Analisis Proksimat Metode Penelitian

23 h. menghitung kadar abu dengan rumus: KAb = Keterangan: KAb : kadar abu A : bobot cawan porselen gr B : bobot cawan porselen berisi sampel sebelum diabukan gr C : bobot cawan porselen berisi sampel sesudah diabukan gr i. melakukan analisis dua kali duplo, kemudian menghitung rata-rata kadar abu dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar abu = Keterangan: KAb 1 : kadar abu ulangan satu KAb 2 : kadar abu ulangan dua 3 Kadar Protein Kasar Cara kerja analisis kadar protein kasar Fathul, 1999 yaitu: a. Menimbang kertas saring biasa 6 x 6 cm dan mencatat bobotnya A; b. Memasukkan sampel sebanyak ± 1 gram dan mencatat bobotnya B; c. Melipat kertas saring tersebut dan digunakan untuk membungkus sampel; d. Memasukkan kertas saring yang berisi sampel kedalam labu Kjeldahl dan menambahkan 15 mL H 2 SO 4 pekat melakukan di ruang asam; e. Menambahkan katalis ke dalam labu Kjeldahl 0,2 gram atau secukupnya; f. Menyalakan alat destruksi dan mengerjakan proses destruksi; 24 g. Mematikan larutan destruksi apabila sampel berubah menjadi larutan jernih; h. Mendiamkan sampel sampai dingin tetap di ruang asam; i. Menambahkan 200 ml air suling ke dalam labu Kjeldahl; j. Menyiapkan 25 ml larutan H 3 BO 3 2 di gelas erlenmeyer, kemudian ditetesi 2 tetes indikator metil blue red 2 ; 1. Ujung alat kondensor dimasukkan ke dalam gelas tersebut dan harus dalam keadaan terendam; k. Mengalirkan air ke alat destilasi lalu menyalakan alat destilasi dan mengerjakan proses destilasi; l. Menambahkan 50 ml NaOH 45 ke dalam labu Kjeldahl tersebut secara cepat sekaligus dan hati-hati, jangan digoyang atau dikocok; m. Mengamati larutan yang terdapat di dalam gelas erlenmeyer; n. Mengangkat ujung alat kondensor yang terendam apabila larutan telah menjadi sebanyak 23 bagian dari gelas tersebut; o. Mematikan alat destilasi lalu mematikan kran air; p. Membilas ujung alat kondensor dengan air suling; q. Menyiapkan peralatan untuk titrasi; r. Mengisi buret dengan larutan HCl 0,1 N. mengamati angka pada buret dan mencatatnya L 1 ; s. Melakukan titrasi dengan perlahan-lahan. Mengamati larutan yang terdapat pada gelas erlenmeyer; t. Menghentikan titrasi bila larutan berubah dari hijau menjadi warna keunguan; u. Mengamati angka pada buret dan mencatatnya L 2 ; v. Melakukan hal yang sama pada blanko tanpa sampel analisis; 25 w. Menghitung presentase nitrogen dengan rumus sebagai berikut: N = Keterangan: N : besarnya kandungan nitrogen L blanko : volume titran untuk blanko ml L sampel : volume titrasi untuk sampel ml N asam : normalitas HCl sebesar 0,1 N : berat atom nitrogen sebesar 14 A : bobot kertas saring biasa gr B : bobot kertas saring biasa berisi sampel gr x. Menghitung kadar protein kasar dengan rumus sebagai berikut: KP = N x fp Keterangan: KP : kadar protein kasar N : kandungan nitrogen Fp : angka faktor protein untuk pakan nabati sebesar 6,25 y. Melakukan analisis dua kali duplo, kemudian melakukan perhitungan rata- rata kadar protein kasar menggunakan rumus berikut: Rata-rata kadar protein kasar = Keterangan: KP 1 : kadar protein kasar ulangan 1 KP 2 : kadar protein kasar ulangan 2 26 4 Kadar Lemak Kasar Cara kerja analisis kadar lemak Fathul, 1999 yaitu: a. Memanaskan kertas saring dalam oven 105 C selama 1 jam, lalu mendinginkannya dalam desikator. Kemudian mencatat bobotnya A; b. Menambahkan sampel dalam kertas saring lalu mencatat bobotnya B; c. Melipat kertas saring tersebut dan menggunakannya untuk membungkus sampel dan memanaskan dalam oven 105 C selama 1 jam, lalu mendinginkan ke dalam desikator dan mencatat bobotnya C; d. Memasukkan kertas saring yang berisi sampel ke dalam alat sochlet dan menambahkan chloroform, kemudian menghubungkan dengan labu didih dan sochlet dengan kondensor; e. Mengalirkan air kedalamnya, lalu memanaskan selama 6 jam; f. Mematikan alat pemanas dan kran air lalu