Penelitian Terdahulu ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEBIJAKAN STRUKTUR MODAL (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2011)

2.4 Pengembangan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka variabel independen yaitu profitabilitas, risiko bisnis, cash holding, non-debt tax shield, dan ukuran perusahaan akan diuji pengaruhnya terhadap variabel dependen kebijakan struktur modal long term debt to equity ratioLTDER. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

2.4.1 Pengaruh Profitabilitas Terhadap Kebijakan Struktur Modal

Tiap perusahaan yang bersifat profit oriented akan berusaha menggunakan tiap aset yang dimiliki untuk menghasilkan laba optimal. Profitabilitas mencerminkan ukuran kemampuan memperoleh laba earning power dari suatu perusahaan dimasa mendatang. Earning power suatu perusahaan merupakan basic concern dari para pemegang saham. Menurut Weston dan Brigham 2001 dalam Tirsono 2008, hasil pengamatan menunjukkan bahwa perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi, memungkinkan untuk membiayai sebagaian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal berupa laba ditahan perusahaan. Dengan alasan bahwa biaya dana internal lebih murah dibanding biaya dana eksternal. Dengan tingginya profitabilitas suatu perusahaan, tentunya akan mengurangi jenis pendanaan eksternal berupa hutang dalam struktur modalnya. Sesuai dengan pecking order theory bahwa perusahaan cenderung menggunakan dana internal terlebih dahulu untuk membiayai kebutuhan pendanaan, jika pendanaan internal dirasakan kurang, maka perusahaan akan menggunakan dana eksternal yang berbiaya rendah terlebih dahulu. Penelitian mengenai pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal perusahaan yang dilakukan oleh Hasan 2006, Rachmawardani 2007, dan Sulistyowati 2008, menemukan bukti empiris bahwa profitabilitas memiliki pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal, namun bertolak belakang dengan hasil penelitian Nugroho 2009, dan Seftianne 2011, yang menyatakan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal. Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis yang diajukan adalah: Ha1 : Profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal.

2.4.2 Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Kebijakan Struktur Modal

Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya. Setiap perusahaan akan menghadapi risiko sebagai akibat dari dilakukannya kegiatan operasi perusahaan. Pada tiap industri, semakin tinggi perkiraan biaya kebangkrutan atau financial distress maka perusahaan akan meminjam dalam jumlah yang lebih sedikit, perusahaan dengan risiko bisnis yang tinggi, cenderung menghindari pendanaan dengan menggunakan hutang dibanding perusahaan dengan risiko bisnis yang rendah. Peningkatan risiko bisnis menjadikan perusahaan lebih sulit memperoleh dana eksternal sehingga memposisikan perusahaan untuk lebih banyak menahan laba guna kepentingan investasi maupun kebutuhan lain. Penelitian mengenai pengaruh risiko bisnis terhadap struktur modal telah dilakukan oleh Susetyo 2006 dan Nugroho 2009 dengan hasil risiko bisnis berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Hasil yang berbeda ditunjukkan oleh penelitian Rachmawardani 2007 menemukan bukti empiris bahwa risiko bisnis berpengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, sedangkan Saidi 2004 dan Seftianne 2011 menemukan bahwa risiko bisnis tidak berpengaruh terhadap struktu modal. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka hipotesis yang diajukan adalah : Ha2 : Risiko bisnis berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal.

2.4.3 Pengaruh Cash Holding Terhadap Kebijakan Struktur Modal

Ginglinger dan Saddour 2007 dalam Wijaya 2011 menyatakan bahwa penentuan tingkat cash holding perusahaan merupakan salah satu keputusan keuangan penting yang harus diambil oleh seorang manajer keuangan. Kepemilikan kas cash holding merupakan ukuran dari pendanaan internal yang tersedia untuk mendanai investasi Chiarella et al. 1991, dalam Sulistyowati 2008. Cash holding dapat digunakan untuk beberapa hal, antara lain dibagikan kepada pemegang saham berupa dividen, melakukan pembelian kembali saham, melakukan investasi atau menyimpannya untuk kepentingan perusahaan di masa depan. Swanson 2006 dalam Wijaya 2011 berpendapat bahwa tujuan perusahaan memiliki cash holding antara lain membayar hutang, membiayai kesempatan investasi yang menguntungkan serta sebagai cadangan apabila terdapat unknown hazards. Jika cash holding yang dimiliki oleh perusahaan tinggi maka perusahaan tersebut cenderung mempunyai tingkat hutang yang rendah karena cash holding menunjukkan jumlah uang diperusahaan dalam bentuk kas dan setara kas. Bila semakin banyak uang kas di suatu perusahaan maka perusahaan tersebut akan cenderung tidak menggunakan hutang. Penelitian mengenai kepemilikan kas cash holding terhadap struktur modal telah dilakukan oleh Sulistyowati 2008 yang mendapati bahwa cash holding berpengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal dan Wijaya 2011 mendapati bahwa perusahaan dengan leverage rendah menahan kas dalam jumlah yang lebih banyak dan sebaliknya. Berdasarkan penjelasan di atas, hipotesis yang diajukan adalah: Ha3 : Cash holding berpengaruh terhadap kebijakan struktur modal.

2.4.4 Pengaruh Non-debt Tax Shield Terhadap Kebijakan Struktur Modal

Dalam melakukan efesiensi penghitungan pajak selain dengan membebankan biaya bunga hutang, perusahaan dapat memanfaatkan keuntungan pajak melalui fasilitas perpajakan yang