Analisis Cemaran Mikroba Pada Pencucian Botol Sprite Di Washer Line-3 Dengan Menggunakan Metode Pour Plate di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan
ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA PENCUCIAN
BOTOL SPRITE DI WASHER LINE-3
DENGAN MENGGUNAKAN METODE POUR PLATE
DI PT COCA-COLA BOTTLING INDONESIA
UNIT MEDAN
TUGAS AKHIR
Oleh:
PUTRI MAULIA
NIM 122410072
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALISIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
(2)
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Analisis Cemaran Mikroba Pada
Pencucian Botol Sprite Di Washer Line-3 Dengan Menggunakan Metode Pour
Plate di PT Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan” sebagai salah satu syarat
memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi
dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Selama menyelesaikan penyusunan Tugas Akhir ini penulis telah banyak
mendapat bantuan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang turut membantu, khususnya:
1. Bapak Drs. Awaluddin Saragih, M. Si, Apt., selaku dosen pembimbing yang
telah meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan pengarahan
dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
2. Kak Lidya, Kak Yana, Bang Arif, dan kak Winda selaku pembimbing lapangan
yang telah banyak memberikan saran dan memberikan waktu dalam pengerjaan
Tugas Akhir di Laboratorium PT Coca-Cola Bottling Indonesia Unit Medan.
3. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M. Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas
(4)
4. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M. App. Sc., Apt., selaku koordinator Program
Diploma-III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta staf Pengajar Fakultas Farmasi Universitas
Sumatera Utara yang telah membantu kelancaran penulis dalam
menyelesaikan studi.
6. Bapak Ahmad Nasuha selaku Humas PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit
Medan yang telah membimbing kami selama menyelesaikan tugas akhir.
7. Abang-abang saya Hardiansya dan Harviensyah Saputra serta adik saya
Khairul Atiqi yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam
menyelesaikan tugas akhir.
8. Serta pihak-pihak yang telah ikut membantu namun tidak tercantum namanya.
Teramat khusus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada yang tercinta Ayahanda Hamdani Hasan dan Ibunda Idawati Harahap yang
selalu memberi dukungan moril maupun materil serta kasih sayang yang
berlimpah kepada penulis agar terus menggapai cita-cita yang diharapkan.
Atas segala kekurangan dan ketidaksempurnaan Tugas Akhir ini, penulis
sangat mengharapkan masukan, kritik dan saran yang bersifat membangun kearah
perbaikan dan penyempurnaan Tugas Akhir ini. Akhir kata penulis berharap
semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Mei 2015 Penulis
PUTRI MAULIA NIM 122410072
(5)
ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA PENCUCIAN BOTOL SPRITE DI WASHER LINE-3 DENGAN MENGGUNAKAN METODE POUR PLATE DI PT COCA-COLA BOTTLING INDONESIA
UNIT MEDAN Abstrak
Proses pencucian botol yang dilakukan di PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan adalah untuk membersihkan botol dari kotoran, mikroba, dan memilih mana yang masih dalam kondisi baik untuk dipakai. Botol yang digunakan adalah botol yang berasal dari pasar maupun yang baru, untuk itu perlu dilakukan proses pencucian botol agar didapat botol yang memenuhi standar persyaratan perusahaan.
Metode yang digunakan adalah metode pour plate (metode tuang) yaitu suatu teknik menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri (agar) sehingga sel-sel tersebut tersebar merata dan diam baik di permukaan agar atau di dalam agar.
Hasil analisis yang diperoleh jumlah total count masih memenuhi standar syarat PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan hal ini dapat dilihat dari segi mikroorganisme maupun dari proses pencucian botol yang dilakukan sesuai prosedur yaitu mulai dari pembilasan awal, tangki perendaman I, tangki perendaman II, perendaman dengan air panas, dan pembilasan akhir.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1.Latar Belakang ... 1
1.2.Tujuan ... 2
1.3.Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1.Pengertian Air Secara Umum ... 4
2.1.1. Penggolongan Air ... 5
2.1.2. Syarat-syarat Air ... 5
2.1.3. Air Tanah ... 6
2.1.4. Air Sumur ... 7
2.2.Proses Pengolahan Air ... 7
2.2.1. Proses Pengolahan Soft Water Untuk Pencucian Botol ... 8
(7)
2.3.1. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan
Jasad Renik ... 11
2.3.2. Bakteri ... 13
2.3.3. Pertumbuhan Bakteri ... 13
2.3.4. Struktur Bakteri ... 14
2.3.5. Medium Mikroba ... 15
2.4.Metode Pour Plate (metode tuang) ... 16
BAB III METODOLOGI ... 18
3.1.Sterilisasi Alat Dan Bahan ... 18
3.1.1. Alat ... 18
3.1.2. Bahan ... 18
3.1.3. Posedur Kerja ... 18
3.2.Pembuatan Media Plate Count Agar (PCA) ... 19
3.2.1. Alat ... 19
3.2.2. Bahan ... 19
3.2.3. Prosedur Kerja ... 19
3.3.Pembuatan Media Bioburden ... 19
3.3.1. Alat ... 19
3.3.2. Bahan ... 19
3.3.3. Prosedur Kerja ... 20
3.4.Metode Pour Plate ... 20
3.4.1. Alat ... 20
3.4.2. Bahan ... 20
(8)
3.4.3.1Pengambilan Sampel ... 20
3.4.3.2Pengenceran Sampel ... 21
3.4.3.3Pemeriksaan Total Count... 21
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 22
4.1.Hasil ... 22
4.2.Pembahasan ... 22
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 24
5.1.Kesimpulan ... 24
5.2.Saran ... 24
DAFTAR PUSTAKA ... 25
(9)
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Hasil Jumlah Total Count Dari Botol Minuman
(10)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Proses Pengolahan Soft Water ... 26
(11)
ANALISIS CEMARAN MIKROBA PADA PENCUCIAN BOTOL SPRITE DI WASHER LINE-3 DENGAN MENGGUNAKAN METODE POUR PLATE DI PT COCA-COLA BOTTLING INDONESIA
UNIT MEDAN Abstrak
Proses pencucian botol yang dilakukan di PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan adalah untuk membersihkan botol dari kotoran, mikroba, dan memilih mana yang masih dalam kondisi baik untuk dipakai. Botol yang digunakan adalah botol yang berasal dari pasar maupun yang baru, untuk itu perlu dilakukan proses pencucian botol agar didapat botol yang memenuhi standar persyaratan perusahaan.
