PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN DAN SISTEM OLAH TANAH JANGKA PANJANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO (Oryza sativa L.) TAHUN KE-27 DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

(1)

Agnesi Deria Hepriyani

ABSTRAK

PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN DAN SISTEM OLAH TANAH JANGKA PANJANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

PADI GOGO (Oryza sativa L.) TAHUN KE-27 DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Oleh

AGNESI DERIA HEPRIYANI

Padi gogo merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan. Pada tahun-tahun mendatang peranan padi gogo dalam penyediaan beras nasional menjadi semakin penting. Salah satu upaya dalam meningkatkan pertumbuhan dan produksi padi gogo adalah dengan pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah. Tujuan penelitian adalah (1) mengetahui pengaruh pemupukan nitrogen jangka panjang dengan berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo. (2) mengetahui pengaruh sistem olah tanah jangka

panjang terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo. (3) mengetahui pengaruh interaksi antara sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen jangka panjang dengan berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo. Penelitian

dilakukan di lahan Politeknik Negeri Lampung, pada bulan Oktober 2014 sampai dengan Maret 2015. Penelitian dilakukan menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 4 ulangan. Faktor pertama dalam penelitian adalah pemupukkan nitrogen (N), dimana N0= 0 kg N ha-1, N1=


(2)

Agnesi Deria Hepriyani 50 kg N ha-1, dan N2= 100 kg N ha-1. Faktor kedua yaitu perlakuan sistem olah tanah (T), dimana T1= Olah Tanah Intensif (OTI), T2= Olah Tanah Minimum (OTM), T3= Tanpa Olah Tanah (TOT). Data yang diperoleh diuji

homogenitasnya dengan Uji Bartlett dan aditifitasnya dengan Uji Tukey serta diolah dengan analisis ragam dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkcil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). a. Pemupukan nitrogen dengan dosis 100 kg N ha-1 meningkatkan pertumbuhan tanaman padi gogo lebih tinggi dibandingkan tanpa pemupukan nitrogen tetapi tidak berbeda dengan pemupukan 50 kg N ha-1. b. Pemupukan nitrogen dengan dosis 100 kg N ha-1 meningkatkan produksi padi gogo lebih tinggi dibandingkan pemupukan dosis 50 kg N ha-1, dan tanpa pemupukan nitrogen. 2). Sistem olah tanah tidak berpengaruh terhadap komponen pertumbuhan dan hasil tanaman padi gogo. Sistem olah tanah konservasi menghasilkan produksi gabah per hektar yang sama dengan sistem olah tanah intensif. 3). Interaksi antara pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah terjadi pada variabel pengamatan tinggi tanaman, sedangkan terhadap komponen hasil tidak terdapat pengaruh.

Kata Kunci : Padi Gogo, Pemupukan Nitrogen, Pertumbuhan dan Produksi, Sistem Olah Tanah.


(3)

PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN DAN SISTEM OLAH TANAH JANGKA PANJANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

PADI GOGO (Oryza sativa L.) TAHUN KE-27 DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Oleh

AGNESI DERIA HEPRIYANI

(Skripsi)

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Jurusan Agroteknologi

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN DAN SISTEM OLAH TANAH JANGKA PANJANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI

PADI GOGO (Oryza sativa L.) TAHUN KE-27 DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

AGNESI DERIA HEPRIYANI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Tata letak percobaan. ... 104


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... viii

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang dan Masalah ... 1

1.2Tujuan Penelitian ... 4

1.3Kerangka Pemikiran ... 5

1.4Hipotesis ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1Botani Tanaman Padi ... 9

