Daya Hambat Infusum Daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida albicans Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro

(1)

DAYA HAMBAT INFUSUM DAUN SIRIH TERHADAP

PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS YANG

DIISOLASI DARI DENTURE STOMATITIS ;

PENELITIAN IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MOHD HIDIR BIN MOHD ATNI NIM : 060600143

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2010

Mohd Hidir Bin Mohd Atni

Daya Hambat Infusum daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida

albicans Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro. ix + 63 halaman

Daun sirih atau Piper betle L. salah satu tanaman yang sering digunakan masyarakat Indonesia dalam pengobatan tradisional, untuk menguatkan gigi dan menyembuhkan luka-luka kecil dimulut. Komposisi daun sirih mempunyai sifat bakterisida dan fungisida untuk pengobatan infeksi mikroorganisme patogen pada tubuh manusia dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans yang menyebabkan denture stomatitis pada pemakai gigi tiruan lepasan. Tujuan penelitian untuk mengetahui aktifitas antijamur infusum daun sirih terhadap Candida albicans.

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Daun sirih dengan berat 400 g, 300 g dan 200 g direbus dengan menggunakan pemanasan uap sehingga suhu mencapai 90oC, kemudian hasil rebusan disaring untuk mendapatkan infusumnya dengan konsentrasi 40%, 30% dan 20%. Cakram kosong direndam di dalam infusum tersebut, kemudian cakram diletakkan pada media Sabouraud Dekstrosa Agar yang mengandung Candida albicans yang diisolasi dari denture stomatitis untuk melihat daya hambatnya. Perhitungan daya hambat dilakukan dengan menggunakan kaliper digital.


(3)

Sediaan infusum daun sirih 20%, 30% dan 40% mempunyai efek antijamur terhadap Candida albicans. Konsentrasi 40% mempunyai zona hambat tertinggi dengan diameter zona hambat 10,42 mm, konsentrasi 30% diameter zona hambat 9,48 mm dan konsentrasi 20% dengan diameter zona hambat 8,48 mm.

Hasil penelitian diperoleh semua konsentrasi infusum daun sirih mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Candida ablicans. Hasil uji LSD (Least Significant Difference) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (P< 0,05) antara sediaan infusum daun sirih 20%, 30%, 40%, etanol 96% dan aquades.

Key words: Candida albicans, denture stomatitis, infusum daun sirih, diameter

zona hambat


(4)

DAYA HAMBAT INFUSUM DAUN SIRIH TERHADAP

PERTUMBUHAN CANDIDA ALBICANS YANG

DIISOLASI DARI DENTURE STOMATITIS ;

PENELITIAN IN VITRO

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

MOHD HIDIR BIN MOHD ATNI NIM : 060600143

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi pada tanggal 28 Juni 2010

Medan,

Pembimbing : Tanda tangan

1. Hj. Minasari Nasution., drg ... NIP: 19581119 198803 2001

2. Yendriwati, drg., M.kes ... NIP: 1963 0613 199003 2 002


(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 28 Juni 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Hj. Minasari Nasution., drg ANGGOTA : 1. Yendriwati, drg., M.kes


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur ke hadirat Allah Subahannahuwataala Tuhan sekalian alam, Shalawat dan Salam kepada Rasulullah Sollallahualaihiwasallam beserta keluarganya yang telah menuntun umatnya untuk selalu berpegang pada jalan yang lurus dan benar, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana kedokteran gigi pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua tercinta yaitu Mohd Atni bin Katiman dan Patimah binti Abdullah dan juga saudara-saudara penulis yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan moril maupun materil selama ini.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Hj Minasari Nasution, drg., dan Ibu Yendriwati, drg., M.Kes selaku pembimbing dan penguji yang telah banyak mendapat bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini, dengan rasa rendah hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Ismet Danial Nasution, drg., Ph.D., MS., Sp.Pros(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lisna Unita R, drg., M.Kes selaku Ketua Departemen Biologi Oral Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara sekaligus penguji yang telah memberikan masukan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.


(8)

3. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K) selaku UPT Penelitian Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan saran dan masukan dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Hera di Departemen Farmakologi Bagian Obat Tradisional FMIPA yang telah menjelaskan mengenai cara pembuatan infusum daun sirih

5. Pak Djalil atas bimbingannya dalam analisa statistik hasil penelitian ini dari Fakultas Kesehatan Masyarakat.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara atas bimbingan, saran dan motivasi penulis sewaktu mengerjakan skripsi ini.

7. Ibu Sariah Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dalam penanganan uji sensivitas Candida albicans. Teman-teman penulis Nisha, Mila, Naim, Zul, Qurot, Din koye, Along, Nurin, Ubai, Faiz, Daus dan seluruh teman-teman mahasiswa FKG angkatan 2006.

Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya bidang kedokteran gigi.

Medan, 28 juni 2010 Penulis,

(Mohd Hidir Atni) NIM: 060600143


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI……….... vi

DAFTAR TABEL……… viii

DAFTAR GAMBAR……… ix

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang Masalah……….. 1

1.2 Rumusan Masalah………... 5

1.3 Tujuan Penelitian………. 5

1.4 Manfaat Penelitian………... 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA... 6

2.1 Daun Sirih(Piper Betle Linn)….…..………...……... 6

2.2 Candida albicans... 10

2.3 Denture stomatitis………... 17

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN... 19

3.1 Kerangka konsep………... 20

3.1 Hipotesis penelitian………... 21

BAB 4 METODE PENELITIAN………... 22

4.1 Jenis dan Desain Penelitian……….…. 22

4.2 Populasi dan Sampel……… 22

4.3 Variabel Penelitian………... 24

4.4 Definisi Operasional……… 26

4.5 Bahan dan Alat Penelitian……… 27

4.6 Tempat dan Waktu penelitian………....…. 29

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data……….. 29

BAB 5 HASIL PENELITIAN……….. 34


(10)

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN……… 44

DAFTAR PUSTAKA ………. 45


(11)

DAFTAR TABEL

Table Halaman

1. Hasil uji ANOVA one way, perbedaan rata-rata zona hambat antara infusum daun sirih dan kontrol ( Etanol 96% dan aquades ) terhadap

Candida albicans………. 35


(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Daun sirih jawa……….. 6

2. Pertumbuhan Candida albicans pada media Sabouraud Dekstrosa Agar…… 10

3. Gambaran mikroskopis Candida albicans pada pewarnaan gram………. 10

4. Dinding sel Candida albicans... 13

5. Pertumbuhan Candida albicans………... 16

6. Denture stomatitis pada palatum………. 18

7. Alat dan bahan yang digunakan... 28

8. Panci perebusan (pensonic multicooker)... 30

9. Perendaman cakram kosong……….... 31


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Departemen Biologi Oral Tahun 2010

Mohd Hidir Bin Mohd Atni

Daya Hambat Infusum daun Sirih Terhadap Pertumbuhan Candida

albicans Yang Diisolasi Dari Denture Stomatitis ; Penelitian In Vitro. ix + 63 halaman

Daun sirih atau Piper betle L. salah satu tanaman yang sering digunakan masyarakat Indonesia dalam pengobatan tradisional, untuk menguatkan gigi dan menyembuhkan luka-luka kecil dimulut. Komposisi daun sirih mempunyai sifat bakterisida dan fungisida untuk pengobatan infeksi mikroorganisme patogen pada tubuh manusia dalam menghambat pertumbuhan Candida albicans yang menyebabkan denture stomatitis pada pemakai gigi tiruan lepasan. Tujuan penelitian untuk mengetahui aktifitas antijamur infusum daun sirih terhadap Candida albicans.

Metode yang digunakan di dalam penelitian ini adalah eksperimental laboratorium. Daun sirih dengan berat 400 g, 300 g dan 200 g direbus dengan menggunakan pemanasan uap sehingga suhu mencapai 90oC, kemudian hasil rebusan disaring untuk mendapatkan infusumnya dengan konsentrasi 40%, 30% dan 20%. Cakram kosong direndam di dalam infusum tersebut, kemudian cakram diletakkan pada media Sabouraud Dekstrosa Agar yang mengandung Candida albicans yang diisolasi dari denture stomatitis untuk melihat daya hambatnya. Perhitungan daya hambat dilakukan dengan menggunakan kaliper digital.


(14)

Sediaan infusum daun sirih 20%, 30% dan 40% mempunyai efek antijamur terhadap Candida albicans. Konsentrasi 40% mempunyai zona hambat tertinggi dengan diameter zona hambat 10,42 mm, konsentrasi 30% diameter zona hambat 9,48 mm dan konsentrasi 20% dengan diameter zona hambat 8,48 mm.

Hasil penelitian diperoleh semua konsentrasi infusum daun sirih mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan Candida ablicans. Hasil uji LSD (Least Significant Difference) menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan (P< 0,05) antara sediaan infusum daun sirih 20%, 30%, 40%, etanol 96% dan aquades.

Key words: Candida albicans, denture stomatitis, infusum daun sirih, diameter

zona hambat


(15)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Candida albicans adalah flora normal pada membran mukosa rongga mulut, saluran pernafasan, saluran percernaan dan organ genitalia perempuan. Candida albicans dikenal sebagai mikroorganisme oportunistik pada tubuh manusia, pada keadaan tertentu jamur ini mampu menyebabkan infeksi dan kerusakan jaringan.1

Infeksi Candida albicans dapat terjadi pada pemakai protesa yang tidak melepaskan pada malam hari saat tidur dan tidak dibersihkan sehingga memudahkan pertumbuhan Candida albicans. Infeksi Candida albicans dapat menyebabkan terjadinya suatu gambaran lesi berwarna merah, bengkak dan menyakitkan pada permukaan mukosa rongga mulut yang dikenal dengan denture stomatitis.2

Candida albicans bukan mikroorganisme tunggal yang dapat menyebabkan denture stomatitis tetapi merupakan mikroorganisme dominan yang dapat dijumpai pada denture stomatitis dan perawatannya adalah dengan memberikan antijamur secara oral dan aplikasi topikal. Candida albicans dapat diisolasi sebanyak 86% dari penderita denture stomatitis, bila dibandingkan dengan Staphylococcus aureus 84%, dan Streptococcus mutans sebanyak 16%.3 Penelitian Lisna tahun 2009, menunjukkan persentase denture stomatitis yang disebabkan Candida albicans pada mukosa palatum adalah sebanyak 54,54% (18 pasien) dan persentase yang sama untuk denture stomatitis yang disebabkan Staphylococcus aureus sebanyak 54,54%.4

Perawatan lokal denture stomatitis biasanya cukup efektif dengan merendam protesa dalam larutan antiseptik dan pemberian tablet hisap Nistatin 500.000 unit 3 kali perhari,


(16)

pengambilan Ketokonazol 200 mg peroral sekali sehari pada waktu makan sehingga 7 hari setelah gejala hilang atau Flukonazol 100 mg per oral sekali sehari selama 2 minggu.5 Akhir-akhir ini semakin banyak alternatif pengobatan menggunakan bahan alami sebagai antimikroba karena bahan alami ini mempunyai efek samping yang rendah, kurang toksis dan mempunyai sifat biodegrabilitas yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan obat-obatan konvensional.6

World Health Organization (WHO) telah menyarankan negara-negara membangun untuk memanfaatkan penggunaan pengobatan tradisional dalam bidang kesehatan7. Selain itu pemerintah Indonesia juga mendukung tanaman obat tradisional sebagai alternatif pengobatan karena negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuhan tradisional.8 Salah satu tumbuhan tradisional tersebut adalah daun sirih.

Daun sirih atau Piper betle L. merupakan salah satu tanaman obat yang banyak tumbuh di Indonesia. Daun sirih mengandung minyak atsiri yang di dalamnya terkandung fenol yang berfungsi sebagai antiseptik yang sangat kuat (bakterisida dan fungisida) tetapi tidak mampu mematikan spora (sporosid).9 Masyarakat Indonesia sendiri telah menggunakan daun sirih dalam pengobatan tradisional untuk menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka kecil di mulut, menghilangkan bau badan, menghentikan perdarahan gusi dan sebagai obat kumur.10

Sifat bakterisida dan fungisida daun sirih sangat bermanfaat jika digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi mikroorganisme patogen pada tubuh manusia, misalnya menghambat pertumbuhan mikroorganisme penyebab denture stomatitis seperti Candida albicans.

Henny (2008) telah melakukan penelitian mengenai efek antibakteri sediaan daun sirih, obat kumur minyak essensial dan povidone iodine 1% terhadap Streptoccus mutans. Hasil penelitian ini menunjukkan perebusan daun sirih tanpa diblender tidak menunjukkan daya hambat terhadap Streptococcus mutans. Sediaan daun sirih 5% belum menunjukkan daya hambat


(17)

terhadap Streptococcus mutans namun sediaan daun sirih 25% dan 50% menunjukkan terjadi hambatan pertumbuhan Streptococcus mutans dengan daerah zona hambat sebesar 7,21 mm dan 8,442 mm pada masing-masing konsentrasi. Obat kumur yang mengandung minyak essensial tidak memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans sedangkan obat kumur povidone iodine 1% memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans.11

Muhammad Naim (2009) telah melakukan penelitian tentang efek daya hambat infusum daun sirih terhadap Staphylococcus aureus dan mendapati bahwa infusum daun sirih 20% mempunyai zona hambat paling besar (19,7 ± 0,051) mm berikutnya infusum daun sirih 10% (16,6 ± 0,046) mm zona hambatnya lebih rendah bila dibandingkan dengan infusum daun sirih 20%, sedangkan infusum daun sirih 5% (13,3 ± 0,053) mm lebih rendah dari zona hambat infusum daun sirih 10%. Perbandingan antara infusum daun sirih dengan etanol 96% sebagai kontrol terlihat bahwa etanol 96% mempunyai zona hambat lebih rendah (8,4 ± 0,218) mm bila dibandingkan dengan infusum daun sirih yang telah dibuat.12

Penggunaan tanaman untuk pengobatan telah lama dikenal oleh masyarakat. Usaha pengembangan tanaman untuk pengobatan perlu dilakukan karena tanaman lebih mudah diperoleh dan murah dibandingkan obat-obat konvensional. Tetapi penggunaan tanaman untuk pengobatan perlu didasari oleh data-data penelitian dari tanaman tersebut sehingga khasiatnya secara ilmiah tidak diragukan lagi dan dapat dipertanggungjawabkan. Hal ini tentu akan lebih mendorong penggunaan tanaman sebagai obat secara luas oleh masyarakat. Sehubungan dengan ini, penulis tertarik untuk mengetahui daya hambat daun sirih terhadap Candida albicans yang diisolasi dari denture stomatitis dengan mengunakan metode perebusan untuk mendapatkan infusum daun sirih. Hal ini dilakukan sebagai pendekatan dengan cara yang umum dilakukan masyarakat dalam pengobatan tradisional.


(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah sediaan infusum daun sirih yang dibuat dengan cara perebusan memiliki efek antijamur terhadap Candida albicans ?

2. Apakah terdapat perbedaan zona hambat infusum daun sirih dalam beberapa konsentrasi terhadap Candida albicans ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui efek antijamur infusum daun sirih terhadap Candida albicans.

2. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata zona hambat dari beberapa konsentrasi infusum daun sirih terhadap Candida albicans.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk mendapatkan sediaan obat kumur yang efektif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.

2. Sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut tentang pembuatan obat kumur dari bahan daun sirih.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Sirih / Piper betle L. 2.1.1 Klasifikasi ilmiah

Klasifikasi ilmiah atau taksonomi dari daun sirih adalah sebagai berikut :13,14

Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta

Class : Magnoliopsida

Ordo : Piperales

Family : Piperaceae

Genus : Piper

Species : P. Betle

2.1.2 Gambaran umum

Sirih merupakan tanaman menjalar dan merambat pada batang pohon di sekelilingnya dengan daunnya yang berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh bersilang-seling, bertangkai, teksturnya agak kasar dan mengeluarkan bau jika diremas. Batangnya berwarna cokelat kehijauan, berbentuk bulat dan berkerut. Sirih hidup subur dengan ditanam di daerah tropis dengan ketinggian 300-1000 m di atas permukaan laut terutama di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan air.10Sirih merupakan tumbuhan obat yang sangat besar


(20)

manfaatnya.14,15 Dalam farmakologi Cina, sirih dikenal sebagai tanaman yang memiliki sifat hangat dan pedas.14

Secara tradisional, daun sirih telah digunakan untuk menyembuhkan mata merah atau iritasi dengan merendam daun sirih dalam air mendidih di wadah dan digunakan setelah air agak dingin. Daun sirih juga digunakan untuk menghentikan perdarahan akibat mimisan dengan menggulung daun sirih menyerupai rokok dan ujungnya yang runcing dimasukkan ke dalam lubang hidung.10

Penggunaan ekstrak daun sirih untuk berkumur dianjurkan jika mukosa mulut mengalami pembengkakan, membersihkan nafas yang berbau (halitosis) akibat gigi gangren serta untuk menghentikan darah dan membersihkan luka pencabutan gigi.10

2.1.3 Kandungan Farmakologi Daun Sirih

Daun sirih memiliki aroma yang khas yaitu rasa pedas dan tajam. Rasa dan aroma yang khas tersebut disebabkan oleh kavikol dan bethelphenol yang terkandung dalam minyak atsiri. Selain itu itu, faktor lain yang menentukan aroma dan rasa daun sirih adalah jenis sirih itu sendiri, umur sirih, jumlah sinar matahari yang sampai ke bagian daun dan kondisi dedaunan bagian atas tumbuhan.10

Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya terdiri atas fenol dan senyawa turunannya seperti kavikol, kavibetol, karvacol, eugenol, dan allilpyrocatechol.7,14Selain minyak atsiri, daun sirih juga mengandung karoten, tiamin, riboflavin, asam nikotinat, vitamin C, tannin, gula, pati dan asam amino.10 Kandungan eugenol dalam daun sirih mempunyai sifat antifungal.7,14 Daun sirih yang sudah dikenal sejak tahun 600 SM ini mengandung zat antiseptik yang dapat membunuh bakteri sehingga banyak digunakan sebagai antibakteri dan antijamur.10 Hal ini disebabkan oleh turunan fenol yaitu kavikol dalam sifat


(21)

antiseptiknya lima kali lebih efektif dibandingkan fenol biasa.13,14 Dengan sifat antiseptiknya, sirih sering digunakan untuk menyembuhkan kaki yang luka dan mengobati pendarahan hidung / mimisan.14

Eugenol dalam daun sirih bersifat antifungal dengan menghambat pertumbuhan yeast (sel tunas) dari Candida albicans dengan cara merubah struktur dan menghambat pertumbuhan dinding sel. Ini menyebabkan gangguan fungsi dinding sel dan peningkatan permeabilitas membran terhadap benda asing dan seterusnya menyebabkan kematian sel.16

Daun sirih juga memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus viridans, Actinomyces viscosus, dan Staphylococcus aureus.17,18

2.1.4 Penelitian Tentang Daun Sirih

Adanya keyakinan yang berlangsung turun temurun dari masyarakat mengenai khasiat daun sirih menarik perhatian para ilmuwan untuk meneliti khasiat daun sirih secara klinis.19 Adapun penelitian yang pernah dilakukan adalah sebagai berikut:

2.1.4.1 Penelitian Atiek Soemati dan Berna Elya pada tahun 2002

Atiek Soemati dan Berna Elya telah melakukan penelitian untuk mengetahui efek antijamur infusum daun sirih terhadap Candida albicans. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode dilusi untuk penentuan Kadar Hambat Minimal (KHM) dan metode difusi untuk penentuan diameter zona hambatan. Hasil penentuan KHM menunjukkan bahwa infusum daun sirih mempunyai efek antijamur. Diameter zona hambat infusum daun sirih 250 mg/ml adalah 10,43 mm, 500 mg/ml adalah 12,33 mm dan 1000mg/ml adalah 16,80 mm.9


(22)

2.1.4.2 Penelitian Adeltrudes B. Caburian dan Marina O. Osi

Adeltrudes B. Caburian dan Marina O. Osi telah melakukan evaluasi dan mengobservasi karakteristik aktivitas antimikrobal dari minyak atsiri daun sirih. Penelititan mereka menunjukkan minyak atsiri daun sirih mempunyai kadar hambat minimal 250 µg/mL terhadap Candida albicans, 125 µg/mL terhadap Staphylococcus aureus, 15,60 µg/mL terhadap Streptococcus pyogenes dan 1,95 µg/mL terhadap Trichophyton mentagrophytes. Zona hambat pula adalah 90 mm pada Candida albicans, T. mentagrophytes dan S.pyogenes dan 67,50 mm pada S. aureus.7


(23)

2.2 Candida albicans

2.2.1 Klasifikasi Ilmiah20

Kingdom : Fungi Phylum : Ascomycota Subphylum : Saccharomycotina Class : Saccharomycetes Order : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae Genus : Candida

Species : C. albicans

2.2.2 Gambaran Umum

Candida albicans adalah jamur diploid dan agen oportunistik yang mampu menyebabkan infeksi pada daerah oral dan genital pada manusia. Candida albicans adalah sebagian dari mikroorganisme flora normal rongga mulut, mukosa membran, dan saluran gastrointestin.

Gambar 2. Pertumbuhan Candida

albicans pada media Sabouraud Dekstrosa Agar

Gambar 3. Gambaran mikroskopis

Candida albicans pada pewarnaan


(24)

Candida albicans mengkolonisasi di permukaan mukosa pada waktu atau sesudah kelahiran manusia dan resiko untuk terjadinya infeksi selalu didapat.21

Candida albicans merupakan jamur dimorfik karena kemampuannya untuk tumbuh dalam dua bentuk berbeda yaitu sebagai sel tunas yang akan berkembang menjadi blastospora dan menghasilkan germ tube yang akan membentuk pseudohifa. Perbedaan bentuk ini tergantung pada faktor eksternal yang mempengaruhinya yaitu suhu, pH dan sumber energi.21 Candida albicans memperbanyak diri dengan membentuk tunas yang akan terus memanjang membentuk pseudohifa yang terbentuk dengan banyak kelompok blastospora berbentuk bulat atau lonjong disekitar septum. Pada beberapa strain blastospora berukuran besar, berbentuk bulat atau seperti botol, dalam jumlah sedikit. Sel ini dapat berkembang menjadi klamidospora yang berdinding tebal dan berdiameter sekitar 8 -12µ.22

Candida albicans dapat tumbuh pada beberapa variasi pH tetapi pertumbuhannya akan lebih baik pada pH antara 4,5-6,5. Jamur ini dapat tumbuh pada suhu 28oC - 37oC. Candida albicans membutuhkan senyawa organik sebagai sumber karbon dan sumber energi untuk pertumbuhan dan proses metabolismenya. Unsur karbon ini dapat diperoleh dari karbohidrat.22

Jamur ini merupakan organisme fakultatif anaerob yang mampu melakukan metabolisme sel, baik dalam suasana anaerob maupun aerob. Proses peragian (fermentasi) pada Candida albicans dilakukan dalam suasana anaerob. Karbohidrat yang tersedia dalam larutan dapat dimanfaatkan untuk melakukan metabolisme sel dengan cara mengubah karbohidrat menjadi CO2 dan H2O dalam suasana aerob. Sedangkan suasana anaerob hasil fermentasi berupa

asam laktat, etanol dan CO2. Proses akhir fermentasi anaerob menghasilkan persediaan bahan


(25)

dipakai oleh Candida albicans sebagai sumber karbon maupun sumber energi untuk melakukan pertumbuhan sel. 22

2.2.3 Struktur Fisik

Dinding sel Candida albicans berfungsi sebagai pelindung dan sebagai target dari beberapa antimikotik. Dinding sel berperan dalam proses perlekatan dan kolonisasi serta bersifat antigenik. Fungsi utama dinding sel tersebut memberi bentuk pada sel dan melindungi sel yeast dari lingkungannya. Candida albicans mempunyai struktur dinding sel yang kompleks, tebalnya 100 sampai 400 nm. 22

Komposisi primer terdiri dari glukan, manan dan khitin. Manan dan protein berjumlah sekitar 15,2-30 % dari berat kering dinding sel, β-1,3-D-glukan dan β–1,6-D-glukan sekitar 47-60 %, khitin sekitar 0,6-9 %, protein 6-25 % dan lipid 1-7 %. Dalam bentuk yeast, kecambah dan miselium, komponen-komponen ini menunjukkan proporsi yang serupa tetapi bentuk miselium memiliki khitin tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan sel yeast. Dinding sel Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda yaitu fibrillar layer, mamoprotein, β


(26)

Segal dan Bavin (1994) memperlihatkan bahwa dinding sel Candida albicans terdiri dari lima lapisan yang berbeda (Gambar 3). 22

Gambar 4. Dinding sel Candida albicans

Sel Candida albicans seperti sel eukariotik lainnya terdiri dari lapisan fosfolipid ganda. Membran protein ini memiliki aktifitas enzim seperti manan sintase, khitin sintase, glukan sintase, ATPase dan protein yang mentransport fosfat. Terdapatnya membran sterol pada dinding sel memegang peranan penting sebagai target antimikotik dan kemungkinan merupakan tempat bekerjanya enzim-enzim yang berperan dalam sintesis dinding sel. 22


(27)

2.2.4 Patogenesis

Menempelnya mikroorganisme dalam jaringan sel pejamu menjadi syarat mutlak untuk berkembangnya infeksi. Secara umum diketahui bahwa interaksi antara mikroorganisme dan sel pejamu diperantari komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesin dan reseptor. Manan dan manoprotein merupakan molekul-molekul Candida albicans yang mempunyai aktifitas adhesif. Khitin, komponen kecil yang terdapat pada dinding sel Candida albicans juga berperan dalam aktifitas adhesif. Setelah terjadi proses perlekatan, Candida albicans berpenetrasi ke dalam sel epitel muko sa. Enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan asam fosfatase. Proses penetrasi yang terjadi tergantung dari keadaan imun dari pejamu. 22

Pada umumnya Candida albicans berada dalam tubuh manusia sebagai saprofit dan infeksi baru terjadi bila terdapat faktor predisposisi pada tubuh pejamu. Faktor-faktor yang dihubungkan dengan meningkatnya kasus kandidiasis antara lain disebabkan oleh : 22

1. Kondisi tubuh yang lemah atau keadaan umum yang buruk, misalnya: bayi baru lahir, orang tua rentan, penderita penyakit menahun, orang-orang dengan gizi rendah. 2. Penyakit tertentu, misalnya: diabetes mellitus

3. Kehamilan

4. Permukaan kulit yang lembab karena terpapar oleh air, keringat, urin atau saliva. 5. Penggunaan obat di antaranya: antibiotik, kortikosteroid dan sitostatik.

Faktor predisposisi berperan dalam meningkatkan pertumbuhan Candida albicans serta memudahkan invasi jamur ke dalam jaringan tubuh manusia karena adanya perubahan dalam sistem pertahanan tubuh. Blastospora berkembang menjadi pseudohifa dan tekanan dari pseudohifa tersebut merusak jaringan, sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi. Virulensi ditentukan oleh kemampuan jamur tersebut merusak jaringan serta invasi ke dalam


(28)

jaringan. Enzim-enzim yang berperan sebagai faktor virulensi adalah enzim-enzim hidrolitik seperti proteinase, lipase dan fosfolipase. 22

Keberadaan daripada pseudohifa Candida albicans yang ditemukan merupakan indikator daripada infeksi Candida (kozinn & Taschidjian, 1962). Hifa atau pseudohifa lebih sering ditemukan pada pasien denture stomatitis daripada pasien yang menggunakan protesa tanpa denture stomatitis.23

Candida albicans yang dikultur pada media Sabouraud Dekstrosa Agar (SDA) pada temperatur 37oC setelah 48 jam akan memperlihatkan koloni berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, licin, berwarna krem, halus, berbentuk pasta, mempunyai bau jamur, dan kadang-kadang sedikit berlipat-lipat pada koloni yang sudah tua.21,24


(29)

Gambar 5. Pertumbuhan dimorfik Candida albicans.23

A- Blastospora membentuk tunas.

B- Pada keadaan tertentu pertumbuhan berbentuk silinder terjadi pada permukaan blastospora membentuk germ tube.

C- Germ tube membesar dan septa tumbuh pada ujung apikal dari germ tube yang memanjang dan membentuk hifa.

D- Cabang hifa atau cabang skunder terbentuk dari septa dan mengandung miselium, germ tube yang telah bercabang ini disebut pseudohifa.


(30)

2.3 Denture stomatitis

Denture stomatitis adalah perubahan patologik pada mukosa penyangga protesa di dalam ronga mulut. Perubahan-perubahan tersebut ditandai dengan adanya eritema di bawah protesa lengkap atau sebagian baik di rahang atas maupun di rahang bawah. Denture Sore Mouth dan Chronic Atropic Candidosis adalah istilah lain yang juga digunakan untuk menyatakan kelainan atau keadaan ini.2

Walaupun perubahan pada mukosa penyangga protesa, tetapi protesa bukan merupakan satu-satunya penyebab. Budtz-Jorgensen mengemukakan bahwa denture stomatitis dapat disebabkan oleh bermacam-macam faktor yaitu: trauma, infeksi, pemakaian protesa yang terus-menerus, oral higine yang jelek, alergi dan gangguan faktor sistemik.25

Sehubungan dengan beberapa macam etiologi yang diduga dapat menimbulkan denture stomatitis, gambaran klinis yang tampak tidak memberikan bentuk yang spesifik dan menurut Newton, secara klinis denture stomatitis dibagi 3 tipe yaitu:25

Tipe I : tampak hiperemi berupa noda atau titik sebesar jarum pentul Tipe II : eritema yang tidak berbatas tegas

Tipe III : inflamasi granular atau hiperplasia papilar

Gambaran atropi epitel, stratum korneum yang tipis disertai infiltrasi leukosit pada epitel, lebih sering ditemukan pada pemeriksaan histopatologi pada denture stomatitis oleh karena Candida Albicans dibanding denture stomatitis yang disebabkan trauma.25


(31)

Gambar 6. Denture stomatitis pada palatum2

Perawatan lokal denture stomatitis biasanya cukup efektif, termasuk mensterilkan protesa lepasan dalam larutan antiseptik dan pemberian tablet hisap Nistatin 500.000 unit 3 kali perhari atau obat anti jamur lainnya. Selain itu penderita disarankan selalu menjaga kebersihan rongga mulutnya termasuk pembersihan plak pada pemakai protesa sebagian harus selalu dilaksanakan untuk menjaga kebersihan rongga mulut tetap baik. Selain itu protesa lepasan yang sudah tidak stabil lagi sebaiknya diperbaharui.25


(32)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Denture Stomatitis terjadi karena tekanan gigitiruan pada permukaan mukosa sehingga terjadi perubahan lingkungan mikroorganisme rongga mulut, salah satunya Candida albicans yang membentuk koloni di rongga mulut pemakai gigitiruan lepasan.25

Daun sirih mengandung minyak atsiri di mana komponen utamanya adalah eugenol yang memiliki daya antifungi terhadap Candida albicans .7,14

Eugenol menghambat pertumbuhan yeast (sel tunas) Candida albicans dengan cara merubah struktur dan menghambat pertumbuhan dinding sel. Hal ini menyebabkan gangguan fungsi dinding sel dan peningkatan permeabilitas membran terhadap benda asing dan seterusnya menyebabkan kematian sel.16


(33)

3.1 KERANGKA KONSEP

DENTURE STOMATITIS

Staphylococcus aureus

Streptococcus mutans

Candida albicans

pertumbuhan dinding sel

Daun sirih

Minyak atsiri

eugenol

Permeabilitas membran sel meningkat

Menghambat dan mengubah

Sel mati Kemasukan benda asing


(34)

3.2 HIPOTESIS PENELITIAN

1. Terdapat efek antijamur infusum daun sirih yang dibuat dengan cara perebusan terhadap Candida albicans.

2. Terdapat perbedaan zona hambat infusum daun sirih pada konsentrasi infusum daun sirih 20%, 30%, dan 40% terhadap Candida albicans.


(35)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian : Eksperimental Laboratorium.

Desain Penelitian : Rancangan pretes-postes dengan kelompok kontrol.

4.2 Populasi dan Sampel

Populasi : Candida albicans

Sampel : Biakan Candida albicans yang diisolasi dari denture stomatitis Besar sample : Besar sampel pada percobaan ini menggunakan rumus umum26:

Dimana: t=perlakuan n = jumlah sampel

Penelitian ini menggunakan 5 kelompok yang masing-masing terdiri atas:

1. Kelompok I : Infusum daun sirih 20% 2. Kelompok II : Infusum daun sirih 30% 3. Kelompok III : Infusum daun sirih 40%

* Alasan mengapa dalam penelitian ini dijadikan infusum daun sirih 20%, 30%, dan 40% karena persentase daun sirih haruslah tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu jauh.


(36)

4. Kelompok IV : Etanol 96% sebagai kontrol positif dalam penelitian ini dan tidak digunakan sebagai obat kumur.

5. Kelompok V : aquades sebagai kontrol negatif

jadi perlakuannya (t) adalah = 5

(5-1) . (n-1) > 15

4 . (n-1) > 15

n-1 > 3,75

n > 4,75 ~ 5

jumlah sampel (n) yang dipakai adalah 5, artinya pada kelompok I s/d V dilakukan masing-masing 5 kali pengulangan.


