BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Landasan Teori 2.1.1
Pecking Order Theory
Teori ini dikemukakan oleh Myers dan Majluf 1984 dalam Sugiarto 2009. Secara singkat teori ini menyatakan bahwa perusahaan menyukai internal financing pendanaan dari hasil
operasi perusahaan berwujud laba ditahan. Urut-urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada pecking order theory menurut Kaaro, 2003 dalam Saidi, 2004 adalah :
a. Perusahaan cenderung menggunakan internal financing yang berasal dari laba ditahan perusahaan.
b. Jika pendanaan eksternal dibutuhkan, perusahaan akan menerbitkan hutang debt terlebih dahulu, baru jika penggunaan hutang masih kurang mencukupi perusahaan akan
menerbitkan saham baru. Dana internal lebih disukai karena memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu “membuka diri
lagi” dari sorotan pemodal luar. Kalau bisa memperoleh sumber dana yang diperlukan tanpa memperoleh “sorotan dan publisitas publik” sebagai akibat penerbitan saham baru. Dana
eksternal lebih disukai dalam bentuk hutang daripada modal sendiri karena dua alasan. Pertama adalah pertimbangan biaya emisi obligasi lebih murah dari biaya emisi saham baru Sugiarto,
2009. Kedua, manajer khawatir jika penerbitan saham baru akan ditafsirkan sebagai kabar buruk oleh pemodal dan membuat harga saham akan turun, hal ini disebabkan adanya asimetri
informasi antara pihak manajemen dan investor sehingga setiap perilaku manajer sering kali dijadikan sinyal mengenai kondisi dan prospek perusahaan.
2.1.2 Static Tradeoff Theory
Teori ini dikemukakan oleh Stiglitz 1969 dalam Sulistyowati 2008. Menurut Brealey dan Myers 1991 dalam Sulistyowati2008 model Trade off menjelaskan adanya hubungan antara
pajak, risiko kebangkrutan dan penggunaan hutang yang disebabkan keputusan struktur modal yang diambil perusahaan.
Model ini merupakan keseimbangan antara keuntungan dan kerugian atas penggunaan hutang. Struktur modal yang optimal akan dapat ditemukan dengan menyeimbangkan antara keuntungan
dari penggunaan hutang, biaya kebangkrutan dan biaya keagenan. Penggunaan hutang akan meningkatkan nilai perusahaan tapi hanya sampai pada titik tertentu, setelah titik tersebut
penggunaan hutang justru akan menurunkan nilai perusahaan karena kenaikan keuntungan dari penggunaan hutang tidak sebanding dengan kenaikan biaya financial distress dan agency
problem. Titik balik tersebut disebut struktur modal yang optimal, menunjukkan jumlah hutang perusahaan yang optimal.
Penggunaan hutang yang berbeban bunga memiliki keuntungan dan kelemahan bagi perusahaan. Keuntungan penggunaan hutang adalah biaya bunga mengurangi penghasilan kena pajak
sehingga biaya hutang relatif menjadi lebih rendah, kreditor hanya mendapat biaya bunga yang relatif bersifat tetap sehingga kelebihan keuntungan merupakan klaim bagi pemilik perusahaan.
Model ini secara implisit menyatakan bahwa perusahaan yang tidak menggunakan pinjaman sama sekali dan perusahaan yang menggunakan pembiayaan investasinya dengan pinjaman
seluruhnya adalah buruk. Keputusan terbaik adalah keputusan yang moderat dengan mempertimbangkan kedua instrumen pembiayaan. Kelemahan penggunaan hutang adalah karena
semakin tinggi penggunaan hutang akan meningkatkan technical insolvency, sehingga bila bisnis perusahaan tidak dalam keadaan yang baik, pendapatan operasi menjadi rendah dan tidak cukup