2.2Syarat Tumbuh ... 11

2.3Teknik Budidaya Padi Gogo ... 13

2.4Varietas Padi Gogo ... 18

2.5Pengolahan Tanah ... 20

2.6Peran Pemupukan Nitrogen... 23

III. BAHAN DAN METODE ... 27

3.1Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

3.2Bahan dan Alat ... 27

3.3Metode Penelitian ... 27

3.4Pelaksanaan Penelitian ... 28


(7)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

4.1Hasil Penelitian ... 34

1. Komponen Pertumbuhan ... 34

1.1 Tinggi Tanaman ... 35

1.2 Jumlah Anakan Per Rumpun ... 39

1.3Jumlah Anakan Maksimum Per Rumpun ... 41

1.4 Bobot Kering Berangkasan ... 42

2 Komponen Hasil ... 43

2.1 Jumlah Anakan Produktif ... 44

2.2 Jumlah Gabah Total Per Rumpun ... 45

2.3 Jumlah Gabah Isi Per Rumpun ... 45

2.4 Jumlah Gabah Hampa Per Rumpun ... 46

2.5 Bobot 100 Butir ... 47

2.6 Bobot Gabah Per Rumpun ... 47

2.7 Produksi Gabah Per Petak Panen (1 m2) ... 48

2.8 Produksi Gabah Per Hektar ... 49

4.2 Pembahasan ... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

5.1 Kesimpulan ... 58

5.2 Saran ... 59

PUSTAKA ACUAN ... 60


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Rekapitulasi analisis ragam komponen pertumbuhan. ... 34 2. Pengaruh pemupukan nitrogen jangka Panjang terhadap tinggi

tanaman pada 4, 5, 6, 7, dan 8 MST. ... 35 3. Pengaruh sistem olah tanah terhadap tinggi tanaman pada 5, 6, 7,

dan 8 MST. ... 36 4. Interaksi pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman pada 6 MST. ... 38 5. Interaksi pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman pada 7 MST. ... 39 6. Pengaruh pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap jumlah

anakan per rumpun. ... 40 7. Pengaruh pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap jumlah

anakan maksimum per rumpun. ... 41 8. Pengaruh pemupukan nitrogen terhadap bobot kering

berangkasan. ... 42 9. Pengaruh sistem olah tanah jangka panjang terhadap bobot kering

berangkasan. ... 42 10. Rekapitulasi analisis ragam komponen hasil. ... 43 11. Pengaruh pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap jumlah anakan

produktif, jumlah gabah total per rumpun, dan jumlah gabah isi per

rumpun. ... 44 12. Pengaruh pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap jumlah

gabah hampa per rumpun, bobot 100 butir, dan bobot gabah per


(9)

13. Pengaruh pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap produksi gabah per petak panen dan produksi gabah per hektar. ... 48 14. Hasil pengamatan pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 4 MST. ... 66 15. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 4 MST. ... 66 16. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 4 MST. ... 67 17. Hasil pengamatan pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 5 MST. ... 67 18. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem

olah tanah jangka panjang terhadap tinggi tanaman 5 MST. ... 68 19. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 5 MST. ... 68 20. Hasil pengamatan pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 6 MST. ... 69 21. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 6 MST. ... 69 22. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 6 MST. ... 70 23. Hasil pengamatan pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 7 MST. ... 70 24. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 7 MST. ... 71 25. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 7 MST. ... 71 26. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap tinggi tanaman 8 MST. ... 72 27. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap tinggi tanaman 8 MST. ... 72 28. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah


(10)

29. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap jumlah anakan per rumpun 4 MST. ... 73 30. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen jangka panjang

Terhadap transformasi 1x jumlah anakan per rumpun

4 MST. ... 74 31. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah

tanah jangka panjang terhadap jumlah anakan per rumpun

4 MST. ... 74 32. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah

tanah jangka panjang terhadap jumlah anakan per rumpun

4 MST. ... 75 33. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap jumlah anakan. ... 75 34. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah

tanah jangka panjang terhadap jumlah anakan per rumpun

5 MST. ... 76 35. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah anakan per rumpun 5 MST. ... 76 36. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap jumlah anakan per rumpun 6 MST. ... 77 37. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah anakan per rumpun 6 MST. ... 77 38. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah anakan per rumpun 6 MST. ... 78 39. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap jumlah anakan per rumpun 7 MST. ... 78 40. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah anakan per rumpun 7 MST. ... 79 41. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah anakan per rumpun 7 MST. ... 79 42. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap jumlah anakan maksimum per rumpun. ... 80 43. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah


(11)

44. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah anakan maksimum per rumpun. .. 81 45. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap bobot brangkasan basah per rumpun. ... 81 46. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka

panjang terhadap transformasi 1x bobot brangkasan basah per

rumpun. ... 82 47. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap bobot brangkasan basah per rumpun. ... 82 48. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap bobot brangkasan basah per rumpun. ... 83 49. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap bobot brangkasan kering per rumpun. ... 83 50. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap bobot brangkasan kering per rumpun. ... 84 51. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap bobot brangkasan kering per rumpun. ... 84 52. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap jumlah anakan produktif. ... 85 53. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah anakan produktif. ... 85 54. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah anakan produktif. ... 86 55. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap panjang malai. ... 86 56. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap transformasi 1x panjang malai. ... 87 57. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap transformasi 2x panjang malai. ... 87 58. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap transformasi 3x panjang malai. ... 88 59. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah


(12)

60. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap panjang malai. ... 89 61. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap jumlah gabah per rumpun. ... 89 62. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap transformasi 1x jumlah gabah per rumpun. ... 90 63. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen jangka panjang

terhadap transformasi 2x jumlah gabah per rumpun. ... 91 64. Pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen jangka panjang

terhadap transformasi 3x jumlah gabah per rumpun. ... 91 65. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah gabah per rumpun. ... 92 66. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah gabah per rumpun. ... 92 67. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap jumlah gabah isi per rumpun. ... 93 68. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah gabah isi per rumpun. ... 93 69. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah gabah isi per rumpun. ... 94 70. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap jumlah gabah hampa per rumpun. ... 94 71. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah gabah hampa per rumpun. ... 95 72. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap jumlah gabah hampa per rumpun. ... 95 73. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap bobot 100 butir gabah isi. ... 96 74. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap bobot 100 butir gabah isi. ... 96 75. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah


(13)

76. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap bobot gabah per rumpun. ... 97 77. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap bobot gabah per rumpun. ... 98 78. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap bobot gabah per rumpun. ... 98 79. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap produksi gabah per petak panen 1 m2. ... 99 80. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap produksi gabah per petak panen 1 m2 . ... 99 81. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap produksi gabah per petak panen 1 m2. ... 100 82. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap produksi gabah per hektar. ... 100 83. Uji homogenitas pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap produksi gabah per hektar. ... 101 84. Analisis ragam pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang terhadap produksi gabah per hektar. ... 101 85. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap kadar N-total tanah pada kedalaman 0-20 cm sebelum

tanam. ... 102 86. Pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang

terhadap N-total tanah pada kedalaman 0-20 cm sebelum tanam. ... 102 87. Uji homogenitas pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka

panjang terhadap kadar N-total tanah pada kedalaman 0-20 cm

sebelum tanam. ... 103 88. Analisis ragam pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka

panjang terhadap kadar N-total tanah pada kedalaman 0-20 cm

sebelum tanam. ... 103 89. Deskripsi Padi Varietas Inpago 8. ... 105


(14)

“You will see the brightest stars in the darkest night” (Agnesi Deria Hepriyani)

“Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri, dan jika kamu berbuat jahat, maka kejahatan itu untuk dirimu sendiri”

(Q.S. Al-Isra:7)

Sesungguhnya keberhasilan saya adalah salah satu puncak yang berdiri di atas gunung kegagalan


(15)

Dengan rasa syukur kepada Allah SWT, Karya sederhana ini kupersembahkan kepada

Kedua orangtua tercinta Ayah Rudy Apriyanto dan Ibu Herawati Yang selalu memberikan perhatian yang tulus, cinta kasih

yang tiada berbatas, dan yang selalu mendoakan ku agar menjadi orang yang berguna

Adikku Okreza Randy Hepriyan yang selalu memberikan kasih sayang, dorongan semangat untuk keberhasilanku, serta canda dan tawa.

Kakek ku (Alm) Sutarto dan Nenek Siti Aminah Atas segala kasih sayang, semangat, dan doanya selama ini.

Fajri Taufik Akbar

Yang selalu mendampingi, membimbing, memberikan semangat, dan motivasi dalam suka dan duka.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 15 Agustus 1993 dari pasangan Bapak Rudy Apriyanto dan Ibu Herawati dan penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara.

Penulis memulai jenjang pendidikan dengan menyelesaikan Pendidikan Taman Kanak-Kanak di TK Bhayangkari Kota Metro pada tahun 1999, Sekolah Dasar di SD Pertiwi Teladan Kota Metro pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Xaverius Kota Metro pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 5 Kota Metro pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Strata 1 Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).

Penulis dipercaya sebagai asisten dosen pada praktikum Dasar-Dasar Ilmu Tanah (2013/2014). Penulis juga terpilih sebagai penerima beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) 2013 dan beasiswa PT Paragon Technology and Innovation 2014.

Penulis pernah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata di Dusun II, Desa Taman Asri, Purbolinggo, Lampung Timur pada bulan Januari-Maret 2014. Penulis juga melaksanakan Praktik Umum di PT Great Giant Pineapple (GGP) Lampung Tengah, Lampung pada bulan Juli-Agustus tahun 2014.


