 45°C. 2. Tangki Perendaman I Compartement I Setelah melalui pembilasan awal, kotoran-kotoran di bagian dalam dan luar botol yang tidak terlalu lekat akan terlepas. Botol-botol kemudian masuk ke tangki perendaman kaustik I. Larutan di dalam tangki ini bersuhu lebih kurang 50ºC - 60ºC dan konsentrasi kaustik 2,0 - 3,5 juga ditambahkan zat divergade additive dengan konsentrasi 0,1 – 0,3 untuk produksi berkarbonat. Untuk produksi frestea konsentrasi kaustik 2,5 - 3,5 , untuk konsentrasi divergade additive 0,1 - 0,3 dengan temperatur 65 – 75 C. 3. Tangki Perendaman II Compartment II Botol-botol kemudian bergerak ke tangki perendaman kaustik II, yang suhunya lebih panas yaitu 75ºC - 85ºC untuk produk frestea, dan 60 o C – 75 o C untuk produk berkarbonat dengan konsentrasi kaustik 1,75 - 2,5 dan juga ditambahkan zat divergade additive kurang lebih 0,1 - 0,3. Botol disemprot di bagian dalamnya agar lebih bersih. Universitas Sumatera Utara 4. Perendaman Air Panas Compartment III Botol kemudian melalui tangki perendaman air panas yang berasal dari air soft dan mengalami penyemprotan luar dan dalam sebanyak dua kali, temperatur tangki ini antara 50ºC - 60ºC Untuk produk berkarbonat, dan 80 C – 90 C untuk produk frestea. 5. Pembilasan Akhir Botol-botol yang telah direndam air panas dibilas akhir dengan air produksi, untuk produk frestea temperatur akhir adalah 90 C dangan tekanan 1 – 2 bar. Dan untuk produk berkarbonat temperatur akhir 25 C – 30 C dengan tekanan 0,5 – 1,5 bar, kemudian botol – botol yang selesai dicuci dijalankan dengan memggunakan converyor. Sebelum ke mesin pengisi, botol diperiksa oleh inspektur untuk mengetahui apakah botol telah memenuhi syarat, botol yang masih kotor, sompel atau cacat disisihkan dan tidak boleh digunakan untuk mengemas minuman. Botol yang sudah selesai diseleksi oleh inspektur, kemudian diperiksa kebersihannya dengan menggunakan larutan pewarna metilen blue dan indikator fenolftalein pp 1 . Jika botol masih mengandung kaustik maka botol yang diberikan indikator fenolftalein 1 akan menunjukan perubahan warna dari larutan yang ada didalam botol, yaitu warna merah muda, sedangkan dengan penambahan metilen blue, kotoran yg masih ada di dalam botol akan berwarna biru, karena menyerap warna biru dari metilen blue Anonim, 1990. Fenolftalein pp mempunyai pKa 9,4 perubahan warna antara pH 8,4 – 10,4. Struktur fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari pp sehingga pH-nya meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna Rohman,2007. Universitas Sumatera Utara Gambar 1.1 perubahan fenolftalein Identifikasi NaOH, menurut Farmakope Indonesia Ed. IV NATRII HYDROXIUM Natrium Hidroksida NaOH, BM 40,00 Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0 dan tidak lebih dari 100 alkali jumlah sebagai NaOH, mengandung Na 2 CO 3 tidak lebih dari 30 . [Perhatian, hati-hati dalam penanganan natrium hidroksida karena merusak jaringan dengan cepat]. − Pemerian : Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh, dan menunjukan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara, akan menyerap karbon dioksida dan lembab. − Kelarutan : Mudah larut dalam air dan dalam etanol. − Identifikasi : Universitas Sumatera Utara Menunjukan reaksi natrium cara A dan B seperti yang terterah pada uji identifikasi umum, lakukan penetapan menggunakan larutan 1 dalam 25. − Bahan tidak larut dansenyawa organic : Larutan 1 dalam 20 larutan sempurna, jernih dan tidak berwarna sampai agak berwarna. − Kalium : Asamkan 5 ml larutan 1 dalam 20 dengan asam asetat 6 N, tambahkan 5 tetes natrium kobaltinitrit Lp : tidak terbentuk endapan. − Logan berat : Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan dengan melarutkan 670 mg dalam campuran 5 ml air dan 7 ml asam klorida 3 N. Panaskan sampai mendidih, dinginkan dan encerkan dengan air hingga 25 ml. − Penetapan kadar : Timbang seksama lebih kurang 1,5 g, larutkan dalam lebih kurang 40 ml air bebas karbondioksida P. Dinginkan larutan sampai suhu kamar, tambahkan fenolftalein LP dan titrasi dengan asam sulfat 1 N LV. Pada saat terjadi warna merah mudah catat volume asam yang dibutuhkan, tambahkan jingga metal LP dan lanjutkan titrasi hingga terjadi warna merah mudah yang tetap. 1 ml asam sulfat 1 N setara dengan 40,00 mg alkali jumlah, dihitung sebagai NaOH. 1 ml asam dalam titrasi dengan metal jingga setara dengan 106,0 mg Na 2 CO 3 . − Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODOLOGI