Kewenangan Pemerintah Daerah di Bidang Investasi

Bidang investasi atau penanaman modal, sebagaimana ditegaskan di dalam pasal 12 ayat 1 huruf n dan Pasal 14 ayat 1 huruf n yang kemudian dijabarkan lagi didalam Pasal 7 ayat 2 Peraturan Pemerintah PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten Kota, merupakan urusan wajib pemerintah daerah. Urusan wajib, sebagaimana ditegaskan di dalam Pasal 7 ayat 1 PP No. 38 Tahun 2007adalah urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintah daerah provinsi dan pemerintah daerah kabupaten atau kota, berkaitan dengan pelayanan dasar. Jadi, urusan penanaman modal adalah urusan yang wajib dijalankan oleh pemda. Lebih jauh, Pasal 12 ayat 1 PP dimaksud menegaskan bahwa urusan pemerintahan wajib yang menjadi kewenangan pemda harus ditetapkan dalam perda selambat-lambatnya 1satu tahun setelah ditetapkannya PP tersebut. Perda merupakan kebijakan publik yang menentukan arah kemajuan setiap daerah. Keunggulan daerah akan sangat ditentukan oleh kualitas kebijakan daerah yang dituangkan dalam perda. Demikian juga dalam hal meningkatkan daya tarik investasi di derah, sangat diperlukan adanya berbagai kebijakan daerah yang kondusif.Namun demikian, kebijakan-kebijakan daerah baik dalam bentuk perda maupun bentuk lainnya, tidak boleh menyimpang dari prinsip dasar hukum terkait hierarki peraturan perundang-undangan.Jadi perlu ada harmonisasi antara perda dengan peraturan perundang-undangan di bidang investasi di tingkat nasional.

2.5 Kebijakan PTSP Bidang Penanaman Modal Di Daerah

Kebijakan PTSP di daerah diterapkan secara beragam. Fungsi kelembagaan penanaman modal dapat dikelompokkan menjadi tigapola : 1. Sebagai lembaga promosi dan informasi penanaman modal, seperti di jalankan di kebanyakan kabupatenkota. 2. Sebagai pembagi tugas ke dinas-dinas terkait. Contohnya di Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, unit pelayanan terpadu setempat hanya berfungsi sebagai penyedia informasi dan mengantar pemohon kepada instansi terkait. Demikian juga di Kabupaten Bantul, lembaga pelayanan terpadu menangani sepenuhnya proses penerbitan izin. Pemohon hanya berurusan dengan unit pelayanan, tidak di perkenankan berhubungan dengan dinas terkait. 3. Sebagai lembaga yang mempunyai otoritas memberikan izin setelah berkoordinasi dengan sektor terkait. Pola ini diterapkan di Kota Parepare, Sulawesi Selatan, kantor pelayanan menerima berkas pemohon, mengoordinasikan dengan dinas terkait, setelah itu menerbitkan perizinan. Keberagaman ini dapat dimengerti karena kemampuan setiap daerah untuk menyediakan sarana, sumber daya manusia, dan teknologi berbeda satu sama lain. Tingkat keberhasilan pembentukan kelembagaan pelayanan terpadu juga tidak merata. Ada daerah-daerah yang organisasi pelayanan terpadunya sangat efektif, tetapi ada pula daerah yang tidak dapat terbentuk sama sekali. Bahkan ada daerah yang telah membentuk unit pelayanan terpadu, namun karena tidak dapat berjalan, maka unit itu ditutup dan akhirnya kembali pada sistem lama. Sampai bulan September 2007 terdapat 160 kabupaten kota yang telah melaksanakan pelayanan terpadu. Kompas, 6 September 2007 Pelaksanaan kebijakan PTSP di daerah masih berpedoman pada Keppres No. 29 tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Rangka PMAdan PMDN melalui Sistem