(37)

4.3 Variabel Penelitian

4.3.1 Variabel bebas

Variabel bebas untuk penelitian ini adalah seperti berikut:

Infusum daun sirih 20%

Infusum daun sirih 30%

Infusum daun sirih 40%

Etanol 96% sebagai kontrol positif Variabel Bebas :

a. Infusum daun sirih 20% b. Infusum daun sirih 30% c. Infusum daun sirih 40% d. Etanol 96% kontrol positif e. Aquades kontrol negatif

Variabel Tergantung :

Pertumbuhan Candida albicans dengan metode pengukuran diameter zona hambat pada masing-masing perlakuan.

Variabel Terkendali :

a. Media pertumbuhan b. Suhu inkubasi

c. Waktu pembiakan Candida albicans d. Teknik pengisolasian dan pengkulturan e. Lamanya penyimpanan daun sirih setelah dipetik (2 hari).

f. Lama penyimpanan infusum daun sirih g. Pemakaian alat, media pertumbuhan dan bahan percobaan yang steril

h. Keterampilan operator. i. Waktu pengamatan

Variabel Tidak Terkendali :

a. Asal daun sirih (Geografis) berhubungan dengan keadaan tanah, curah hujan dan lingkungan sekitar tanaman.


(38)

Aquades sebagai kontrol negatif

4.3.2 Variabel tergantung

Variabel tergantung untuk penelitian ini adalah pertumbuhan jamur Candida albicans dengan metode pengukuran diameter zona hambat pada masing-masing perlakuan.

4.3.3 Variabel terkendali

Variabel terkendali untuk penelitian ini adalah seperti berikut:

Media untuk menumbuhkan Candida albicans yaitu Sabauroud Dekstrosa Agar

Suhu yang digunakan untuk menumbuhkan Candida albicans (37°C) dalam inkubator.

Waktu yang digunakan untuk mengamati pertumbuhan atau pembiakan Candida albicans yaitu 48 jam

• Teknik pengisolasian dan pengkulturan.

• Lamanya penyimpanan daun sirih setelah dipetik (2 hari).

• Lama penyimpanan infusum daun sirih.

• Penggunaan alat, media pertumbuhan dan bahan percobaan yang steril.

• Ketrampilan operator dalam pelaksanaan penelitian dan didampingi asisten laboratorium.

• Waktu pengamatan terhadap kelompok perlakuan yaitu 48 jam.

4.3.4 Variabel Tak Terkendali

Variabel tidak terkendali untuk penelitian ini adalah seperti berikut:

• Asal daun sirih (geografis) berhubungan dengan keadaan tanah, curah hujan dan lingkungan sekitar tanaman.

4.4 Definisi Operasional


(39)

• Infusum daun sirih 20% adalah hasil perebusan 200 g daun sirih dengan 800 ml air selama 15 menit setelah mendidih.

• Infusum daun sirih 30% adalah hasil perebusan 300 g daun sirih dengan 700 ml air selama 15 menit setelah mendidih.

• Infusum daun sirih 40% adalah hasil perebusan 400 g daun sirih dengan 600 ml air selama 15 menit setelah mendidih.

• Etanol 96% adalah alkohol dengan perbandingan 96% komposisi etanol dan 4% koposisi air. Disebut juga etil alkohol 96%, termasuk ke dalam alkohol rantai tunggal, dengan rumus kimia C2H5OH dan bersifat anti jamur dan tidak digunakan sebagai obat kumur.

• Aquades adalah air dari hasil penyulingan, kandungannya murni H2O dan tidak mempunyai

sifat antijamur.

Koloni Candida alibicans adalah mikroorganisme yang diisolasi dari penderita denture stomatitis, infusum daun sirih diletakkan pada Candida albicans untuk dilihat efek antijamurnya.

Denture stomatitis merupakan lesi mukosa oral berwarna merah, sakit, dan bengkak yang disebabkan oleh infeksi pada gingiva mukosa karena pemakai gigitiruan yang tidak mumbuka protesa pada malam hari dan jarang dibersihkan.

• Diameter zona hambat adalah diameter daerah dimana jamur tidak tumbuh disekitar disk dan ditandai dengan adanya daerah bening yang dapat diukur dengan kaliper digital dengan satuan milimeter.

4.5 Bahan dan Alat Penelitian 4.5.1 Bahan Penelitian


(40)

*alasan digunakan daun sirih jawa adalah karena daun sirih ini mudah didapati di kota Medan dan sering digunakan masyarakat setempat untuk menyirih .

Aquades

Media Sabauroud Dekstrosa Agar

Etanol 96%

aquades

4.5.2 Alat Penelitian

Panci perebusan (pensonic multicooker)

• Disk kosong (Oxoid)

Inkubator

Kaliper digital

• Pipet volume

Ose dan cotton bud

Autoklaf

• Piring petri

• Botol kaca

• Kompor gas

Hotplate

• Termometer

Timbangan analitik


(41)

Gambar 7. Alat dan bahan yang digunakan

4.6 Tempat dan Lama Waktu Penelitian 4.6.1 Tempat Penelitian

• Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi (FKG)

4.6.2 Lama Waktu Penelitian

• Sebelas bulan dari Agustus 2009 hingga Juni 2010.

4.7 Prosedur Pengambilan dan Pengumpulan Data 4.7.1 Pembuatan Media.

Untuk mendapatkan 5 petri, Sabouraud Dekstrosa Agar sebanyak 65 gr dilarutkan dalam 1 L aquades dan ditambah 0,65 gr kloramfenikol kemudian dipanaskan di atas hotplate sambil diaduk hingga mendidih. Kemudian media yang telah masak, disterilkan di dalam autoklaf


(42)

selama 2 jam dengan suhu 121°C dan tekanan 2 atm. Setelah disterilkan, media disimpan di dalam kulkas. Jika akan digunakan, media dipanaskan kembali hingga mendidih lalu dituangkan ke dalam masing-masing petri dan dibiarkan hingga dingin.

4.7.2 Pembuatan Infusum Daun Sirih.

Daun Sirih disediakan sesuai dengan berat yang berbeda yaitu 200 gr dicampur 800 ml untuk menghasilkan infusum 20%, 300 gr dicampur 700 ml untuk menghasilkan infusum 30%, dan 400 gr dicampur 600 ml untuk menghasilkan infusum 40%.

Penyediaan infusum daun sirih dengan melakukan perebusan dengan menggunakan pemanasan uap selama 15 menit setelah air pemanas mendidih (100°C), kemudian disaring untuk mendapatkan infusumnya saja. Setelah mendidih, sediaan daun sirih harus diaduk setiap 5 menit selama 15 menit.


(43)

4.7.3 Peremajaan jamur Candida albicans.

Dari 12 orang pasien denture stomatitis hanya 5 pasien saja yang mempunyai Candida albicans pada mukosa anterior palatum mereka menghasilkan 5 piring koloni Candida albicans. Sampel diambil dengan menggunakan cotton bud yang steril, kemudian dikultur ke dalam Sabouraud Dekstrosa Agar dengan cara menggoreskan/menggerakkan cotton bud dengan penekanan pada permukaan media. Selanjutnya dengan bantuan ose bulat dilakukan streaking rapat-rapat, sedang dan jarang. Setelah 48 jam akan terlihat koloni berwarna krem, halus, berbentuk pasta, bulat dengan permukaan sedikit cembung dan licin.

4.7.4 Uji Efektifitas Antijamur dengan Metode Difusi Agar

Disediakan alat-alat dan bahan-bahan yang diperlukan. Setelah itu dilakukan penelitian dengan menggunakan 25 Cakram kosong yang direndam di dalam 5 wadah berbeda yang masing-masing berisi 30 ml untuk etanol 96%, aquades, infusum daun sirih 20%, infusum daun sirih 30% dan infusum daun sirih 40% selama 60 menit. Setiap wadah mengandung 5 cakram.

Candida alibicans diambil sebanyak 2 ose bulat lalu disuspensikan pada larutan NaCl 0,85% dan dicairkan dengan menambah aquades sehingga mencapai kekeruhan yang sama dengan standar Mac Farland 0,5. Kemudian Candida alibicans dipindahkan ke media Sabouraud Dekstrosa Agar (SDA) dengan kapas lidi lalu dilakukan goresan secara rapat-rapat pada permukaan media SDA. Streaking dilakukan untuk 5 media SDA. Setelah rendaman berlangsung selama 60 menit, cakram dikeluarkan dan diletakkan pada media SDA tadi.