Metode yang digunakan adalah metode pour plate (metode tuang) yaitu suatu teknik menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri (agar) sehingga sel-sel tersebut tersebar merata dan diam baik di permukaan agar atau di dalam agar.
Hasil analisis yang diperoleh jumlah total count masih memenuhi standar syarat PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan hal ini dapat dilihat dari segi mikroorganisme maupun dari proses pencucian botol yang dilakukan sesuai prosedur yaitu mulai dari pembilasan awal, tangki perendaman I, tangki perendaman II, perendaman dengan air panas, dan pembilasan akhir.
(12)
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang
PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan adalah suatu industri yang
bergerak dibidang minuman ringan tanpa alkohol atau soft drink dengan kemasan
minuman dengan menggunakan botol plastik dan kaca. Botol merupakan bahan
tambahan dalam proses produksi minuman ringan (PT. Cocal Cola Bottling
Indonesia, 2013).
Pencucian botol pada washer yang diuji adalah menggunakan botol
kosong RGB yang diperoleh dari pasar yang telah disortasi sesuai kondisi yang
dipersyaratkan yaitu dipastikan botol yang masuk pada washer tidak rusak, kotor
berat, scuff (> 6 mm), botol dengan label, flavor atau ukuran yang tidak sesuai
yang layak untuk dicuci ulang di bottle washer. Dan pada botol baru akan
dilakukan pemeriksaan pada saat kedatangan sesuai prosedur (PT. Coca Cola
Bottling Indonesia, 2013).
Proses pencucian botol harus benar-benar bersih dari segala kotoran dan
bebas dari benda-benda asing serta bebas dari mikroorganisme. Botol yang di
ambil dari pasaran maupun botol baru harus lulus uji mikroorganisme, hal ini
perlu dilakukan pengujian mikroorganisme yang bertujuannya untuk
meminimalisir kontaminasi terhadap produk.
Menurut PT Coca Cola Bottling Indonesia proses pencucian botol pada
(13)
1. Pre Rinse (pembilasan awal)
2. Compartmen Kaustik I
3. Compartmen Kaustik II
4. Compartmen III (perendaman dengan air panas)
5. Final Rinse (pembilasan akhir)
Setelah proses pencucian botol kemudian dilakukan pengujian
mikroorganisme dengan menggunakan metode pour plate atau metode tuang.
Mikroorganisme merupakan organisme hidup yang berukuran mikroskopik. Dunia
mikroorganisme terdiri dari lima kelompok organisme yaitu bakteri, protozoa,
virus, serta algae dan cendawan mikroskopis. Mikroorganisme sangat erat
kaitannya dengan kehidupan kita, beberapa diantaranya bermanfaat dan yang lain
merugikan. Banyak di antaranya menjadi penghuni dalam tubuh manusia,
diantaranya mikroorganisme dapat menyebabkan penyakit (Pelczar, 1986).
1.2Tujuan
Analisis cemaran mikroba pada pencucian botol sprite di Line-3 ini
bertujuan untuk:
1. Mengetahui apakah pencemaran mikroba pada pencucian botol sprite di
washer Line-3 dengan menggunakan metode pour plate atau metode tuang
memenuhi standart persyaratan yang telah di tetapkan di PT Coca Cola
Bottling Indonesia
2. Mengetahui apakah botol-botol tersebut layak atau tidak untuk digunakan
(14)
1.3Manfaat
Setelah melakukan analisis tentang pencucian botol sprite di washer Line-
3 yang dilakukan di PT Coca Cola Bottling Indonesia kita dapat mengetahui
proses pencucian botol yang baik dan benar sesuai parameter, sehingga tidak
(15)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1Pengertian Air Secara Umum
Air adalah suatu senyawa hidrogen dan oksigen dengan rumusan kimia
H2O. Berdasarkan sifat fisiknya (secara fisika) terdapat tiga macam bentuk air,
yaitu air sebagai benda cair, air sebagai benda padat, dan air sebagai benda gas
atau uap. Air berubah dari suatu bentuk kebentuk yang lainnya tergantung pada
waktu dan tempat serta temperaturnya. Berdasarkan jenis wadah yang ditempati,
air dibedakakan atastiga jenis, yaitu air permukaan, air tanah dan air diudara. Air
permukaan adalah airyang terdapat dipermukaan kulit bumi baik yang berbentuk
cair (air sungai, air danau dan air laut) maupun yang berbentuk padat (es, salju
dan gletser). Air tanah adalah air yang terdapat dibawah permukaan kulit bumi
atau didalam tanah. Adapun air udaraadalah air yang terdapat didalam atmosfer
bumi, berupa uap ataupun embun. Air lunak adalah air yang kandungan garam
kapurnya (kalsium karbonat, CaCO3) kecil. Sedangkan air sadah adalah air yang
kandungan garam kapurnya banyak (Dumairy, 1992).
Pemakaian air secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi empat
golongan berdasarkan tujuan penggunaannya, yaitu air untuk keperluan irigasi, air
untuk keperluan pembangkit energi, air untuk keperluan industri dan air untuk
keperluan publik. Air untuk keperluan publik dibedakan atas air konsumsi
domestikdan air untuk konsumsi sosial dan komersial (Dumairy, 1992).
Air yang mengandung mikroorganisme itu disebut air yang kena
(16)
sewaktu-waktu meluas menjadi wabah (epidemi) karena peranan air yang cemar
(Dwidjoseputro, 2010).