mengambil kertas saring berisi residu; g. Memanaskan kertas saring berisi residu di oven 105 C selama 6 jam dan mendinginkan di dalam desikator selama 15 menit lalu mencatat bobotnya D h. Menghitung kadar lemak dengan rumus sebagai berikut: KL = Keterangan: KL : kadar lemak A : bobot kertas saring g B : bobot kertas saring berisi sampel sebelum dipanaskan g C : bobot kertas saring berisi sampel sesudah dipanaskan g D : bobot kertas saring berisi residu setelah dipanaskan g 27 z. melakukan analisis dua kali duplo, kemudian menghitung rata-rata kadar lemak dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Kadar lemak = Keterangan: KL 1 : kadar lemak kasar ulangan satu KL 2 : kadar lemak kasar ulangan dua 5 Kadar Serat Kasar Cara kerja analisis kadar serat kasar Fathul, 1999 yaitu: a. Menimbang kertas saring biasa 6 x 6 cm dan mencatat bobotnya A; b. Memasukkan sampel sebanyak ± 1 gram dan mencatat bobotnya B; c. Menuang sampel dengan gelas erlenmeyer; d. Memanaskan kertas saring whatman ashless no. 541 berdiameter 12 cm dan mencatat bobotnya C e. Menambahkan 200 ml H 2 SO 4 0,25 N, lalu menghubungkan gelas erlenmeyer dengan alat kondensor dan menyalakan alat pemanas selama 30 menit; f. Menyaring larutan dengan kertas saring whatman ashless, lalu membilas dengan air suling hangat; g. Menambahkan 200 ml NaOH 0,313 N, lalu menghubungkan kembali gelas erlenmeyer dengan alat kondensor; h. Memanaskan selama 30 menit, lalu menyaring kembali dan melipat kertas saring sebaik mungkin serta mencatat bobotnya C; i. Memanaskan kertas saring berisi sampel dalam oven 105 C selama 6 jam, lalu mendinginkan dalam desikator dan mencatat bobotnya D; 28 j. Meletakkan dalam cawan porselen yang telah diketahui bobotnya E; k. Mengabukan dalam tanur 600 C selama 2 jam, lalu mendiamkan sekitar 1 jam dan memasukkan dalam desikator kemudian mencatat bobotnya F; l. Menghitung kadar serat kasar dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KS = Keterangan: KS : kadar serat kasar A : bobot kertas g B : bobot kertas berisi sampel g C : bobot kertas saring whatman ashless g D : bobot kertas saring whatman ashless berisi residu g E : bobot cawan porselin g F : bobot cawan porselin berisi abu g m. Melakukan analisis dua kali duplo, kemudian menghitung rata-rata kandungan serat kasar dengan rumus sebagai berikut: Rata-rata kadar serat kasar = Keterangan: KS 1 : kadar serat kasar ulangan 1 KS 2 : kadar serat kasar ulangan 2 6 Perhitungan Kadar BETN Cara kerja perhitungan kadar BETN Fathul, 1999 yaitu: Kadar BETN dapat diperoleh dari hasil pengurangan antara 100 dengan jumlah dari seluruh presentase kadar yang diproleh terlebih dahulu, seperti kadar air, abu, 29 protein, lemak, dan serat kasar. Kadar BETN dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: BETN = 100 - KA + KAb + KP + KL + KSK Keterangan: BETN : kadar BETN KA : kadar air KAb : kadar abu KP : kadar protein KL : kadar lemak KSK : kadar serat kasar 7 Perhitungan Total Digestible Nutrient TDN Perhitungan Total Digestible Nutrient TDN yang digunakan berdasarkan Hartadi et al. 1980 untuk ternak sapi dengan kelas pakan nomor 2 sebagai berikut. TDN = 54,572 + 6,769 CF  51,083 EE + 1,851 NFE  0,334 Pr  0,049 CF 2 + 3,384 EE 2  0,086 CF NFE + 0,687 EE NFE + 0,946 EE Pr  0,112 EE 2 Pr Keterangan: TDN : Total Digestible Nutrient CF : Crude fiber serat kasar EE : Ether extract lemak kasar NFE : Nitrogen free extract bahan ekstrak tanpa nitrogen Pr : Protein

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Kandungan zat —zat makanan Salvinia molesta pada bagian: a. Akar muda mengandung kadar air dan abu tertinggi, tetapi terendah akan kadar bahan kering, serat kasar, dan TDN. b. Daun tua mengandung kadar bahan kering, serat kasar, dan TDN tertinggi, tetapi terendah akan kadar air dan abu. c. Daun muda mengandung kadar protein dan lemak tertinggi, tetapi terendah akan kandungan BETN.

