Kinetika adsorpsi Kapasitas Adsorpsi

15

1. Kinetika adsorpsi

Kinetika kimia adalah tentang kecepatan laju reaksi dan bagaimana proses reaksi berlangsung. Kinetika adsorpsi tergantung pada luas permukaan partikel. Urutan reaksi mendefinisikan ketergantungan laju reaksi pada konsentrasi spesies yang bereaksi. Laju reaksi bergantung pada konsentrasi reaktan, tekanan, temperatur dan pengaruh katalis Oxtoby, 1990. Kinetika reaksi adsorpsi juga tergantung pada gugus fungsional dan konsentrasi. Tingginya tingkat substitusi gugus fungsional pada polimer inert dapat meningkatkan laju reaksi keseluruhan Allen et al., 2004. Kinetika reaksi didasarkan pada analisis kinetika terutama pseudo orde pertama atau mekanisme pseudo pertama bertingkat. Menurut Buhani et al., 2010, untuk meneliti mekanisme adsorpsi, konstanta kecepatan reaksi sorpsi kimia untuk ion-ion logam, digunakan persamaan sistem pseudo orde pertama oleh Lagergren dan sistem pseudo orde kedua. Menurut Soeprijanto dkk., 2006, untuk konstanta laju kinetika pseudo orde satu: 1 t e t q q k dt dq   1 Dengan q e adalah jumlah ion logam divalen yang teradsorpsi mgg pada waktu keseimbangan, q t adalah jumlah ion logam divalen yang teradsorpsi pada waktu t menit, k 1 adalah konstanta kecepatan adsorpsi jam -1 . Persamaan dapat diintegrasi dengan memakai kondisi-kondisi batas q t = 0 pada t = 0 dan q t =q t pada t=t, persamaan menjadi: t k q q q e t e 1 ln ln    2 16 Dengan menggunakan regreasi linear dan mengalurkan lnq e – q t terhadap t diperoleh konstanta k 1 . Untuk konstanta kecepatan reaksi orde kedua proses kemisorpsi: 2 2 t e t q q k dt dq   3 Setelah integrasi dan penggunaan kondisi-kondisi batas q t =0 pada t =0 dan q t =q t pada t=t, persamaan linier dapat diperoleh sebagai berikut : e e t q t q k q t   2 2 1 4 Dengan k 2 konstanta keseimbangan order kedua kemisorpsi gmg.jam. Model kinetika order kedua dapat disusun untuk mendapatkan bentuk linear : e e t q t q k q t   2 2 1 5

2. Kapasitas Adsorpsi

Model kesetimbangan adsorpsi yang sering digunakan untuk menentukan kesetimbangan adsorpsi adalah isotermal Langmuir dan Freundlich.  Isoterm Adsorpsi Langmuir Teori Langmuir menjelaskan bahwa terdapat sejumlah tertentu situs aktif yang sebanding dengan luas permukaan pada permukaan adsorben. Setiap situs aktif hanya satu molekul yang dapat diadsorpsi Oscik, 1982. Menurut Husin and Rosnelly 2005, bagian yang terpenting dalam proses adsorpsi yaitu situs yang 17 dimiliki oleh adsorben yang terletak pada permukaan, akan tetapi jumlah situs- situs ini akan berkurang jika permukaan yang tertutup semakin bertambah. Model adsorpsi isoterm Langmuir dapat ditulis dalam persamaan: 6 Dimana C adalah konsentrasi kesetimbangan mg L -1 , m adalah jumlah logam yang teradsorpsi per gram adsorben pada konsentrasi C mmol g -1 , b adalah jumlah ion logam yang teradsorpsi saat keadaan jenuh kapasitas adsorpsi mg g - 1 dan K adalah konstanta kesetimbangan adsorpsi L mol -1 . Dengan kurva linier hubungan antara Cm versus C, maka dapat ditentukan nilai b dari kemiringan slop dan K dari intersep kurva. Energi adsorpsi E ads yang didefinisikan sebagai energi yang dihasilkan apabila satu mol ion logam teradsorpsi dalam adsorben dan nilainya ekuivalen dengan nilai negatif dari perubahan energi bebas Gibbs standar, ∆G , dapat dihitung menggunakan persamaan: 7 Dimana R adalah tetapan gas umum 8,314 Jmol K, T temperatur K dan K adalah tetapan kesetimbangan adsorpsi yang diperoleh dari persamaan Langmuir dan energi total adsorpsi adalah sama dengan energi bebas Gibbs . ∆G sistem negatif artinya adsorpsi berlangsung spontan Oscik, 1982. 18  Isoterm Adsorpsi Freundlich Model isoterm Freundlich menjelaskan bahwa proses adsorpsi pada bagian permukaan adalah heterogen dimana tidak semua permukaan adsorben mempunyai daya adsorpsi. Model isoterm Freundlich menunjukkan lapisan adsorbat yang terbentuk pada permukaan adsorben adalah multilayer. Hal tersebut berkaitan dengan ciri-ciri dari adsorpsi secara fisika dimana adsorpsi dapat terjadi pada banyak lapisan multilayer Husin dan Rosnelly, 2005. Bentuk persamaan Freundlich adalah sebagai berikut: 8 Dimana: Qe = Banyaknya zat yang terserap per satuan berat adsorben Ce = Konsentrasi adsorbat pada saat kesetimbangan n = Kapasitas adsorpsi maksimum K f = Konstanta freundlich Persamaan di atas dapat diubah kedalam bentuk linier dengan mengambil bentuk logaritmanya: 9 Sehingga dapat dibuat grafik sebagai berikut: 19 Gambar 2. Model Isoterm Adsorpsi Freundlich Bentuk linear dapat digunakan untuk menentukan kelinearan data percobaan dengan cara mengeplotkan CQ terhadap Ce. Konstanta Freundlich K f dapat diperoleh dari kemiringan garis lurusnya dan 1n merupakan harga slop. Bila n diketahui K f dapat dicari, semakin besar harga K f maka daya adsorpsi akan semakin baik dan dari harga K f yang diperoleh, maka energi adsorpsi akan dapat dihitung menggunakan persamaan berikut Rousseau, 1987. E ads = RT ln K 10 Dengan R adalah tetapan gas ideal 8,314 JKmol, T adalah temperatur dalam Kelfin, dan K adalah konstanta keseimbangan adsorpsi. Selain itu, untuk menentukan jumlah logam teradsorpsi, rasio distribusi dan koefisien selektivitas pada proses adsorpsi ion logam terhadap adsorben alga Chaetoceros sp, HAS dan HAS-magnetit dapat digunakan persamaan berikut: Q = C o -C a VW 11 20 Dimana Q menyatakan jumlah logam teradsorpsi mgg, Co dan Ca menyatakan konsentrasi awal dan kesetimbangan dari ion logam mmolL, W adalah massa adsorben g, V adalah volume larutan ion logam L Buhani dkk., 2009.

