Pengaruh Konsentrasi Kaustik Soda Dan Temperatur Mesin Pencuci Terhadap Kebersihan Botol Pada Pt.Oca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan

(1)

PENGARUH KONSENTRASI KAUSTIK SODA DAN

TEMPERATUR MESIN PENCUCI TERHADAP KEBERSIHAN

BOTOL PADA PT. COCA-COLA BOTTLING INDONESIA UNIT

MEDAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

ASLI KURNIA 062410033

062410033

PROGRAM STUDI DIPLOMA III ANALIS FARMASI DAN

MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

(3)

LEMBARAN PENGESAHAN

PENGARUH KONSENTRASI KAUSTIK SODA DAN TEMPERATUR

MESIN PENCUCI TERHADAP KEBERSIHAN BOTOL PADA PT.

COCA- COLA BOTTLINNG INDONESIA UNIT MEDAN

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi Dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh :

ASLI KURNIA 062410033

Medan, Mei 2009 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt. NIP 131 283 721

Disahkan Oleh : Dekan,

Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt. NIP 131 283 716


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik.

Judul tugas akhir ini adalah “Pengaruh Konsentrasi Kaustik Soda Dan Temperatur Mesin Pencuci Terhadap Kebersihan Botol Pada PT. Coca-cola Bottling Indonesia”. Tugas Akhir ini dibuat untuk menyelesaikan Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan, Fakultas Farmasi, Universitas Sumatera Utara. Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil yang didapat selama mengikuti PKL dalam waktu lebih kurang 3 minggu terhitung tanggal 9 – 28 februari 2009 di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan.

Penulis mengucapkan terimah kasih yang sebesar-besarnya kepada ayah dan bunda tercinta Bagdo Supriyanto dan Ngatinem serta adik-adik tersayang atas doa dan dorongan semangat serta pengorbanan moril maupun materil selama masa kuliah hingga selesai penulisan tugas akhir ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bantuan dan dorongan kepada penulis dalam menyusun Tugas Akhir ini, diantaranya :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt selaku Dekan Farmasi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc, Apt selaku ketua Program Study D3 Analis Farmasi dan Makanan.


(5)

D A F T A R I S I

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN... 6

1.1. Latar Belakang ... 6

1.2. Tujuan ... 7

1.3. Manfaat ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Proses Pencucian Botol ... 8

BAB III METODOLOGI ... 14

3.1. Alat-alat ... 14

3.2. Bahan-bahan ... 14

3.3. Prosedur kerja ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1. Hasil ... 16

4.2. Pembahasan ... 17

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 18

5.1. Kesimpulan ... 18

5.2. Saran ... 18


(6)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan mengemas produk akhirnya, yaitu minuman ringan (soft drink) dengan kemasan botol gelas dan botol plastik.

Botol-botol yang digunakan untuk pengisian minuman harus bersih (bebas dari kotoran), tidak rusak atau pecah. Untuk itu botol-botol sebelum digunakan harus dicuci terlebih dahulu. Botol bekas yang datang dari konsumen dan botol yang akan dimasukkan ke mesin pencuci botol, disortir terlebih dahulu, tujuannya untuk memisakan botol-botol yang terlalu kotor atau rusak dengan botol yang masih layak digunakan dan yang tidak terlalu kotor. Botol yang terlalu kotor akan dipisahkan untuk dicuci secara manual, sementara botol yang rusak/pecah akan disisihkan

Pada pencucian botol, di PT. Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan tidak menggunakan sabun/deterjen, tetapi menggunakan kaustik soda sebagai pengganti deterjen. Temperatur yang digunakan adalah temperatur konstan (tetap).

Konsentrasi kaustik soda dan temperatur mesin pencuci sangat berpengaruh terhadap kebersihan botol yang digunakan untuk mengemas produk akhir minuman ringan pada PT. Coca-Cola Bottling Imdonesia unit medan.

1.2 Tujuan

Untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi kaustik soda dan temperatur mesin pencuci terhadap kebersihan botol.


(7)

1.3 Manfaat

Dengan mengetahui pengaruh konsentrasi kaustik soda dan temperatur mesin pencuci yang digunakan, maka dapat dilakukan analisa berikutnya dengan konsentrasi kaustik soda dan temperatur mesin pencuci yang lebih bervariasi pada saat pencucian botol.


(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proses Pencucian Botol

Dengan bantuan Conveyor, botol-botol dimasukkan ke dalam mesin pencuci botol, proses kerjanya adalah sebagai berikut :

1. Pembilasan Awal

Masing-masing botol dimasukkan ke dalam pocket-pocket sebanyak 33 pocket, kemudian dibilas dengan air. Air ini mengandung kaustik soda yang digunakan sebagai sabun pengganti deterjen, dilakukan pada keadaan panas, dengan temperatur lebih kurang 45°C.

2. Tangki Perendaman I (Compartement I)

Setelah melalui pembilasan awal, kotoran-kotoran di bagian dalam dan luar botol yang tidak terlalu lekat akan terlepas. Botol-botol kemudian masuk ke tangki perendaman kaustik I. Larutan di dalam tangki ini bersuhu lebih kurang 50ºC - 60ºC dan konsentrasi kaustik 2,0% - 3,5% juga ditambahkan zat divergade additive dengan konsentrasi 0,1 – 0,3 % untuk produksi berkarbonat. Untuk produksi frestea konsentrasi kaustik 2,5% - 3,5% , untuk konsentrasi divergade additive 0,1% - 0,3% dengan temperatur 65 – 75 0C. 3. Tangki Perendaman II (Compartment II)

Botol-botol kemudian bergerak ke tangki perendaman kaustik II, yang suhunya lebih panas yaitu 75ºC - 85ºC untuk produk frestea, dan 60oC – 75oC untuk produk berkarbonat dengan konsentrasi kaustik 1,75% - 2,5% dan juga ditambahkan zat

divergade additive kurang lebih 0,1% - 0,3%. Botol disemprot di bagian dalamnya agar


(9)

4. Perendaman Air Panas (Compartment III)

Botol kemudian melalui tangki perendaman air panas yang berasal dari air soft dan mengalami penyemprotan luar dan dalam sebanyak dua kali, temperatur tangki ini antara 50ºC - 60ºC Untuk produk berkarbonat, dan 800C – 900C untuk produk frestea. 5. Pembilasan Akhir

Botol-botol yang telah direndam air panas dibilas akhir dengan air produksi, untuk produk frestea temperatur akhir adalah > 900C dangan tekanan 1 – 2 bar. Dan untuk produk berkarbonat temperatur akhir 250C – 300C dengan tekanan 0,5 – 1,5 bar, kemudian botol – botol yang selesai dicuci dijalankan dengan memggunakan converyor. Sebelum ke mesin pengisi, botol diperiksa oleh inspektur untuk mengetahui apakah botol telah memenuhi syarat, botol yang masih kotor, sompel atau cacat disisihkan dan tidak boleh digunakan untuk mengemas minuman.

Botol yang sudah selesai diseleksi oleh inspektur, kemudian diperiksa kebersihannya dengan menggunakan larutan pewarna metilen blue dan indikator fenolftalein (pp) 1 %. Jika botol masih mengandung kaustik maka botol yang diberikan indikator fenolftalein 1 % akan menunjukan perubahan warna dari larutan yang ada didalam botol, yaitu warna merah muda, sedangkan dengan penambahan metilen blue, kotoran yg masih ada di dalam botol akan berwarna biru, karena menyerap warna biru dari metilen blue (Anonim, 1990).

Fenolftalein (pp) mempunyai pKa 9,4 (perubahan warna antara pH 8,4 – 10,4). Struktur fenolftalein akan mengalami penataan ulang pada kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur fenol dari pp sehingga pH-nya meningkat akibatnya akan terjadi perubahan warna (Rohman,2007).