2.1.1 Penggolongan Air
Adapun penggolongan Air secara umum adalah sebagai berikut :
1. Golongan A, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air minum secara
langsung, tanpa pengolahan terlebih dahulu
2. Golongan B, yaitu air yang dapat digunakan sebagai air baku air minum
3. Golongan C, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan perikanan dan
peternakan
4. Golongan D, yaitu air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian usaha
diperkotaan, industri, dan pembangkit listrik tenaga air (Effendi,2003).
2.1.2 Syarat-syarat Air
Menurut Azwar (1996), air yang digunakan harus memenuhi syarat air
minum yaitu:
1. Syarat fisik
a. Tidak boleh berwarna
b. Tidak boleh berasa
c. Tidak boleh berbau
d. Harus jernih
e. Suhu sebaiknya dibawah suhu udara, sejuk (dibawah 20oC)
2. Syarat kimia
Air minum yang baik adalah air yang tidak tercemar secara berlebihan
(17)
berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat ataupun bahan kimia
yang terdapat didalm air minum, tidak sampai menimbulkan kerusakan pada
tempat penyimpanan air, sebaliknya zat ataupun bahan kimia dan mineral yang
dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya
dalam sumber air minum tersebut. Agar terhindar dari penyakit (Azwar, 1996)
3. Syarat biologi
Dalam menggunakan atau memproduksi air minum, tidak boleh
mengandung bakteri-bakteri penyakit (pathogen) sama sekali tidak boleh
mengandung bakteri golongan Escherisia coli melebihi batas-batas yang telah
ditentukan yaitu 1 coloni/100ml air (Notoatmodjo, 1997).
2.1.3 Air Tanah
Air tanah merupakan sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi
dan menyerap ke dalam lapisan tanah dan menjadi air tanah. Sebelum mencapai
lapisan tempat air tanah, air hujan akan menembus beberapa lapisan tanah dan
menyebabkan terjadinya kesadahan pada air (hardness of water). Kesadahan pada
air ini menyebabkan air mengandung zat-zat mineral dalam konsentrasi. Zat-zat
mineral tersebut, antara lain kalsium, magnesium, dan logam berat seperti Fe dan
Mn. Akibatnya, apabila kita menggunakan air sadah untuk mencuci, sabun yang
kita gunakan tidak akan berbusa dan bila diendapkan akan terbentuk endapan
(18)
2.1.4 Air Sumur
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk
yang tinggal di daerah perdesaan maupun di perkotaan Indonesia. Secara teknis
sumur dapat dibagi menjadi 2 jenis:
1. Sumur Dangkal (shallow well)
Sumur semacam ini memiliki sumber air yang berasal dari resapan air
hujan di atas permukaan bumi terutama di daerah daratan rendah. Jenis sumur ini
banyak terdapat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang
berasal dari kegiatan mandi-cuci-kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang
ada perlu sekali diperhatikan (Chandra, 2006).
2. Sumur Dalam (deep well)
Sumur ini memiliki sumber air yang berasal dari proses purifikasi alami air
hujan oleh lapisan kulit bumi menjadi air tanah. Sumber airnya tidak
terkontaminasi dan memenuhi persyaratan sanitasi (Chandra, 2006).
2.2 Proses Pengolahan Air
Di PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan, air merupakan salah satu
bahan baku utama pada pembuatan minuman baik untuk minuman yang non
karbonated maupun yang karbonated. Proses pengolahan air dibagi menjadi dua
proses yaitu pengolahan treated water menggunakan deep well 3 dan 5 dengan
kedalaman 250-255 meter yang digunakan untuk produksi, laboratorium,
keperluan untuk kantor dan kantin. Sedangkan pengolahan soft water memakai
(19)
MCK (mandi, cuci, kakus), pencucian tangki dan proses pencucian botol (bottle
washer) (PT Coca Cola Bottling Indonesia).
2.2.1 Proses Pengolahan Soft Water Untuk Pencucian Botol Proses pengolahan Soft water antara lain sebagai berikut:
1. Deep Well (air sumur)
Air dan sumur bor diambil dengan menggunakan pompa raw meter yang
berkapasitas 40 m3/jam. Air untuk pencucian botol menggunakan sumur 4,
sebelum memasuki degassifier, diinjeksikan dengan H2SO4 3,5-4,0% pada pipa
inlet ke degassifier. Air yang telah terinjeksi ini akan memiliki pH sekitar 6,5-7,5
dan terjadi proses penurunan alkalinitas air. Dan ditambahkan Ca(OCl) 2,5-10%
sebagai desinfektan awal
2. Degassifier dan Catchmant Tank
Dalam degasifier air akan dicurahkan dan melewati strainer sehingga
menjadi aliran yang terbagi rata dalam curahan-curahan air yang kecil. Dalam pH
air dibawah 5, alkalinitas dalam air berada dalam bentuk CO2. Dengan kondisi
CO2 dicurahkan, terbentuk oleh saringan dan dengan udara dari blower, CO2 yang
terlarut dalam air akan terlepas ke udara menjadi gas CO2. Gas CO2 ini akan
terbang ke lingkungan melewati ventilasi pada bagian atas degasifier. Air dari
degasifier akan ditampung dalam catchman tank dengan kandungan alkalinitas
dan Fe yang telah berkurang dan terklorinasi.
3. Multi Media Filter (MMF)
Selanjutnya air dari catchman tank dipompa menuju multimedia filter
(20)
dalam air, sehingga diperoleh air bersih atau jernih atau turbidity air menjadi
rendah (<0,5 NTU).
4. Carbon Filter (penyaring karbon)
Air bersih yang masih terklorinasi akan dilewatkan ke carbon filter untuk
pengurangan / penghilangan klorin, bau, rasa dan bahan organik.