B. Saran

Perlu adanya penelitian lebih lanjut baik secara In Vitro maupun In Vivo terhadap tanaman kiambang Salvinia molesta pada ternak. DAFTAR PUSTAKA Adriana, L. 2002. “Kadar VFA dan total bakteri pada sekum itik lokal jantan yang diberi berbagai taraf kayambang Salvinia molesta dalam ransum”. Skripsi Jurusan Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Anonim. 2011. European and Mediterranean Plant Protection Organization. 12 September 2011. Salvinia molesta Salviniaceae. http:www.eppo.orgQUARANTINEAlert_Listinvasive_plantsSalvinia_ molesta.htm l . diakses tanggal 8 Januari 2012. Amrullah, I. K. 2003. Nutrisi Ayam Broiler. Cetakan pertama. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor. Anggorodi, H. R. 1984. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikroba pada Ruminansia. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung. 2011. “Waduk Batu Tegi”. Brosur. Kementerian Pekerjaan Umum Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Satuan Kerja Balai Besar Wilayah Sungai Mesuji Sekampung. Lampung. Barret, E. J., T. Thomson, P. B. Dews. 1989. Advances in Behavioral Pharmacology. Lawrence Erlbaum Associates, Inc. New Jersey. Blakely, J. and D. H. Bade. 1985. The Science of Animal Husbandry, 4 th Ed. Prentice Hall, Inc. A. Division of Simon and Schuster, Englewood Cliffs, New Jersey. Dadam, A. S. 2006. Integrasi Usaha Peternakan Sapi pada Perkebunan Tebu. Http:www.disnakkeswan-lampung.go.id. Diakses pada 10 Desember 2011 Devenda, C. 1977. Cassava as a Feed Source for Ruminant. In: Cassava as Animal Feed. Eds. Nestel, B and Graham, M. Procceding of Workshop. University of Guelph. Ottawa. 53 Divakaran, O., M. Arunachalam, and N. B. Nair, 1980. Growth rater of Salvinia molesta Michell with special reference to salinity. Proceedings of the Indian Academi of Science, Plant Science. Effendi, H. 2008. Taksonomi Tumbuhan Rendah. Kanisius. Yogyakarta. Ensminger, M. E., J. E. Oldfield and W. W. Heinemann. 1990. Feeds and Nutrition, 2 nd Ed. The Ensminger Publishing Company, USA. Erlinawati. 1986. “Kemungkinan Penggunaan Kulit Biji Coklat Theobroma cacao, L untuk Bahan Makanan Ternak Domba ”. Karya Ilmiah. Fakultar Peternakan-IPB. Bogor. Erwanto. 1984. “Pengaruh Interval dan Intensitas Pemotongan Interval dan Intensitas Pemotongan terhadap Produksi dan Kualitas Hijauan Pertanaman Campuran antara Rumput Setaria dengan Tiga Jenis Kacang- kacangan ”. Thesis. Bogor: Program Pascaarjana Fakutas Peternakan IPB. Estiti, B.H. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Institut Teknologi Bandung. Bandung. Fathul, F. 1999. “Penentuan kualitas dan kuantitas zat makanan dalam bahan makanan ternak”. Penuntun Praktikum Pengetahuan Bahan Makanan ternak. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Fathul, F., N. Purwaningsih, S. Tantalo. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Universitas Lampung. Bandar lampung. Halolo, L. dan M. Silalahi. 1997 . “Pengaruh penggunaan tepung Kiambang Salvinia molesta D.S. sebagai substitusi dedak halus dalam ransum ayam pedaging Arbor Arces CP-707 umur 11 —54 hari”. Prosding Seminar Nasional II Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak. Asosiasi Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Indonesia AINI da Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Bogor. Hardjowigeno, S. 1889. Ilmu Tanah. Mediatama Sarana Perkasa. Jakarta. Harris, L. E., L. C. Kearl, and P. V. Fonnesbeck. 1972. Use of Regression Equations in Predicting Availability of Energy and Protein. J. anim. Sci. Vol 65. Harley, K. L. S. M. 1981. “The biology of Australian weeds. 6. Salvinia molesta D.S. Michell ”. Journal of the Australian Institute of Agricultural Science. Australian Institute of Agricultural. Australian. Harper, L. M. 1986. “Management plan: Salvinia molesta Mitchell,” Unpublished report, Advisory Service Division, Ministry of Agriculture and Fisheries, Hamilton. New Zealand.