(10)

Gambar 1.1 perubahan fenolftalein

Identifikasi NaOH, menurut Farmakope Indonesia Ed. IV

NATRII HYDROXIUM

Natrium Hidroksida

NaOH, BM 40,00

Natrium hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0 % dan tidak lebih dari 100 % alkali jumlah sebagai NaOH, mengandung Na2CO3 tidak lebih dari 30 %.

[Perhatian, hati-hati dalam penanganan natrium hidroksida karena merusak jaringan

dengan cepat].

− Pemerian :

Putih atau praktis putih, massa melebur, berbentuk pellet, serpihan atau batang atau bentuk lain. Keras, rapuh, dan menunjukan pecahan hablur. Bila dibiarkan di udara, akan menyerap karbon dioksida dan lembab.

− Kelarutan :

Mudah larut dalam air dan dalam etanol. −


(11)

Menunjukan reaksi natrium cara A dan B seperti yang terterah pada uji identifikasi umum, lakukan penetapan menggunakan larutan (1 dalam 25).

− Bahan tidak larut dansenyawa organic :

Larutan (1 dalam 20) larutan sempurna, jernih dan tidak berwarna sampai agak berwarna. − Kalium :

Asamkan 5 ml larutan (1 dalam 20) dengan asam asetat 6 N, tambahkan 5 tetes natrium kobaltinitrit Lp : tidak terbentuk endapan.

− Logan berat :

Tidak lebih dari 30 bpj; lakukan penetapan dengan melarutkan 670 mg dalam campuran 5 ml air dan 7 ml asam klorida 3 N. Panaskan sampai mendidih, dinginkan dan encerkan dengan air hingga 25 ml.

− Penetapan kadar :

Timbang seksama lebih kurang 1,5 g, larutkan dalam lebih kurang 40 ml air bebas karbondioksida P. Dinginkan larutan sampai suhu kamar, tambahkan fenolftalein LP dan titrasi dengan asam sulfat 1 N LV. Pada saat terjadi warna merah mudah catat volume asam yang dibutuhkan, tambahkan jingga metal LP dan lanjutkan titrasi hingga terjadi warna merah mudah yang tetap.

1 ml asam sulfat 1 N setara dengan 40,00 mg alkali jumlah, dihitung sebagai NaOH. 1 ml asam dalam titrasi dengan metal jingga setara dengan 106,0 mg Na2CO3.

− Wadah dan penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat.


(12)

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat-alat

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan kebersihan botol pada PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan adalah sebagai berikut:

− Beker glass − Pipet tetes − Termometer − Botol aquades − Crate

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam analisa kebersihan botol tersebut adalah sebagai berikut:

− Sampel botol

− Indikator fenolftalein (PP) 1 % − Metilen blue (biru metil) − Aquades


(13)

3.3 Prosedur Kerja

1. Ambil 10 buah sampel botol yang sudah dicuci bersih dan diperiksa oleh inspektur.

2. Botol diletakkan di crate, lalu dianalisa kebersihannya dari kaustik dengan menggunakan indikator PP 1% dengan meratakan indikator PP 1 % keseluruh dinding botol, amati. Jika residu kaustik masih ada, maka larutan berwarna pink (++), jika residu tidak ada (-).

3. Kemudian dianalisa lagi dengan menggunakan larutan metilen blue, dengan meratakan methilen blue ke seluruh dinding botol,amati. Jika pada botol terlihat ada butiran-butiran seperti pasir berwarna biru, berarti botol masih terdapat kotoran (++), tetapi jika pada botol tidak terlihat butiran-butiran seperti pasir berwarna biru berarti botol sudah bersih dan memenuhi standar perusahaan (-). 4. Lalu botol dibilas dengan air produksi.


(14)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Dari data pemeriksaan kebersihan botol setelah proses pencucian di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan, dengan sampel botol sebanyak 10 buah adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi kaustik soda dan temperatur Mesin Pencuci Terhadap Kebersihan Botol.