5. Resin Filter
Selanjutnya air memasuki resin softener yang akan mengambil ion-ion
penyebab kesadahan air (Ca2+, Mg2+) sehingga diperoleh air lunak (soft water).
Setelah resin menjadi jenuh, tank resin diregenerasi dengan NaCl. Setelah keluar
dari softener, aliran soft water dalam pipa akan diinjeksi dengan klorin sehingga
diperoleh kandungan klorin sebesar 1-3 ppm.
6. Storage Tank
Soft water yang telah terklorinisasi ditampung dalam bak penampungan.
Selain untuk menambah waktu kontak dengan klorin, juga untuk menjaga proses
produksi (bottle washer dan boiler) yang kontinyu.
7. Hydrophore Tank (Tangki Bertekanan)
Air yang telah mengalami pengolahan di softener akan ditransfer ke buffer
tank dibagian depan (wilayah produksi) dengan menggunakan tangki bertekanan
(hydrophore tank). Sebelum ditampung dalam buffer tank, air lunak diberikan
(21)
8. Buffer Tank
Tangki penampungan sementara yang diinjeksikan larutan klorin (5-10%)
untuk mengoksidasi bahan organik dan mencegah pertumbuhan mikroorganisme
dengan kapasitas 80 M3 dan kadar klorin dalam tangki 1-5 ppm.
9. Bag Filter (3 micron)
Bag Filter 3 mikron untuk menyaring air dan mencegah partikel – partikel
padatan, airnya dialirkan ke washer.
10. Resin Filter
Tangki berisi pay off BWT untuk boiler.
11. Strainer 100 mesh
Strainer ini terbuat dari material stainless stell yang berfungsi untuk
menyaring kotoran yang terikut dari larutan garam untuk regenerasi.
2.3 Pertumbuhan Mikroorganisme
Pertumbuhan adalah penambahan secara teratur semua komponen sel
suatu jasad. Pembelahan sel adalah hasil dari pembelahan sel. Pada jasad
bersel tunggal (uniseluler), pembelahan atau perbanyakan sel merupakan
pertambahan jumlah individu. Misalnya pembelahan sel pada bakteri akan
menghasilkan pertambahan jumlah sel bakteri itu sendiri. Pada jasad bersel
banyak (multiseluler), pembelahan sel tidak menghasilkan pertambahan jumlah
individunya, tetapi hanya merupakan pembentukan jaringan atau bertambah
(22)
antara pertumbuhan masing-masing individu sel dan pertumbuhan kelompok
sel atau pertumbuhan populasi (Sumarsih, 2003).
Jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut sebagai mikroba
atau mikroorganisme atau jasad renik. Jasad renik disebut sebagai mikroba
bukan hanya karena ukurannya yang kecil, sehingga sukar dilihat dengan
mata biasa, tetapi juga pengaturan kehidupannya yang lebih sederhana
dibandingkan dengan jasad tingkat tinggi. Mata biasa tidak dapat melihat jasad
yang ukurannya kurang dari 0,1 mm. Ukuran mikroba biasanya dinyatakan dalam
mikron (µ), 1 mikron adalah 0,001 mm. Sel mikroba umumnya hanya dapat
dilihat dengan alat pembesar atau mikroskop, walaupun demikian ada
mikroba yang berukuran besar sehingga dapat dilihat tanpa alat pembesar
(Sumarsih, 2003).
2.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Jasad Renik
Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan jasad renik yang besifat
heterotrof adalah tersedianya nutrien, air, suhu, pH, oksigen dan potensi
oksidasi-reduksi, adanya zat penghambat, dan adanya jasad renik lain (Fardiaz, 1992).
1. Nutrien
Jasad renik heterotrof membutuhkan nutrien untuk kehidupan dan
pertumbuhannya yaitu sebagai sumber karbon, sumber nitrogen, sumber energi,
(23)
2. Tersedianya Air
Sel jasad renik memerlukan air untuk hidup dan berkembang biak. Oleh
karena itu, pertumbuhan sel jasad renik di dalam suatu makanan sangat
dipengaruhi oleh jumlah air yang tersedia (Fardiaz, 1992).
3. Nilai pH
Nilai pH medium sangat mempengaruhi jenis jasad renik yang dapat
tumbuh. Jasad renik pada umumnya dapat tumbuh pada kisaran pH 3-6 unit.
Kebanyakan bekteri mempunyai pH optimum, yaitu pH di mana pertumbuhannya
maksimum, sekitar pH 6,5-7,5. Pada pH di bawah 5,0 dan di atas 8,5, bakteri tidak
dapat tumbuh dengan baik, kecuali bakteri asam asetat (Acetibacter suboxydans)
dan bakteri oksidasi sulfur (Fardiaz, 1992).
4. Suhu
Masing-masing jasad renik mempunyai suhu optimum, minimum, dan
maksimum untuk pertumbuhannya. Hal ini disebabkan di bawah suhu minimum
dan di atas suhu maksimum, aktivitas enzim akan berhenti, bahkan pada suhu
yang terlalu tinggi akan terjadi denaturasi enzim (Fardiaz, 1992).
5. Tersedianya Oksigen
Konsentrasi oksigen di dalam bahan pangan dan lingkungan
mempengaruhi jenis jasad renik yang dapat tumbuh pada makanan tersebut.
Tersedianya oksigen di dalam suatu bahan pangan dipengaruhi oleh daya oksidasi
(24)
6. Komponen Antimikroba
Makanan mungkin mengandung komponen yang dapat menghambat
pertumbuhan jasad renik. Komponen antimikroba tersebut terdapat di dalam
makanan melalui salah satu dari beberapa cara yaitu:
a. Terdapat secara alamiah di dalam bahan pangan.
b. Ditambahkan dengan sengaja ke dalam makanan.
c. Terbentuk selama pengolahan atau oleh jasad renik yang tumbuh selama
fermentasi makanan (Fardiaz, 1992).
