9
C. Biomassa Alga
Banyak mikroorganisme yang hidup di daerah perairan salah satu adalah alga. Mikroorganisme ini memiliki bentuk dan ukuran yang beranekaragam, ada yang
mikroskopis, bersel satu, berbentuk benang pita atau berbentuk lembaran. Alga dikelompokkan atas beberapa kelas diantaranya: Rhodophyceae alga merah,
Phaeophyceae alga coklat, Chlorophyceae alga hijau, dan Cyanophyceae alga biru. Menurut Pratiwi 2000, alga Chetocheros sp merupakan salah satu jenis
alga yang termasuk spesies alga coklat phaeophyceae. Warna alga coklat disebabkan adanya pigmen coklat fukosantin, yang secara dominan
menyelubungi warna hijau dari klorofil pada jaringan. Adapun biomassa alga yang digunakan pada penelitian ini adalah biomassa Alga
Chaetoceros sp. Chaetocheros sp merupakan salah satu jenis alga yang termasuk spesies alga coklat phaeophyceae. Warna alga coklat disebabkan adanya pigmen
coklat fukosantin, yang secara dominan menyelubungi warna hijau dari klorofil pada jaringan. Selain fukosantin, alga coklat juga mengandung pigmen lain
seperti klorofil a, klorofil c, violaxantin, β- karotein, dan diadinoxantin Pratiwi, 2000. Alga dapat dimanfaatkan sebagai biomassa, hasil-hasil peneliti terdahulu
menyatakan bahwa gugus-gugus yang terdapat dalam biomassa berperan dalam adsorpsi logam. Gugus fungsi yang terdapat dalam alga mampu melakukan
pengikatan dengan ion logam. Gugus fungsi tersebut terutama adalah gugus karboksil, hidroksil, sulfudril, amino, iomodazol, sulfat, dan sulfonat yang
terdapat didalam dinding sel dalam sitoplasma Putra, 2006.
10 Alga memiliki kelemahan seperti ukurannya yang sangat kecil, berat jenisnya
yang rendah dan mudah rusak karena terdegradasi oleh mikroorganisme lain sehingga kemampuan alga dalam menyerap ion-ion logam sangat di batasi oleh
kelemahan tersebut. Immobilisasi biomassa adalah salah satu cara untuk mengatasi kelemahan tersebut, immobilisasi biomassa dapat dilakukan dengan
mengunakan silika gel Harris and Ramelow, 1990.
D. Magnetit Fe
3
O
4
Oksida besi di alam memiliki banyak bentuk diantaranya : magnetite, maghemite, dan hematite. Magnetite dikenal sebagai oksida besi hitam black iron oxide atau
ferrous ferrite merupakan oksida logam yang paling kuat sifat magnetisnya Teja dan Koh, 2008. Menurut Cabrera dkk 2007, di antara oksida besi lainnya,
magnetite yang berukuran nano banyak dimanfaatkan pada proses industri misalnya sebagai tinta cetak, aplikasi lingkungan magnetite carrier
presipitation processes untuk penghilangan ion logam dan filtrasi magnetis, dan juga aplikasi dalam bidang medis biomolecule separation dan contrast agent
untuk NMR Imaging. Beberapa di antaranya sangat menarik dan dalam tahap pengembangan misalnya drug targeting dan hypertermia.
Magnetit mempunyai rumus kimia Fe
3
O
4
dan mempunyai struktur spinel dengan sel unit kubik yang terdiri dari 32 ion oksigen, celah-celahnya ditempati oleh ion
Fe
2+
dan Fe
3+
. Magnetit ini akan bersifat super paramagnetit ketika ukuran suatu
partikel magnetitnya di bawah 10 nm pada suhu ruang, artinya bahwa energi termal dapat menghalangi anisotropi energi penghalang dari sebuah nanopartikel
11 tunggal. Karena itu, sintesis nanopartikel yang seragam dengan mengatur
ukurannya menjadi salah satu kunci masalah dalam ruang lingkup sintesis ini Hook and Hall, 1991.
Magnetit memiliki beberapa sifat kemagnetan diantaranya :
1.
Diamagnetik jika semua elektron berpasangan : ditolak amat lemah oleh medan magnet.
2.
Paramagnetik jika ada elektron yang tak berpasangan : ditarik oleh medan magnet.
3.
Feromagnetik pada Fe, Co, Ni: ditarik sangat kuat oleh medan magnet.
Secara kuantitatif ditunjukkan oleh momen magnetik µ : µ =
√[nn+2] BM dengan n = jumlah elektron tak berpasangan
BM= Bohr Magneton satuan untuk momenmagnetik Saito, 1996.
E. Logam Berat