(44)

Gambar 9. Perendaman cakram kosong

Setiap media SDA tadi dibagi 5 bahgian dan dilabel agar mudah menghitung diameter zona hambat setiap cakram. Setelah itu, diletakkan cakram yang telah direndam tadi ke dalam piring petri mengikut label yang telah diberikan. Lalu dimasukkan ke dalam inkubator yang bersuhu 37°C selama 48 jam.


(45)

Setelah 48 jam, piring-piring petri dikeluarkan dari inkubator dan dilihat daya hambat yang terjadi pada setiap cakram. Daya hambat diukur menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm dengan menggunakan rumus (Φhorizontal + Φvertikal) dibagi dua dan perhitungan dimasukkan kedalam tabel.

4.7.4.1Cara Pengukuran Zona Hambat

Diameter zona hambat=

4.7.5 Uji statistik

Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah Uji ANOVA one way dan Uji LSD (Least Significant Difference). Uji ANOVA one way untuk mencari beda rata-rata diameter daya hambat antara kelompok perlakuan . LSD pula digunakan untuk membuat perbandingan antara dua data yang diperoleh secara berpasangan. Jika uji ANOVA one way memberikan hasil yang signifikan dilanjutkan dengan uji LSD.

Petunjuk:

: diameter vertikal : diameter horizontal

: disk


(46)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Setelah peletakan semua bahan coba yaitu infusum daun sirih 20%, 30% dan 40%, etanol 96% dan aquades, dilakukan pengamatan setelah 48 jam untuk melihat zona bening di sekitar cakram. Zona bening merupakan daerah dimana pertumbuhan Candida albicans dihambat oleh bahan coba.

Hasil penelitian setelah dilakukan 5 kali pengulangan menunjukkan adanya daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans pada semua konsentrasi infusum daun sirih dan etanol 96%. Sedangkan aquades tidak menunjukkan daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans.

Uji ANOVA one way menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata daya hambat setiap perlakuan terhadap Candida albicans p< 0,05 (H0 ditolak). Untuk mengetahui pada kelompok

mana yang mempunyai perbedaan daya hambat yang signifikan, hasil uji ANOVA one way diteruskan dengan uji LSD.

Hasil penelitian (tabel 1), menunjukkan etanol 96% mempunyai daya hambat yang paling tinggi dengan diameter zona hambat 12,20 mm. Daun sirih dengan konsentrasi 40% pula yang kedua tertinggi selepas etanol 96% yaitu 10,42 mm. Diikuti dengan daun sirih berkonsentrasi 30% dan 20% dengan diameter zona hambat 9,48 mm dan 8,48 mm bagi masing-masing konsentrasi. Aquades sebagai kontrol negatif tidak menunjukkan daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans.

Tabel 1. Hasil uji ANOVA one way, perbedaan rata-rata zona hambat antara infusum daun sirih dan kontrol ( Etanol 96% dan aquades ) terhadap Candida albicans.


(47)

*terdapat perbedaan yang signifikan pada p< 0.05 (H0 ditolak)

Diag

ram 1 menunjukka

n hasil diameter

daya hambat infusum daun sirih 20%, 30%, 40%, etanol 96% dan aquades. Pada semua media, etanol menunjukkan daya hambat yang paling tinggi diikuti dengan infusum 40%, 30% dan 20% menunjukkan daya hambat yang paling rendah sedangkan aquades tidak menunjukkan daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans.

Diagram 1. Hasil diameter zona hambat infusum daun sirih, 20%, 30%, 40%, etanol 96% dan aquades.

Kelompok Perlakuan Sampel (n) ± SD (mm) P

I Daun sirih 20% 5 8,48±0,022 0,0001* II Daun sirih 30% 5 9,48±0,124 0,0001* III Daun sirih 40% 5 10,42±0,072 0,0001*

IV Etanol 96% 5 12,20±0,101 0,0001*


(48)

Uji LSD (tabel 2) menunjukkan semua kelompok perlakuan apabila dibandingkan antara satu sama lain mempunyai perbedaan yang signifikan (p < 0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan hipotesis diterima yaitu terdapat efek antijamur infusum daun sirih yang dibuat dengan cara perebusan terhadap Candida albicans dan terdapat perbedaan zona hambat infusum daun sirih pada konsentrasi infusum daun sirih 20%, 30%, dan 40% terhadap Candida albicans.


(49)

Rata-rata daya hambat perlakuan sesuai dengan hasil uji ANOVA one way adalah: Tabel 2. Hasil uji LSD, perbandingan antara semua kelompok.

Kelompok Perbandingan P

I (daun sirih 20%) II (daun sirih 30%)

0,0001* III (daun sirih 40%)

IV (etanol 96%) V (aquades) II (daun sirih 30%) I (daun sirih 20%)

0,0001* III (daun sirih 40%)

IV (etanol 96%) V (aquades) III (daun sirih 40%) I (daun sirih 20%)

0,0001* II (daun sirih 30%)

IV (etanol 96%) V (aquades)


(50)

*terdapat perbedaan yang signifikan pada p< 0,05 (H0 ditolak)

Kelompok Perbandingan P

IV (etanol 96%) I (daun sirih 20%)

0,0001* II (daun sirih 30%)

III (daun sirih 40%) V (aquades)

V (aquades) I (daun sirih 20%)

0,0001* II (daun sirih 30%)

III (daun sirih 40%) IV (etanol 96%)


(51)

BAB 6 PEMBAHASAN

Penelitian infusum daun sirih bertujuan untuk membukt ikan daya hambat bahan ini terhadap pertumbuhan Candida albicans dan melihat perbedaan daya hambat antara infusum daun sirih dengan etanol 96% serta aquades yang digunakan sebagai kontrol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode difusi agar. Pengukuran zona hambat dilakukan setelah 48 jam media berada di dalam inkubator menggunakan kaliper digital dengan ketelitian 0,01 mm.

Pada penelitian ini, infusum daun sirih disediakan dengan menggunakan metode perebusan menggunakan uap air panas sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi ke-IV. Daun sirih dimasukkan kedalam aquades dan dipanaskan diatas uap sehingga suhu mencapai 90oC. Metode ini dipilih karena mudah dilakukan dan sering digunakan masyarakat. Pembuatan infusum daun sirih adalah dengan merebus daun sirih menggunakan uap air panas.27

Pada pra-penelitian pertama, konsentrasi infusum daun sirih yang digunakan adalah rendah yaitu 5%, 10% dan 20% dan hasil yang didapat menunjukkan daya hambat terhadap Candida albicans pada konsentrasi 5% dan 10% terlalu kecil dan tidak signifikan. Oleh karena itu, konsentrasi dinaikkan 20%, 30% dan 40%. Pemilihan Etanol 96% sebagai kontrol adalah karena sifat antijamurnya dan dapat menjadi kontrol positif dalam penelitian ini. Kontrol negatif pula dilakukan dengan menggunakan aquades dimana pertumbuhan Candida albicans tidak dapat dihambat.

Hasil penelitian menunjukkan adanya daya hambat pada kesemua infusum daun sirih dan etanol 96%. Bagaimanapun hasil daya hambat infusum daun sirih lebih rendah bila dibandingkan


(52)

dengan etanol 96%. Hal ini mungkin disebabkan etanol yang digunakan berkonsentrasi tinggi dan mempunyai efek antifungal yang kuat. Eugenol sebagai bahan aktif dalam infusum daun sirih pula mungkin memiliki konsentrasi yang kecil karena hasil perebusan daun sirih juga mengandung bahan lain selain eugenol.

Daya hambat infusum daun sirih dengan konsentrasi 20%, 30% dan 40% menunjukkan perbedaan yang signifikan. Semakin tinggi konsentrasi infusum daun sirih, semakin besar daya hambat yang ditunjukkan. Ini karena apabila semakin tinggi konsentrasi infusum, maka semakin tinggi konsentrasi eugenol yang dikeluarkan menjadikan aktivitas antifungal semakin meningkat.

Penelitian Adeltrudes B. Caburian dan Marina O. Osi mendapati minyak atsiri daun sirih diperoleh kadar hambat minimal 250 µg/mL terhadap Candida albicans dan zona hambat adalah 90 mm.7 Bila dibandingkan dengan penelitian ini, pada konsentrasi infusum daun sirih 40% diperoleh daya hambat terhadap Candida albicans hanyalah 10,42 mm, jauh lebih kecil dari 90 mm. Adeltrudes B. Caburian dan Marina O. Osi menggunakan minyak atsiri daun sirih yang mempunyai kandungan eugenol yang lebih tinggi sedangkan infusum daun sirih yang mempunyai kadar eugenol rendah.