2.3.2 Bakteri
Bakteri merupakan organisme bersel tunggal yang berkembang biak
dengan pembelahan menjadi dua sel. Bakteri dibagi menjadi kelas-kelas menurut
bentuknya:
1. Kokus: berbentuk bulat
2. Basil: batang lurus
3. Kokobasil: bentuk antara kokus dan basil
4. Vibrio: batang lempeng
5. Spiriceta: spiral (Gibson, 1996)
2.3.3 Pertumbuhan Bakteri
Untuk berkembang biak, bakteri membutuhkan beberapa persyaratan. Jika
hal ini tidak terdapat, mereka akan mati atau mengubah dirinya menjadi spora.
1. Air, bakteri akan mati atau mati suri jika terlalu kering
2. Zat-zat organik, bakteri membutuhkan zat-zat organik sebagai sumber energi
(25)
3. Garam-garam organik, sedikit fosfat, sulfat, magnesium, kalsium, besi, seng,
tembaga, kobal, dan molybdenum penting untuk sistem enzim di dalam
bakteri dan untuk mengontrol osmosis.
4. Gas, karbon dioksida penting untuk aktivitas metaboliknya. Organisme aerob
adalah organisme yang hanya tumbuh jika terdapat oksigen (misalnya basil
tuberkulosis). Organisme anaerob adalah organisme yang hanya tumbuh jika
tidak terdapat oksigen.
5. pH, kebanyakan bakteri tumbuh dengan baik pada medium yang netral atau
sedikit alkali (pH 7,2-7,6).
6. Temperatur, bakteri tumbuh optimal pada suhu tubuh ± 37o C (Gibson, 1996).
2.3.4 Struktur Bakteri
Struktur bakteri terdiri dari:
1. Dinding sel, dinding sel disusun terutama oleh mukopeptida, merupakan
suatu struktur yang memelihara bentuk bakteri dan tempat lewat zat kimia
dari kedua arah.
2. Protoplasma, merupakan bagian dari organisme yang terletak di dalam
dinding sel, di susun terutama oleh asam nukleat.
Beberapa bakteri mempunyai beberapa gambaran tumbuhan:
1. Kapsul, beberapa bakteri (misalnya pneumokokus) terletak di dalam kapsul
tipis. Kapsul ini resisten terhadap fagositosis oleh sel-sel fagositik.
2. Flagela, beberapa bakteri (misalnya basil tifoid) mempunyai flagel yang
melekat pada bagian luar. Dengan pergerakan undulasi yang cepat, flagel ini
(26)
3. Spora, merupakan struktur yang membulat atau oval dengan mantel tebal
dimana beberapa bakteri (misalnya basil tetanus) dapat mengubah dirinya jika
keadaan tidak menguntungkan mereka. Di dalam spora basil tetap inaktif dan
tahan terhadap pengeringan, pemanasan dan desinfektan, jika keadaan
memungkinkan, meraka mengubah dirinya kembali ke keadaan aktifnya
(Gibson, 1996).
2.3.5 Medium Mikroba
Medium pembiakan penyubur dibuat dari medium pembiakan dasar
dengan penambahan zat-zat lain untuk mempersubur pertumbuhan bakteri
tertentu, yang pada medium pembiakan dasar tidak dapat tumbuh dengan baik.
Untuk keperluan ini ke dalam medium pembiakan dasar sering ditambahkan
darah, serum, cairan tubuh, ekstrak hati, otak, dan sebagainya (Irianto, 2006).
Medium pertumbuhan (disingkat medium) adalah tempat untuk
menumbuhkan mikroba. Mikroba memerlukan nutrisi untuk memenuhi
kebutuhan energi dan untuk bahan pembangun sel, untuk sintesa protoplasma
dan bagian-bagian sel lain. Setiap mikroba mempunyai sifat fisiologi tertentu,
sehingga memerlukan nutrisi tertentu pula (Sumarsih, 2003).
Bahan makanan yang digunakan oleh jasad hidup dapat berfungsi
sebagai sumber energi, bahan pembangun sel, dan sebagai aseptor atau donor
elektron. Dalam garis besarnya bahan makanan dibagi menjadi tujuh golongan
yaitu air, sumber energi, sumber karbon, sumber aseptor elektron, sumber
(27)
Medium memerlukan kemasaman (pH) tertentu tergantung pada jenis
jasad yang ditumbuhkan. Aktivitas metabolisme mikroba dapat mengubah pH,
sehingga untuk mempertahankan pH medium ditambahkan bahan buffer.
Beberapa komponen penyusun medium dapat juga berfungsi sebagai buffer
(Sumarsih, 2003).
2.4 Metode Pour Plate (metode tuang)
Metode pour plate (metode tuang) adalah suatu teknik di dalam
menumbuhkan mikroorganisme di dalam media agar dengan cara mencampurkan
media agar yang masih cair dengan stok kultur bakteri (agar) sehingga sel-sel
tersebut tersebar merata dan diam baik di permukaan agar atau di dalam agar.
Dalam metode pour plate (metode tuang) dari sejumlah pengenceran yang
dikehendaki, sebanyak 1 ml atau 0,1 ml larutan tersebut dipipet ke dalam cawan
petri menggunakan pipet 1 ml atau 1,1 ml. Sebaiknya waktu antara dimulainya
pengenceran sampai menuangkan ke dalam cawan petri tidak boleh lebih lama
dari 30 menit. Kemudian ke dalam cawan tersebut dimasukkan agar cair steril
yang telah didinginkan sampai 47-500C sebanyak 15-20 ml. Selama penuangan
medium, tutup cawan jangan dibiarkan dibuka terlalu lebar untuk menghindari
kontaminasi dari luar. Segera setelah penuangan cawan petri digerakkan di atas
meja secara hati-hati, untuk menyebarkan sel-sel secara merata, yaitu dengan
gerakkan melingkar atau gerakan seperti angka delapan. Setelah agar memadat,
cawan-cawan tersebut dapat diinkubasikan di dalam inkubator dalam posisi
(28)
Cara ini pertama kali dilakukan oleh Lister pada tahun 1865. Lister
berhasil memelihara murni Streptococcus lactis yang diisolasi dari susu yang
sudah asam. Caranya adalah dengan mengencerkan suatu suspensi yang berupa
campuran bermacam-macam spesies kemudian diencerkan dalam suatu tabung
tersendiri. Dari pengenceran ini kemudian diambil 1 ml untuk diencerkan lagi.