Tanggal : 23 februari 2009 Time Konsentrasi

NaOH(%)

Temp. Washer

Fenolftalein 1 % Metilen blue

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7:30 2,10 65 - - - + - - - - 9:30 2,05 65 - - - ++ - - ++ - - ++ - ++ 11:25 2,58 65 - - - - 13:25 2,35 65 - - - + - + - - - - 15:30 2,15 65 - - - + - - + - - + - - - 17:32 2,21 65 - - - + - + - - - - +

Tanggal : 24 februari 2009 Time Konsentrasi

NaOH(%)

Tem. Washer

Fenolftalein 1 % Metilen blue

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7:15 2,10 65 - - - + - - + - - + - - 9:20 2,05 65 - - - ++ - ++ - - + - + - 11:20 2,60 65 - - - + - - - - 13:15 2,36 65 - - - + - - - - + - + 15:20 2,12 65 - - - + + - - - + - - + - 17:15 2,70 65 - - - -

Keterangan:

− Tanda ( - ) : Tidak terdapat residu kaustik soda pada botol yang telah dicuci. − Tanda ( + ) : Terdapat kotoran asing pada botol yang telah dicuci, yang ditandai

dengan adanya butiran-butiran pasir yang berwarna biru, di mana kotoran tersebut menyerap warna biru dari methilen blue.

− Pengamatan dilakukan pada saat produksi berjalan normal. − Temperatur mesin pencuci constant (tetap = 65 oC)


(15)

4.2 Pembahasan

Dari data di atas konsentrasi kaustik soda dan temperatur yang digunakan pada mesin pencuci botol sangat berpengaruh terhadap kebersihan botol yang digunakan untuk mengemas produk minuman ringan di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan. Metoda yang digunakan dalam penentuan kebersihan botol adalah proses pengikatan kotoran terhadap larutan pewarna metilen blue dan indikator fenolftalein 1%.

Proses pencucian yang menghasilkan kebersihan botol adalah terletak pada rentang konsentrasi kaustik 2,5% - 2,7%, yaitu diperoleh botol yang bersih pada konsentrasi kaustik soda 2,58% dan 2,70% dengan temperature konstan (tetap) yaitu 65ºC. Jika konsentrasi kaustik dibawah 2,5% dengan temperature konstan (tetap) maka tingkat kebersihan botol akan berkurang.


(16)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

− Dari analisa data yang diproleh, konsentrasi kaustik yang baik untuk membersihkan botol terletak pada rentang 2,5 % -2,7 %, yaitu diperoleh botol yang bersih pada konsentrasi kaustik soda 2,58% dan 2,7%. Konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi kaustik standard yang paling efektiv untuk proses pembersihan botol dari residu kaustik dan kotoran asing di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan.

− Temperatur yang digunakan dalam melakukan analisa ini merupakan temperatur yang konstan (tetap), yaitu 65oC.

5.2 Saran

Untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan studi terhadap penurunan temperatur pada mesin pencuci untuk melakukan penghematan energi di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan.


(17)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1994, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1990, Coca-Cola Amatil Indonesia Beverage Quality Control Manual

Standard and Operating Procedure, Volume IV, Jakarta.


(1)

BAB III METODOLOGI 3.1 Alat-alat

Peralatan yang digunakan dalam pemeriksaan kebersihan botol pada PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan adalah sebagai berikut:

− Beker glass

− Pipet tetes

− Termometer

− Botol aquades

Crate

3.2 Bahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam analisa kebersihan botol tersebut adalah sebagai berikut:

− Sampel botol

− Indikator fenolftalein (PP) 1 %

− Metilen blue (biru metil)

− Aquades


(2)

1. Ambil 10 buah sampel botol yang sudah dicuci bersih dan diperiksa oleh inspektur.

2. Botol diletakkan di crate, lalu dianalisa kebersihannya dari kaustik dengan menggunakan indikator PP 1% dengan meratakan indikator PP 1 % keseluruh dinding botol, amati. Jika residu kaustik masih ada, maka larutan berwarna pink (++), jika residu tidak ada (-).