Atiek Soemati dan Berna Elya telah melakukan penelitian untuk mengetahui efek antijamur infusum daun sirih terhadap Candida albicans dan mendapati diameter zona hambat infusum daun sirih 250 mg/ml (20%) adalah 10,43 mm, 500 mg/ml (33%) adalah 12,33 mm dan 1000 mg/ml (50%) adalah 16,80 mm.9 Hasil penelitian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan penelitian Atiek Soemati dan Berna Elya mungkin karena alat yang digunakan sewaktu pembuatan infusum daun sirih kurang tepat bacaannya sehingga menghasilkan konsentrasi infusum yang tidak tepat.


(53)

Henny (2008) telah melakukan penelitian mengenai efek antibakteri sediaan daun sirih, obat kumur minyak essensial dan povidone iodine 1% terhadap Streptoccus mutans. Henny telah menggunakan 2 kelompok, kelompok pertama daun sirih diblender kemudian dipanaskan sehingga suhu mencapai 70oC. Kelompok kedua pula daun sirih diblender dan kemudian dipanaskan sehingga volume air berkurang menjadi separuh dari volume asal. Hanya pada kelompok ke dua ditemukan efek antibakteri yaitu pada konsentrasi 25% dan 50% dengan diameter zona hambat 7,21 mm dan 8,44 mm pada masing-masing konsentrasi.11

Penelitian ini pula menunjukkan daun sirih dengan konsentrasi 20% sudah menunjukkan daya hambat terhadap pertumbuhan Candida albicans dengan diameter daya hambat 8,48 mm. Dibandingkan dengan penelitian Henny, daun sirih dengan konsentrasi 25% menunjukkan diameter daya hambat yang lebih kecil yaitu 7,21 mm. Ini mungkin karena eugenol mempunyai sifat antijamur yang lebih kuat terhadap Candida albicans bila dibandingkan dengan karvikol dengan sifat antibakterinya terhadap Streptoccus mutans.

Disamping itu cara pembuatan sediaan daun sirih juga berbeda antara penelitian ini dengan penelitian Henny. Penelitian ini menggunakan metode perebusan untuk mengasilkan infusum sesuai dengan Farmakope Indonesia edisi ke-IV. Sedangkan Henny mengunakan perebusan yang menghasilkan volume separuh dari volume awal. Bagaimanapun, kedua hasil penelitian pada konsentrasi daun sirih 5% menunjukkan hasil yang sama dimana tidak dijumpai daya hambat terhadap masing-masing mikroorganisme uji yaitu Candida albicans dan Streptococcus mutans.

Muhammad Naim (2009) telah melakukan penelitian mengenai efek daya hambat infusum daun sirih terhadap Staphylococcus aureus dan didapatkan bahwa infusum daun sirih


(54)

20% mempunyai zona hambat paling besar 19,70 mm diikuti infusum daun sirih 10% 16,6 mm dan infusum daun sirih 5% 13,30 mm.12

Cara pembuatan sedian daun sirih antara penelitian Naim dengan penelitian ini adalah sama yaitu dengan menggunakan metode perebusan untuk menghasilkan infusum. Pada konsentrasi daun sirih 20% Naim mendapatkan diameter daya hambat terhadap Staphylococcus aureus adalah 19,70 mm, jauh lebih besar bila dibandingkan dengan efek terhadap Candida albicans pada konsentrasi yang sama yaitu hanya 8,48 mm. Ini membuktikan pada konsentrasi yang sama daun sirih mempunyai efek antibakteri yang lebih besar terhadap Staphylococcus aureus bila dibandingkan dengan efek antijamur terhadap Candida albicans.

Salah satu faktor yang menyebabkan perbedaan daya hambat antara penelitian ini dengan penelitian Henny dan Naim adalah struktur dinding sel yang berbeda antara Candida albicans, Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus. Streptococcus mutans dan Staphylococcus aureus adalah bakteri gram positif dan mempunyai dinding yang lebih tipis bila dibandingkan dengan dinding sel Candida albicans sehingga bahan aktif dalam daun sirih lebih sukar menembus dan merusak dinding sel Candida albicans.28


(55)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Hasil penelitian daya hambat infusum daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans dapat disimpulkan :

1. Terdapat efek infusum daun sirih terhadap Candida albicans.

2. Daya hambat infusum daun sirih terhadap Candida albicans paling tinggi pada konsentrasi 40% dan paling rendah 20%.

3. Terdapat perbedaan yang bermakna (p<0,05) daya hambat antara konsentrasi infusum daun sirih 40%, 30% dan 20% terhadap Candida albicans .

7.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mencari MIC (Minimal Inhibatory Concentration) sediaan daun sirih terhadap Candida albicans dengan metode dillution.

2. Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian lebih lanjut untuk mengetahui efek antimikroba sedian infusum daun sirih terhadap mikroorganisme penyebab penyakit rongga mulut yang lain.

3. Perlu dilakukan penelitian tentang pemakaian infusum daun sirih sebagai obat kumur dalam hubungannya dengan jaringan mulut untuk mengetahui apakah ada efek samping yang dapat terjadi.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Patricia D, Douglas M, Anderson, Jefferson K & Michelle A. Dorland’s pocket medical dictionary, 27thed. Pennsylvania:Elsevier, 2004:143

2. Martin G & Micheal G.Burkets Oral Medicine Diagnosis & Treatment.10thed. New Delhi:Elsevier, 2003:96-97.

3. Monroy TB, Maldonado VM, Martinez FF, Barrios BA, Quindos G, et.al . Candida albicans, Staphylococcus aureus and Streptococcus mutans colonization in patients wearing dental prosthesis. Med Oral and Oral Patol Oral Cir Bucal. 2005;10: 27-39.

4. Lisna U. Persentase Candida albicans dan Staphylococcus aureus pada pasien denture stomatitis yang memakai protesa. 2009.

5. Tan HT dan Kirana R. Obat-obat penting.Edisi keenam.Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2007:103-5.

6. D. Kalemba & A. Kunicka. Antibacterial and antifungal properties of essential oil. Current Medicinal Chemistry. Current Medical Chemistry 2003;10: 813-829.

7. Adeltrudes B & Marina O. Characterization and Evaluation of Antimicrobial Activity of the Essential Oil from the Leaves of Piper betle L. E-International Scientific Research Journal.2010; 2: 2-13.

8. Rianti D & Yogyarti S. Antimicrobial effects of Coleus amboinicus, Lour folium infusum towards Candida albicans and Streptococcus mutans. Dent J 2006; 39(1): 12-5.

9. Atiek S dan Berna E. Uji Pendahuluan Efek Kombinasi Antijamur Infusum Daun Sirih (Piper betle L.), Kulit Buah Delima (Punica granatum L.), dan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica Val.) Terhadap Jamur Candida Albicans. Makara, Seri Sains. 2002


(57)

10. Rini DM dan Mulyono. Khasiat &manfaat daun sirih ( obat mujarab dari masa ke masa ). Jakarta: Agromedia Pustaka, 2003: 9.

11. Henny. Efek antibakteri sediaan daun sirih, obat kumur minyak essensial dan povidone iodine 1% terhadap Streptoccus mutans. Skripsi (unpublish), 2008.

12. Naim. Daya hambat infusum daun sirih terhadap pertumbuhan Candida albicans yang diisolasi dari denture stomatitis ; penelitian in vitro. Skripsi (unpublish), 2009.

13. Anonymous. Piper betle From Wikipedia, the free encyclopedia. 2007.

14. Diyah T. Daun Sirih mengobati mimisan sampai keputihan. 2003.

November

2009).

15. Parmar VS, Jain SC, Gupta S, Talwar S, Rajwanshi VK, et.al. Polyphenols and alcaloids from Piper species. Phytochemistry 1998; 49(4):1069-78.

16. Tsair BY & Shang TC.Synergistic effect of cinnameldehyde in combination with eugenol against wood decay fungi.Elsevier,2006

17. Nalina T & Rahim ZHA. The crude aqueous extract of Piper betle L. and its antibacterial effect towards Streptococcus mutans. Am J Biochem & Biotech, 2007; 3(1): 10-5. 18. Jenie BSL, Andarwulan N, Puspitasari-Nienaber NL & Nuraida L. Antimicrobial

activity of Piper betle Linn extract towards foodnorne pathogens and food spoilage microorganisms. IFT Annual Meeting 2001.

