Spektrofotometer Inframerah IR Analisis ion logam dengan SSA

20 Dimana Q menyatakan jumlah logam teradsorpsi mgg, Co dan Ca menyatakan konsentrasi awal dan kesetimbangan dari ion logam mmolL, W adalah massa adsorben g, V adalah volume larutan ion logam L Buhani dkk., 2009.

F. Karakterisasi

1. Spektrofotometer Inframerah IR

Spektrofotometri inframerah dari suatu molekul merupakan hasil transisi antara tingkat energi getaran vibrasi atau osilasi oscillation. Bila molekul menyerap radiasi inframerah, energi yang diserap menyebabkan kenaikan dalam amplitudo getaran atom-atom yang terikat itu. Panjang gelombang eksak dari adsorpsi oleh suatu tipe ikatan, bergantung pada macam getaran dari ikatan tersebut. Oleh karena itu, tipe ikatan yang berlainan menyerap radiasi inframerah pada panjang gelombang yang berlainan. Menurut Khopkar 2001 spektrum serapan IR merupakan suatu perubahan simultan dari energi vibrasi dan energi rotasi dari suatu molekul. Kebanyakan molekul organik cukup besar sehingga spektrum peresapannya kompleks. Konsep dasar dari spektra vibrasi dapat diterangkan dengan menggunakan molekul sederhana yang terdiri dari dua atom dengan ikatan kovalen.

2. Analisis ion logam dengan SSA

Pada proses adsorpsi, keberhasilan pembuatan adsorben tercetak ion dapat dilihat menggunakan SSA. Adsorben yang telah tercetak ion diharapkan mengandung konsentrasi ion logam yang kecil. SSA juga dapat digunakan untuk mengetahui 21 kadar ion logam yang teradsorpsi maupun yang terdapat dalam adsorben. Ion logam yang teradsorpsi dihitung secara kuantitatif berdasarkan selisih konsentrasi ion logam sebelum dan sesudah adsorpsi Yuliasari, 2003. Metode analisis dengan SSA didasarkan pada penyerapan energi cahaya oleh atom-atom netral suatu unsur yang berada dalam keadaan gas. Penyerapan cahaya oleh atom bersifat karakteristik karena tiap atom hanya menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu yang energinya sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron-elektron dari atom yang bersangkutan di tingkat yang lebih tinggi sedangkan energi transisi untuk masing-masing unsur adalah sangat khas. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan metode spektroskopi emisi konvensional. Pada metode konvensional emisi tergantung pada sumber eksitasi, bila eksitasi dilakukan secara termal maka akan tergantung pada temperatur sumber Khopkar, 2001. 3 . Scanning Electron Microscope SEM Scanning Electron Microscope SEM merupakan mikroskop elektron digunakan sebagai alat pendeteksi objek pada skala yang amat kecil. Scanning Electron Microscope SEM digunakan untuk menentukan struktur dan ukuran pori. Prinsip kerja SEM adalah deteksi elektron yang dihamburkan oleh suatu sampel padatan ketika ditembak oleh berkas elektron berenergi tinggi secara kontinu yang dipercepat di dalam electromagnetic coil yang dihubungkan dengan cathode ray tube CRT sehingga dihasilkan suatu informasi mengenai keadaan permukaan 22 suatu sampel senyawa. Sebelum dianalisis dengan SEM, dilakukan preparasi sampel yang meliputi penghilangan pelarut, pemipihan sampel, dan coating. Detektor di dalam SEM mendeteksi elektron yang dipantulkan dan menentukan lokasi berkas yang dipantulkan dengan intensitas tertinggi. Arah tersebut akan memberi informasi profil permukaan benda. Bila elektron dengan energi cukup besar menumbuk pada sampel, mereka menyebabkan terjadinya emisi sinar-X yang energinya dan intensitasnya bergantung pada komposisi elemental sampel Abdullah dan Khairurrijal, 2008 23

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Oktober 2012 sampai Januari 2013 di Laboratorium Kimia Anorganik dan Biokimia Jurusan Kimia Universitas Lampung, serta penyiapan alga Chaetoceros sp di Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung.

B. Alat dan Bahan Penelitian

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain alat-alat gelas laboratorium , pipet tetes, spatula, oven, corong, batang pengaduk, kertas pH, pengaduk magnet, kertas saring whatman No.42 , spektrofotometer IR Prestige-21 Shimadzu , SSA Perkin Elmer 3100, dan SEM type JSM 6360 LA Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah alga Chaetoceros sp, PbNO 3 2 ∙ 6H 2 O p.a merck, CuSO 4 ∙ 5H 2 O p.a merck, magnetit Fe 3 O 4 , NaOH, TEOS, HCl, NH 4 OH, aquades, dan etanol.

Dokumen yang terkait

ISOTERM ADSORPSI ION Ni(II) dan Zn(II) PADA MATERIAL ALGA Chaetoceros sp YANG DIMODIFIKASI DENGAN PELAPISAN SILIKA-MAGNETIT

1 31 44

STUDI KEMAMPUAN ADSORPSI BIOMASSA KULIT SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP ION LOGAM Pb(II), Cd(II), DAN Cu(II)

1 19 66

IMMOBILISASI BIOMASSA ALGA Tetraselmis sp DENGAN PELAPISAN SILIKA-MAGNETIT SEBAGAI ADSORBEN ION Ni(II) DAN Zn(II)

0 14 6

ADSORPSI ION Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), dan Pb(II) DALAM LARUTAN OLEH ALGA Tetraselmis sp DENGAN PELAPISAN SILIKA-MAGNETIT (ADSORPTION OF Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), and Pb(II) IONS IN SOLUTION By Tetraselmis sp ALGAE WITH A COATING SILICA-MAGNET

4 40 43

ADSORPSI ION Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), DAN Pb(II) DALAM LARUTAN OLEH ALGA Chaetoceros sp DENGAN PELAPISAN SILIKA-MAGNETIT (THE ADSORPTION of Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), and Pb(II) IONS in AQUEOUS SOLUTION by ALGAE Chaetoceros sp with SILICA-MAGN

1 12 40

KAJIAN ADSORPSI ION-ION LOGAM DIVALEN Ca(II), Cu(II), DAN Cd(II) OLEH BIOMASSA ALGA MERAH Porphyridium sp

0 9 52

KAJIAN ADSORPSI ION-ION LOGAM DIVALEN Ca(II), Cu(II), DAN Cd(II) OLEH BIOMASSA ALGA MERAH Porphyridium sp

3 39 57

SINTESIS ADSORBEN BIOMASSA ALGA Tetraselmis Sp DENGAN PELAPISAN SILIKA MAGNETIT UNTUK ADSORPSI ION Pb(II) DAN Cu(II)

1 5 52

MODIFIKASI BIOMASSA Nitzschia sp. DENGAN SILIKA-MAGNETIT SEBAGAI ADSORBEN ION Cd(II), Cu(II), DAN Pb(II) DALAM LARUTAN

2 20 53

THE ISOTHERMIC ADSORPTION OF Pb(II), Cu(II) AND Cd(II) IONS ON Nannochloropsis sp ENCAPSULATED BY SILICA AQUAGEL | Sembiring | Indonesian Journal of Chemistry 21556 40642 1 PB

0 0 5