F. Karakterisasi

Dokumen yang terkait

ISOTERM ADSORPSI ION Ni(II) dan Zn(II) PADA MATERIAL ALGA Chaetoceros sp YANG DIMODIFIKASI DENGAN PELAPISAN SILIKA-MAGNETIT

1 31 44

STUDI KEMAMPUAN ADSORPSI BIOMASSA KULIT SINGKONG (Manihot esculenta Crantz) TERHADAP ION LOGAM Pb(II), Cd(II), DAN Cu(II)

1 19 66

IMMOBILISASI BIOMASSA ALGA Tetraselmis sp DENGAN PELAPISAN SILIKA-MAGNETIT SEBAGAI ADSORBEN ION Ni(II) DAN Zn(II)

0 14 6

ADSORPSI ION Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), dan Pb(II) DALAM LARUTAN OLEH ALGA Tetraselmis sp DENGAN PELAPISAN SILIKA-MAGNETIT (ADSORPTION OF Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), and Pb(II) IONS IN SOLUTION By Tetraselmis sp ALGAE WITH A COATING SILICA-MAGNET

4 40 43

ADSORPSI ION Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), DAN Pb(II) DALAM LARUTAN OLEH ALGA Chaetoceros sp DENGAN PELAPISAN SILIKA-MAGNETIT (THE ADSORPTION of Ni(II), Cu(II), Zn(II), Cd(II), and Pb(II) IONS in AQUEOUS SOLUTION by ALGAE Chaetoceros sp with SILICA-MAGN

1 12 40

KAJIAN ADSORPSI ION-ION LOGAM DIVALEN Ca(II), Cu(II), DAN Cd(II) OLEH BIOMASSA ALGA MERAH Porphyridium sp

0 9 52

KAJIAN ADSORPSI ION-ION LOGAM DIVALEN Ca(II), Cu(II), DAN Cd(II) OLEH BIOMASSA ALGA MERAH Porphyridium sp

3 39 57

SINTESIS ADSORBEN BIOMASSA ALGA Tetraselmis Sp DENGAN PELAPISAN SILIKA MAGNETIT UNTUK ADSORPSI ION Pb(II) DAN Cu(II)

1 5 52

MODIFIKASI BIOMASSA Nitzschia sp. DENGAN SILIKA-MAGNETIT SEBAGAI ADSORBEN ION Cd(II), Cu(II), DAN Pb(II) DALAM LARUTAN

2 20 53

THE ISOTHERMIC ADSORPTION OF Pb(II), Cu(II) AND Cd(II) IONS ON Nannochloropsis sp ENCAPSULATED BY SILICA AQUAGEL | Sembiring | Indonesian Journal of Chemistry 21556 40642 1 PB

0 0 5