adanya kandungan minyak atsiri dengan komponen phenol alam yang mempunyai daya antiseptik yang kuat Ningsih, 2009.
Gambar 4. Tanaman sirih hijau Daun sirih hijau berkhasiat sebagai penahan pendarahan, obat luka pada kulit,
memperbaiki selera makan dan rasa, juga berfungsi sebagai antiseptik, bakterisida dan fungisida. Kandungan kimia yang terdapat dalam daun sirih hijau yaitu
saponin yang berguna sebagai anti radang, flavonoida dan polifenol sebagai antiseptik dan anti radang, serta minyak atsiri yang berguna sebagai anti radang
dan bersifat bakterisida yang sangat kuat Ningsih, 2009. Tanaman sirih hijau yang telah diekstrak, diketahui dapat menekan pertumbuhan
jamur. Achmad Suryana 2009 menyatakan bahwa pemberian ekstrak daun sirih hijau P. betle L dapat menghambat pertumbuhan jamur Rhizoctonia sp.,
serta semakin lambat pertumbuhan diameter koloni Rhizoctonia sp., jika semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang diberikan. Dengan demikian
fraksi ekstrak daun sirih hijau diharapkan dapat memberikan pengaruh yang sama terhadap jamur C.capsici.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman Fakultas Pertanian Universitas Lampung, dimulai dari bulan Juni 2014 sampai dengan September
2014.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah daun tagetes, daun saliara, daun sirih hijau, biakan Colletotrichum capsici, air steril, methanol teknis,
etil asetat teknis, n-hexana teknis, klorok 1 , fungisida berbahan aktif propineb 70, arang aktif, aquades, surfaktan, dan media PSA Potato succrose agar.
Alat yang digunakan diantaranya paralon dengan tiga ukuran yang berbeda 4
inch, 2 inch, dan 1 inch, mistar, gelas ukur, handpomp, cawan petri, labu erlenmeyer, autoklaf, alumunium foil, plastik tahan panas, tisu, nampan plastik,
plastik wrap, mikropipet, bunsen, cutter, pinset, ose, haemocytometer, mikroskop majemuk, kaca preparat, bor gabus, dan drugalski.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dibagi menjadi tiga percobaan yaitu 1 pengaruh fraksi ekstrak daun tagetes terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur C. capsici secara in
vitro, 2 pengaruh fraksi ekstrak daun saliara terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur C. capsici secara in vitro, dan 3 pengaruh fraksi ekstrak
daun sirih hijau terhadap pertumbuhan dan perkembangan jamur C. capsici secara in vitro. Pada masing-masing percobaan terdapat enam perlakuan dan lima
ulangan. Perlakuan adalah tanpa menggunakan ekstrak P1, perlakuan dengan fungisida propineb P2, fraksi ekstrak dari tanaman uji dengan pelarut air P3,
fraksi ekstrak dari tanaman uji dengan pelarut methanol P4, fraksi ekstrak dari tanaman uji dengan pelarut etil asetat P5, fraksi ekstrak dari tanaman uji dengan
pelarut n-hexana P6. Perlakuan P2, P3, P4, P5, dan P6 digunakan dengan konsentrasi 1000 ppm dan fungisida yang digunakan mengandung bahan aktif
propineb dengan dosis 1gl. Percobaan disusun menggunakan rancangan acak lengkap RAL, dan data hasil pengamatan dianalisis dengan sidik ragam
Anova.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pembuatan fraksi ekstrak daun tagetes, ekstrak daun saliara, dan
ektrak daun sirih hijau dengan pelarut air, pelarut metanol, pelarut etil asetat, dan pelarut n-hexana
Daun tagetes diambil di pekarangan salah satu rumah warga di Gunung Terang, Kemiling, Bandar Lampung. Daun saliara diambil di lahan kosong di daerah
perumahan bataranila Lampung Selatan. Daun sirih hijau diambil dilahan praktikum belakang masjid Al-
Wasi’i Universitas Lampung. Daun tanaman uji