Kalau perlu dari hasil pengenceran kedua diambil 1 ml untuk diencerkan lebih
lanjut. Dari hasil pengenceran ketiga diambil 0,1 ml untuk disebarkan pada suatu
medium padat, kemungkinan besar akan ditemukan beberapa koloni yang tumbuh
pada medium tersebut, tapi mungkin juga yang ditemukan hanya 1 koloni murni
dan selanjutnya spesies ini dapat dijadikan piaraan murni (biakan murni).
Menurut (Fardiaz, 1992) keuntungan menggunakan metode pour plate yaitu:
1. Hanya sel yang masih hidup yang dihitung
2. Beberapa jenis mikroba dapat dihitung sekaligus
3. Dapat digunakan untuk isolasi dan identifikasi mikroba karena koloni yang
terbentuk
Kelemahan menggunakan metode pour plate yaitu:
1. Hasil perhitungan tidak menunjukkan jumlah sel mikroba yang sebenarnya,
karena beberapa sel yang berdekatan mungkim membentuk satu koloni.
2. Medium dan kondisi yamg berbeda mungkin menghasilkan nilai yang
(29)
BAB III METODOLOGI 3.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
Alat-alat yang digunakan terdiri dari: Autoklaf, Cawan petri, Tabung
reaksi, Pipet Mikro, Disk, Botol-botol Scott duran, Beaker glass, Gelas ukur,
Erlenmeyer dll.
3.1.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari: Aquadest/air, media PCA,
median Bioburden.
3.1.3 Prosedur Kerja
1. Siapkan autoklaf, isi dengan air (± 2 liter) 2. Masukkan bahan-bahan yang akan disterilkan
3. Tutup cover autoklaf dan pastikan air exhaust tube pada posisi yang tepat
4. Kunci cover dengan bakelite wing nut
5. Arahkan Swich pada posisi ON
6. Setting heat control knob pada posisi maximum (10) pilot light akan hidup dan
berwarna merah (mengidentifikasi alat sedang operasi)
7. Tunggu sampai tekanan di pressure gauge hingga 25 bar dan temperatur
121oC
8. Setelah tekanan tercapai, set control knob pada posisi (5)
9. Setelah 10 menit turunkan control knob pada posisi minimun (0)
(30)
11.Kemudian buka kunci cover
12.Bahan-bahan tersebut telah steril dan siap digunakan.
3.2 Pembuatan Media Plate Count Agar (PCA) 3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan terdiri dari: Sendok mikro, dan labu ukur 100
ml, autoklaf
3.2.2 Bahan
Reagent yang digunakan antara lain: media Plate Count Agar, dan
aquadest
3.2.3 Prosedur Kerja
1. Timbang 6,75 gram media plate count agar
2. Didihkan aquadest steril
3. Larutkan PCA dengan 300 ml aquadest yang di didihkan sambil diaduk
4. Sterilisasi pada temperatur 121o-124oC selama 15 menit.
3.3Pembuatan Media Biobarden 3.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan terdiri dari: Sendok mikro, Beaker glass 1000
ml, Labu ukur 100 ml, dan autoklaf.
3.3.2 Bahan
Bahan-bahan yang digunakan terdiri dari: Tween 80, Peptone, dan
(31)
3.3.3 Prosedur Kerja
1. Siapkan 1 liter air aquadest steril kedalam beaker glass, didihkan
2. Tambahkan 2,5 gram Peptone
3. Tambahkan 1 ml Tween 80
4. Aduk hingga larut
5. Kemudian masukkan 100 ml kedalam botol scott duran
6. Sterilkan dengan autoklaf pada suhu 121 ± 2oC selama 15 menit.
3.4Metode Pour Plate 3.4.1 Alat
Alat-alat yang digunakan terdiri dari: Pipet mikro, Tabung reaksi, Botol
sprite, Cawan petri, Rak tabung reaksi, dan Tisu
3.4.2 Bahan
Reagent yang digunakan terdiri dari: media PCA, Akuades, Alkohol 70 %,
dan botol gelas yang berisi biobarden.
3.4.3 Prosedur kerja 3.4.3.1Pengambilan Sampel
Ambil sampel dari vent tube dan snifting valve di filler line produksi
dengan cara:
1. Siapkan aluminium foil, sterilkan
2. Kemudian ambil botol pada washer line-3
3. Semprot terlebih dahulu dengan alkohol 70 % pada bagian luarnya
(32)