19. Hasem D. Daun Sirih sebagai antibakteri pasta gigi. 2003.<


(58)

20. Anonymous. Candida albicans From Wikipedia, the free encyclopedia. 2007.

21. Geo F, Janet S & Stephen A. Medical Microbiology. 23th edition. New York: Mc Graw Hill, 2004: 645-7.

22. Tjampakasari CR. Karakteristik Candida albicans. 2006.

(17 November 2009).

23. Gloria M, Rosalia D, Lucia M, Jesus P, Concha G, et.al.Candida albicans: genetics,dimorphism and pathogenicity. Internatl Microbiol.1998;1:95–106

24. Hadi S. Denture Stomatitis: Penyebab dan Pengelolaannya. Majalah kedokteran gigi, 2000; 4(33): 148-51.

25. Betty A, Daniel F & Alice S. Diagnostic Microbiology.12thed.Houstan:Mosby Elsevier,2007:698

26. Kemas A. Rancangan Percobaan Aplikatif. Jakarta: PT Raja Grafindo,2005:11

27. Soesilo S, Charles J, Andajaningsih & Panjaitan R. Farmakope Indonesia. Edisi-IV. Departemen Kesehatan Republik Indonesia,1995:9


(59)

Lampiran 1 : alur penelitian

12 orang pasien denture stomatitis

Hanya 5 pasien diditeksi mempunyai Candida albicans

Sampel Candida aibicans diambil dari mulut pasien menggunakan cotton bud steril

Sampel dikultur di dalam media SDA dengan menggores cotton bud

pada permukaan media

Media diletakkan di dalam inkubator pada suhu 37oC, selepas 48 jam terlihat koloni berbentuk bulat dengan

permukaan sedikit cembung, licin, berwarna krem, halus.


(60)

Daun sirih

Daun sirih 400 gr + 600 ml aquadest Daun sirih 300 gr +

700 ml aquadest Daun sirih 200 gr +

800 ml aquadest

Perebusan dengan pemanasan uap

Hasil disaring dan diletakkan di dalam botol

Cakram kosong direndam dalam infusum yang telah disediakan, dalam aquades dan etanol 96%

selama 60 menit

5 media distreak dengan Candida albicans yang telah dicairkan sesuai dengan standar Mac Farland

0,5 dengan goresan rapat-rapat menggunakan cotton bud steril Cakram yang telah direndam


(61)

Media diletakkan di dalam inkubator selama 48 jam

Diameter zona hambat diukur


(62)

Lampiran 2: alur fikir

Candida albicans adalah mikroorganisme opertunistik pada tubuh manusia kerana pada keadaan tertentu jamur ini mampu menyebabkan infeksi dan kerusakan jaringan.

Infeksi Candida albicans memberikan gambaran berupa lesi berwarna merah, bengkak dan menyakitkan pada permukaan mukosa rongga mulut

Lesi ini dikenal dengan denture stomatitis.

• Walaupun pengobatan dengan antifungal sangat berperan dan terus berkembang sehingga ke hari ini, tetapi infeksi jamur tetap merupakan hal yang sering terjadi dan mikroorganisme mampu menjadi resisten terhadap sesuatu obat.

World Health Organization (WHO) telah menyarankan negara-negara membangun untuk memanfaatkan penggunaan pengobatan tradisional dalam bidang kesehatan

• Salah satu tumbuhan tradisional tersebut adalah daun sirih.

• Sifat bakterisida dan fungisida daun sirih sangat bermanfaat jika digunakan untuk pengobatan terhadap infeksi mikroorganisme patogen pada tubuh manusia.

• Usaha pengembangan tanaman untuk pengobatan perlu dilakukan karena tanaman lebih mudah diperoleh dan murah dibandingkan obat-obat konvensional.

Rumusan Masalah

• Apakah sediaan infusum daun sirih yang dibuat dengan cara perebusan memiliki efek antijamur terhadap Candida albicans ?

• Apakah terdapat perbedaan zona hambat infusum daun sirih dalam beberapa konsentrasi terhadap Candida albicans ?


(63)

Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui aktifitas antijamur infusum daun sirih terhadap Candida albicans.

Manfaat Penelitian

• Untuk mendapatkan bahan obat kumur yang efektif dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut.

• Sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut tentang pembuatan obat kumur dari bahan daun sirih.


(64)

Lampiran 3 : tabel hasil penelitian

TABEL HASIL PENELITIAN

MEDIA

1 2 3 4 5

JUMLAH

(mm) 5

JUMLAH (mm) DS (%) 20 (Kelompok I)

8,49 8,48 8,45 8,48 8,51 42,41 8,48

30 (Kelompok II)

9,55 9,44 9,34 9,65 9,40 47,38 9,48

40 (Kelompok III)

10,41 10,34 10,52 10,36 10,45 52,08 10,42

Etanol 96% (Kelompok IV)

12,07 12,15 12,24 12,18 12,34 60,98 12,20

Aquades (Kelompok V)

0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

TABEL RATA-RATA

DAUN SIRIH (%) 20 (Kelompok I) 30 (Kelompok II) 40 (Kelompok III) Etanol 96% (Kelompok IV) Aquades (Kelompok V) RATA-RATA (mm)


(65)

Lampiran 4: hasil pra-penelitian 1

MEDIA

1 2 3 4 5

JUMLAH

(mm) 5

JUMLAH (mm) DS (%) 5 (Kelompok I)

- 6,90 10,4 - 7,83 25,13 5,03

10 (Kelompok II)

- 8,13 8,55 8,30 7,33 32,31 6,64

20 (Kelompok III)

7.39 13,04 11,81 8,40 9,14 49,78 9,96

Etanol 96% (Kelompok IV)

12.92 6,92 6,62 - 9,63 36,09 7,22

DSK (Kelompok V)

- - - -

TABEL RATA-RATA

DAUN SIRIH (%) 2 (Kelompok I) 10 (Kelompok II) 20 (Kelompok III) Etanol 96% (Kelompok IV) DSK (Kelompok V) RATA-RATA (mm)


(66)

Lampiran 5: hasil pra-penelitian 2

MEDIA

1 2 3 4 5

JUMLAH

(mm) 5

JUMLAH (mm) DS (%) 20 (Kelompok I)

6,63 7,71 8,16 8,49 7,50 38,49 7,67

30 (Kelompok II)

8,29 9,71 12,57 10,32 10,81 51,70 10,34

40 (Kelompok III)

9,62 12,42 10,96 11,18 11,22 55,40 11,08

Etanol 96% (Kelompok IV)

9,55 10,15 12,07 11,27 12,39 55,43 11,09

DSK (Kelompok V)

- - - -

TABEL RATA-RATA

DAUN SIRIH (%) 20 (Kelompok I) 30 (Kelompok II) 40 (Kelompok III) Etanol 96% (Kelompok IV) DSK (Kelompok V) RATA-RATA (mm)


(67)

(68)

(69)

(70)

Lampiran 8: Uji statistik

FILTER OFF. USE ALL. EXECUTE.

ONEWAY diameter BY kelompok

/STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY /PLOT MEANS

/MISSING ANALYSIS

/POSTHOC=LSD ALPHA(0.05).

Oneway


(71)

(72)

Means Plots

FILTER OFF. USE ALL. EXECUTE. NPAR TESTS

/K-W=diameter BY kelompok(1 5) /MISSING ANALYSIS.


(73)

NPar Tests

[DataSet0]

Kruskal-Wallis Test

Ranks

kelompok N Mean Rank

diameter 20 % 5 8.00

30 % 5 13.00

40 % 5 18.00

etanol 96% 5 23.00

aquades 5 3.00

Total 25

Test Statisticsa,b

diameter

Chi-Square 23.265

df 4

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test


(1)

(2)

(3)

Lampiran 8: Uji statistik

FILTER OFF. USE ALL. EXECUTE.

ONEWAY diameter BY kelompok

/STATISTICS DESCRIPTIVES HOMOGENEITY /PLOT MEANS

/MISSING ANALYSIS

/POSTHOC=LSD ALPHA(0.05).

Oneway


(4)

(5)

Means Plots

FILTER OFF. USE ALL. EXECUTE. NPAR TESTS

/K-W=diameter BY kelompok(1 5) /MISSING ANALYSIS.


(6)

NPar Tests

[DataSet0]

Kruskal-Wallis Test

Ranks

kelompok N Mean Rank

diameter 20 % 5 8.00

30 % 5 13.00

40 % 5 18.00

etanol 96% 5 23.00

aquades 5 3.00

Total 25

Test Statisticsa,b

diameter

Chi-Square 23.265

df 4

Asymp. Sig. .000

a. Kruskal Wallis Test