3. Kemudian dianalisa lagi dengan menggunakan larutan metilen blue, dengan meratakan methilen blue ke seluruh dinding botol,amati. Jika pada botol terlihat ada butiran-butiran seperti pasir berwarna biru, berarti botol masih terdapat kotoran (++), tetapi jika pada botol tidak terlihat butiran-butiran seperti pasir berwarna biru berarti botol sudah bersih dan memenuhi standar perusahaan (-). 4. Lalu botol dibilas dengan air produksi.


(3)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil

Dari data pemeriksaan kebersihan botol setelah proses pencucian di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan, dengan sampel botol sebanyak 10 buah adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Pengaruh Konsentrasi kaustik soda dan temperatur Mesin Pencuci Terhadap Kebersihan Botol.

Tanggal : 23 februari 2009

Time Konsentrasi NaOH(%)

Temp. Washer

Fenolftalein 1 % Metilen blue

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7:30 2,10 65 - - - + - - - - 9:30 2,05 65 - - - ++ - - ++ - - ++ - ++ 11:25 2,58 65 - - - - 13:25 2,35 65 - - - + - + - - - - 15:30 2,15 65 - - - + - - + - - + - - - 17:32 2,21 65 - - - + - + - - - - +

Tanggal : 24 februari 2009

Time Konsentrasi NaOH(%)

Tem. Washer

Fenolftalein 1 % Metilen blue

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 7:15 2,10 65 - - - + - - + - - + - - 9:20 2,05 65 - - - ++ - ++ - - + - + - 11:20 2,60 65 - - - + - - - - 13:15 2,36 65 - - - + - - - - + - + 15:20 2,12 65 - - - + + - - - + - - + - 17:15 2,70 65 - - - -

Keterangan:

− Tanda ( - ) : Tidak terdapat residu kaustik soda pada botol yang telah dicuci.

− Tanda ( + ) : Terdapat kotoran asing pada botol yang telah dicuci, yang ditandai dengan adanya butiran-butiran pasir yang berwarna biru, di mana kotoran tersebut menyerap warna biru dari methilen blue.

− Pengamatan dilakukan pada saat produksi berjalan normal.

− Temperatur mesin pencuci constant (tetap = 65 oC)

− Pengambilan data dilakukan setiap 2 jam selama 2 hari.


(4)

Dari data di atas konsentrasi kaustik soda dan temperatur yang digunakan pada mesin pencuci botol sangat berpengaruh terhadap kebersihan botol yang digunakan untuk mengemas produk minuman ringan di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan. Metoda yang digunakan dalam penentuan kebersihan botol adalah proses pengikatan kotoran terhadap larutan pewarna metilen blue dan indikator fenolftalein 1%.

Proses pencucian yang menghasilkan kebersihan botol adalah terletak pada rentang konsentrasi kaustik 2,5% - 2,7%, yaitu diperoleh botol yang bersih pada konsentrasi kaustik soda 2,58% dan 2,70% dengan temperature konstan (tetap) yaitu 65ºC. Jika konsentrasi kaustik dibawah 2,5% dengan temperature konstan (tetap) maka tingkat kebersihan botol akan berkurang.


(5)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

− Dari analisa data yang diproleh, konsentrasi kaustik yang baik untuk

membersihkan botol terletak pada rentang 2,5 % -2,7 %, yaitu diperoleh botol yang bersih pada konsentrasi kaustik soda 2,58% dan 2,7%. Konsentrasi tersebut merupakan konsentrasi kaustik standard yang paling efektiv untuk proses pembersihan botol dari residu kaustik dan kotoran asing di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan.

− Temperatur yang digunakan dalam melakukan analisa ini merupakan temperatur yang konstan (tetap), yaitu 65oC.

5.2 Saran

Untuk penelitian lebih lanjut sebaiknya dilakukan studi terhadap penurunan temperatur pada mesin pencuci untuk melakukan penghematan energi di PT. Coca-cola Bottling Indonesia Unit Medan.


(6)

Anonim, 1994, Farmakope Indonesia, Edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1990, Coca-Cola Amatil Indonesia Beverage Quality Control Manual

Standard and Operating Procedure, Volume IV, Jakarta.