5. Ambil 4 botol sprite di washer
3.4.3.2Pengenceran Sampel
1. Sebanyak 9 ml aquadest dimasukkan masing-masing kedalam tabung reaksi
sebanyak 6 tabung. Beri label 10-1 – 10-6
2. Masukkan 100 ml bioburden masing-masing ke dalam sampel botol sprite
3. Dipipet sampel sebanyak 1 ml dengan pipet mikro
4. Kemudian masukkan kedalam tabung pertama yang berisi aquadest,
homogenkan dan diperoleh konsentrasi 10-1
5. Dipipet 1 ml konsentrasi 10-1 dimasukkan ke dalam tabung berikutnya,
homogenkan diperoleh konsentrasi 10-2. Lakukan proses yang sama untuk
konsentrasi 10-3, 10-4, 10-5 dan 10-6
6. Lakukan proses yang sama terhadap sampel botol sprite berikutnya.
3.4.3.3Pemeriksaan Total Count
1. Masukkan pengenceran 10-5 dan 10-6 ke dalam masing-masing cawan petri
2. Kemudian masukkan media PCA
3. Homogenkan dengan gerakan angka 8
4. Lakukan proses yang sama terhadap sampel berikutnya
5. Setelah itu inkubasi selama 42-72 jam dengan suhu 35o ± 0,5o C
(33)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil
Hasil analisis mikroorganisme yang dilakukan terhadap sampel pencucian
botol minuman sprite di washer Line-3 dengan menggunakan metode pour plate
diperoleh hasil sebagai berikut:
Table 4.1 Hasil Jumlah Total Count Dari Botol Minuman Sprite Sampel Botol
Minuman Sprite
Jumlah Koloni Per Pengenceran Syarat PT Coca Cola Bottling
Indonesia (CFU/ml) 10-5 10-6
24 Jam 72 Jam 24 Jam 72 Jam
Botol 1 3 4 2 3 <50
Botol 2 6 7 5 7 <50
Botol 3 2 4 2 3 <50
Botol 4 2 4 1 3 <50
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh dapat dilihat bahwa proses
pencucian botol sprite dengan menggunakan metode pour plate atau metode tuang
memenuhi syarat standar mikroorganisme yaitu <50 CFU/ml. Hal ini
menunjukkan bahwa pada proses pencucian botol di washer Line-3 sesuai dengan
standar parameter kebersihan botol pada perusahaan.
Dapat dilihat dari proses kerja pencucian botol di washer Line-3 yaitu
sesuai dengan syarat yang telah di tetapkan oleh perusahaan, adapun proses
(34)
1. Pembilasan Awal (Pre rinse)
Masing-masing botol dimasukkan kedalam pocket-pocket. Botol dibilas
dengan reused air final rinse yang dilewatkan melalui saringan STS dan
ditampung pada bak penampung sebelum disemprotkan pada botol. Proses
pembilasan awal adalah untuk membuang kotoran pada botol (internal dan
external).
2. Tangki Perendaman I (compartement I)
Setelah melalui pembilasan awal, kemudian botol akan melalui tangki
perendaman I yaitu dengan caustic 2,5-3,5% pada temperatur 65-75oC dengan
aditif 0,1-0,3%.
3. Tangki Perendaman II (compartement II)
Kemudian botol bergerak ke tangki perendaman II, yaitu proses
pembilasan dan perendaman botol dengan caustic 1,75-2,5% dengan temperatur
lebih tinggi 75-85oC dengan aditif 0,1-0,3% total waktu kontak adalah ±5 menit.
4. Perendaman Dengan Air Panas (compartement III)
Kemudian botol melalui tangki perendaman dengan air panas yang berasal
dari soft water dengan temperatur 80-90oC.
5. Pembilasan Akhir (final rinse)
Proses pembilasan akhir menggunakan soft water dengan temperatur 80oC
untuk memastikan botol bersih dari kotoran dan residu caustic. Pada final rinse
dipasang limit swith untuk tekanan dan temperatur air (min. 1-2 bar dan 80oC),
washer akan berhenti beroperasi jika tekanan dan temperatur final rinse dibawah
(35)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada pencemaran mikroba
pencucian botol sprite di washer Line-3 dapat disimpulkan:
1. Pencucian botol sprite pada washer line-3 menunjukkan bahwa hasil yang
didapat memenuhi standar persyaratan PT Coca Cola Bottling Indonesia
dapat dilihat dari segi mikroorganisme yang pertumbuhan bakteri masih
berada dalam jumlah yang sesuai dengan standar perusahaan.
2. Hasil analisa baik dari segi cemaran mikroba maupun dari segi kebersihan
dan proses pencucian botol dapat dikatakan bahwa botol-botol tersebut layak
untuk digunakan pada proses selanjutnya yaitu proses filling, pengemasan,
dan pendistribusian.
5.2 Saran
Disarankan pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan
diharapkan:
1. Tetap menjaga kualitas pencucian botol dengan menghindari kontak langsung
pada saat proses pencucian agar kesterilan produksi tetap terjaga.
2. Tetap menjaga kebersihan dan ketidaklayak pakai botol-botol yang akan
(36)
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. (1996). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan-8. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Hal. 54
Anonim. (2013). Coca-Cola Bottling Indonesia Beverage Quality Control Manual
Standart And Operating Procedure. Volume IV. Jakarta: PT Coca-Cola
Bottling Indonesia
Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 45
Dumairy. (1992). Ekonomika Sumber Daya Air. Yogyakarta: Penerbit BPFE
Dwidjoseputro, D. (2010). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit Djambatan. Hal. 187
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air.Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 14
Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I . Jakarta: Penerbit Gramedia. Hal. 103-113, 123-124
Gibson, J, M. (1996). Mikrobiologi dan Patologi Modern. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 11-12
Irianto, K. (2006). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1, Bandung: CV. Yrama Widya. Hal. 124
Notoatmodjo, S. (1997). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 154-155
Pelczar, M, J. (1986). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press. Hal. 5-6
Sumarsih, S. (2003). Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Universitas Pembangunan Nasional Veteran. Hal. 3, 76, 89, 90, dan 94
(37)
LAMPIRAN 1: Proses Pengolahan Soft Water
DEEP WELL
CHEMICAL CONCENTRATION
• ASAM SULFAT
3,5-4,0%
• CaOCl 5-10%
DEGASSIFIER & CATCMENT TANK
MULTIMEDIA FILTER
CARBON FILTER
RESIN FILTER
STORAGE TANK
BUFFER TANK RESIN
FILTER
BOILER & UTILITY
BAG FILTER
WASHER LINE-1 & 3 RINSER LINE-2
DISENFECTAN BY CLORINE
(38)
LAMPIRAN 2 Gambar Proses Kerja Metode Pour Plate (Metode Tuang)
3. Media PCA (plate count agar) 2. Media Bioburden
3. Sampel Botol Sprite 4. PCA 10-5
(1)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil analisis mikroorganisme yang dilakukan terhadap sampel pencucian botol minuman sprite di washer Line-3 dengan menggunakan metode pour plate
diperoleh hasil sebagai berikut:
Table 4.1 Hasil Jumlah Total Count Dari Botol Minuman Sprite
Sampel Botol Minuman Sprite
Jumlah Koloni Per Pengenceran Syarat PT Coca Cola Bottling
Indonesia (CFU/ml)
10-5 10-6
24 Jam 72 Jam 24 Jam 72 Jam
Botol 1 3 4 2 3 <50
Botol 2 6 7 5 7 <50
Botol 3 2 4 2 3 <50
Botol 4 2 4 1 3 <50
4.2 Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian yang diperoleh dapat dilihat bahwa proses pencucian botol sprite dengan menggunakan metode pour plate atau metode tuang memenuhi syarat standar mikroorganisme yaitu <50 CFU/ml. Hal ini menunjukkan bahwa pada proses pencucian botol di washer Line-3 sesuai dengan standar parameter kebersihan botol pada perusahaan.
