2.4 Efisiensi Serapan Nitrogen
Efisiensi N merupakan persentase akumulasi hara N yang terserap atau termanfaatkan oleh tanaman dari jumlah pupuk N yang diberikan ke dalam tanah
Roehan dan Partohardjono, 1994. Disamping itu, Hakim dkk. 1986, menyatakan bahwa efisiensi pemupukan nitrogen di daerah tropik basah
umumnya rendah.
Tanaman padi yang kekurangan nitrogen anakannya sedikit dan pertumbuhannya kerdil. Daun berwarna hijau kekuning-kuningan dan mulai mati dari ujung
kemudian menjalar ke tengah helai daun. Sedangkan jika nitrogen diberikan berlebih akan mengakibatkan kerugian yakni melunakkan jerami dan
menyebabkan tanaman mudah rebah, menurunkan kualitas hasil tanaman
,
dan dalam beberapa hal dapat melemahkan tanaman terhadap serangan hama dan
penyakit Soepardi, 1983.
Untuk itu pengukuran efisiensi N perlu dilakukan agar dapat diketahui jumlah N yang termanfaatkan oleh tanaman dari jumlah pupuk yang diberikan. Efisiensi
pemupukan N tergantung kepada tipe tanah, takaran N, musim, dan kombinasi dengan hara lain. Tipe tanah sangat erat kaitannya dengan efisiensi, sebab
ketersediaan N tergantung dari tekstur, N total tanah, kandungan liat, dan KTK tanah Roehan dan Partohardjono, 1994.
Dalam praktek pemupukan, nitrogen yang diserap oleh tanaman hanya berkisar antara 22 - 65. Secara umum efisiensi serapan nitrogen pada lahan kering hanya
bisa mencapai 45 dan sisanya sekitar 55 tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman Jipelos, 1989. Dari hasil penelitian Widyawati 2007, dengan
penambahan pupuk organik 2 tonha dan 50 kgha urea + 100 kgha SP-36 + 50 kgha ZA mampu meningkatkan serapan N tanaman padi sebesar 40,71.
Upaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk N dapat dilakukan dengan menanam varietas unggul yang tanggap terhadap pemberian N serta
memperbaiki cara budidaya tanaman, yang mencakup pengaturan kepadatan tanaman, pengairan yang tepat, serta pemberian pupuk N secara tepat baik
takaran, cara dan waktu pemberian maupun sumber N Wahid, 2003.
Efisiensi pemupukan sangat ditentukan oleh pola sebaran daun dan kemampuan tanaman dalam memanfaatkan hara dan air dari dalam tanah. Efisiensi tinggi
selain dapat meningkatkan hasil tanaman juga menghemat pemakaian pupuk serta mengurangi resiko pencemaran lingkungan Turmudi, 1999.
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian yang merupakan penelitian jangka panjang tahun ke-27 ini dilakukan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada 105°13’45,5” – 105°13’48,0”
BT dan 05°21’19,6” – 05°21’19,7” LS, dengan elevasi 122 m dari permukaan laut Utomo, 2012. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2014 sampai
dengan Maret 2015.
3.2 Bahan dan Alat
Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih padi gogo varietas Inpago 8, herbisida Roundup dan Lindomin, pupuk Urea, SP-36, dan
KCl, dan bahan-bahan lain yang mendukung penelitian. Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, koret, bor tanah, timbangan, tali
plastik, alat tulis, alat untuk kebutuhan analisa di laboratorium, dan alat-alat lain yang mendukung penelitian.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok RAK yang disusun secara faktorial dengan 4 ulangan. Faktor pertama adalah sistem
olah tanah jangka panjang yaitu T
1
= Olah Tanah Intensif OTI, T
2
= Olah Tanah Minimum OTM, T
3
= Tanpa Olah Tanah TOT, dan faktor kedua adalah pemupukan nitrogen jangka panjang yaitu N
o
= 0 kg N ha
-1
, N
1
= 50 kg N ha
-1
, dan N
2
= 100 kg N ha
-1
.
Analisis tanah dan tanaman dilakukan di Laboratorium Ilmu Tanah Jurusan Agroteknologi dan Laboratoium Pengelolaan Limbah Agroindustri Jurusan
Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung, Bandar Lampung. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Barlet dan
adifitasnya dengan uji Tukey serta diolah dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur BNJ pada taraf 5.
3.4 Pelaksanaan Penelitian 3.4.1 Pengolahan tanah
Pada petak tanpa olah tanah TOT tanah tidak diolah sama sekali, gulma yang tumbuh dikendalikan dengan menggunakan herbisida Roundup dengan dosis 3 - 5
liter ha¯
1
dan Lindomin dengan dosis 0,5 - 1 liter ha¯
1
pada dua minggu sebelum tanam dan gulmanya digunakan sebagai mulsa. Pada petak olah tanah minimum
OTM gulma yang tumbuh dibersihkan dari petak percobaan menggunakan koret, kemudian gulma digunakan sebagai mulsa. Pada petak olah tanah intensif OTI
tanah dicangkul setiap awal tanam dan gulma dibuang dari petak percobaan.