Dapat dilihat dari proses kerja pencucian botol di washer Line-3 yaitu sesuai dengan syarat yang telah di tetapkan oleh perusahaan, adapun proses kerjanya yaitu :
(2)
1. Pembilasan Awal (Pre rinse)
Masing-masing botol dimasukkan kedalam pocket-pocket. Botol dibilas dengan reused air final rinse yang dilewatkan melalui saringan STS dan ditampung pada bak penampung sebelum disemprotkan pada botol. Proses pembilasan awal adalah untuk membuang kotoran pada botol (internal dan external).
2. Tangki Perendaman I (compartement I)
Setelah melalui pembilasan awal, kemudian botol akan melalui tangki perendaman I yaitu dengan caustic 2,5-3,5% pada temperatur 65-75oC dengan aditif 0,1-0,3%.
3. Tangki Perendaman II (compartement II)
Kemudian botol bergerak ke tangki perendaman II, yaitu proses pembilasan dan perendaman botol dengan caustic 1,75-2,5% dengan temperatur lebih tinggi 75-85oC dengan aditif 0,1-0,3% total waktu kontak adalah ±5 menit. 4. Perendaman Dengan Air Panas (compartement III)
Kemudian botol melalui tangki perendaman dengan air panas yang berasal dari soft water dengan temperatur 80-90oC.
5. Pembilasan Akhir (final rinse)
Proses pembilasan akhir menggunakan soft water dengan temperatur 80oC untuk memastikan botol bersih dari kotoran dan residu caustic. Pada final rinse
dipasang limit swith untuk tekanan dan temperatur air (min. 1-2 bar dan 80oC),
washer akan berhenti beroperasi jika tekanan dan temperatur final rinse dibawah 1 bar dan 80oC
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada pencemaran mikroba pencucian botol sprite di washer Line-3 dapat disimpulkan:
1. Pencucian botol sprite pada washer line-3 menunjukkan bahwa hasil yang didapat memenuhi standar persyaratan PT Coca Cola Bottling Indonesia dapat dilihat dari segi mikroorganisme yang pertumbuhan bakteri masih berada dalam jumlah yang sesuai dengan standar perusahaan.
2. Hasil analisa baik dari segi cemaran mikroba maupun dari segi kebersihan dan proses pencucian botol dapat dikatakan bahwa botol-botol tersebut layak untuk digunakan pada proses selanjutnya yaitu proses filling, pengemasan, dan pendistribusian.
5.2 Saran
Disarankan pada PT Coca Cola Bottling Indonesia Unit Medan diharapkan:
1. Tetap menjaga kualitas pencucian botol dengan menghindari kontak langsung pada saat proses pencucian agar kesterilan produksi tetap terjaga.
2. Tetap menjaga kebersihan dan ketidaklayak pakai botol-botol yang akan digunakan untuk pencucian botol dan tetap menjaga kepercayaan masyarakat.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, A. (1996). Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. Cetakan-8. Jakarta: Mutiara Sumber Widya. Hal. 54
Anonim. (2013). Coca-Cola Bottling Indonesia Beverage Quality Control Manual Standart And Operating Procedure. Volume IV. Jakarta: PT Coca-Cola Bottling Indonesia
Chandra, B. (2006). Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 45
Dumairy. (1992). Ekonomika Sumber Daya Air. Yogyakarta: Penerbit BPFE Dwidjoseputro, D. (2010). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Penerbit
Djambatan. Hal. 187
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius. Hal. 14 Fardiaz, S. (1992). Mikrobiologi Pangan I . Jakarta: Penerbit Gramedia. Hal.
103-113, 123-124
Gibson, J, M. (1996). Mikrobiologi dan Patologi Modern. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal. 11-12
Irianto, K. (2006). Mikrobiologi Menguak Dunia Mikroorganisme Jilid 1, Bandung: CV. Yrama Widya. Hal. 124
Notoatmodjo, S. (1997). Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Cetakan Kedua. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 154-155
Pelczar, M, J. (1986). Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press. Hal. 5-6 Sumarsih, S. (2003). Mikrobiologi Dasar. Yogyakarta: Universitas Pembangunan
(5)
LAMPIRAN 1: Proses Pengolahan Soft Water
DEEP WELL
CHEMICAL CONCENTRATION • ASAM SULFAT
3,5-4,0%
• CaOCl 5-10% DEGASSIFIER & CATCMENT
TANK
MULTIMEDIA FILTER
CARBON FILTER
RESIN FILTER
STORAGE TANK
BUFFER TANK RESIN
FILTER
BOILER & UTILITY
BAG FILTER
WASHER LINE-1 & 3 RINSER LINE-2
DISENFECTAN BY CLORINE
(6)
LAMPIRAN 2 Gambar Proses Kerja Metode Pour Plate (Metode Tuang)
3. Media PCA (plate count agar) 2. Media Bioburden
3. Sampel Botol Sprite 4. PCA 10-5