(17)

Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi Anggota Bidang Eksternal di Persatuan Mahasiswa Agroteknologi periode 2012-2013, dan Anggota Bidang IPTEK di Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Lembaga Studi Mahasiswa Pertanian Periode 2013-2014.


(18)

(19)

(20)

SANWACANA

Alhamdulillah. Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA serta shalawat dan salam kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemupukan Nitrogen Jangka Panjang

Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Pada Padi Gogo (Oryza sativa L.) Tahun

ke-27 di Lahan Politeknik Negeri Lampung”

Selama membuat skripsi ini penulis banyak menerima bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Kuswanta Futas Hidayat, M.P., selaku Dosen Pembimbing Pertama sekaligus menjabat sebagai Ketua Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc., selaku Dosen Pembimbing Kedua yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan saran selama pelaksanaan penelitian hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ir. Sunyoto, M.Agr., selaku Penguji atas ketersediannya dalam memberikan saran dan kritik dalam proses penyelesaian skripsi ini.


(21)

4. Ibu Ir. Ermawati, M.Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik atas bimbingan, motivasi, dan arahan selama penulis menjadi mahasiswa.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si., selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

6. Kedua orang tua Rudy Apriyanto dan Herawati serta adikku Okreza Randy Hepriyan atas curahan doa, kasih sayang, perhatian, waktu, pengorbanannya serta senantiasa memberikan dukungan baik moral maupun spiritual.

7. Fajri Taufik Akbar yang senantiasa mendampingiku, memberikan semangat, dan motivasi, selama melaksanakan penelitian dan menyusun skripsi.

8. Teman-teman seperjuangan penelitian Fajri Taufik Akbar, Reza Prasetya, Khoirul Yunus, Annisa Ika Pratiwi Harahap, Erdiana Damayanti, dan Lilis Ratnawati terimakasih untuk kerjasama serta bantuannya selama pelaksanaan penelitian hingga penyusunan skripsi.

9. Saudara pembimbing akademik Agatha Christia dan Adawiah. M.Rizki Zakaria, Andika Putra, Apri Ariyanto, Anggun Fiolita, Bertha Braja, Pipit, Mbak Andri, dan Ana terimakasih atas bantuannya dan terimakasih telah menjadi sahabat yang selalu ada.

10. Keluarga A-noname dan rekan-rekan di Jurusan Agroteknologi Angkatan 2011 atas kebersamaan yang telah terjalin selama ini.

Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan yang telah mereka berikan kepada penulis dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 10 Desember 2015


(22)

(23)

1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Padi (Oryza sativa L.) merupakan komoditas tanaman pangan yang penting di Indonesia. Penduduk Indonesia menjadikan beras sebagai bahan makanan pokok. Sembilan puluh lima persen penduduk Indonesia mengkonsumsi bahan makanan ini. Beras mampu mencukupi 63% total kecukupan energi dan 37% protein. Kandungan gizi dari beras tersebut menjadikan komoditas padi sangat penting untuk kebutuhan pangan sehingga menjadi perhatian di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan beras (Norsalis, 2011).

Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman terpenting di Indonesia, yang permintaannya mengalami peningkatan setiap tahunnya (Wibowo, 2000). Menurut Abdullah (2003), peningkatan produksi padi perlu terus dilakukan sesuai dengan pertumbuhan penduduk Indonesia. Kebutuhan beras untuk tahun 2025 diperkirakan mencapai 78 juta ton GKG. Sembilan puluh lima persen penduduk Indonesia mengonsumsi beras sebagai makanan pokok sehari-hari.

Tantangan pengadaan pangan nasional kedepan akan semakin berat karena banyak lahan irigasi subur yang terkonversi untuk kepentingan non pertanian dan jumlah penduduk yang terus meningkat setiap tahunnya. Dengan semakin berkurangnya


(24)

2

luas lahan sawah karena pengalihan fungsi, maka lahan kering untuk pengembangan pertanian harus segera dimanfaatkan (Toha, 2002).

Padi gogo merupakan salah satu tanaman pangan yang berpotensi untuk dikembangkan. Pada tahun-tahun mendatang peranan padi gogo dalam penyediaan beras nasional menjadi semakin penting. Hal ini disebabkan karena semakin berkurangnya areal persawahan dan adanya indikasi pelandaian peningkatan laju produksi padi sawah, sedangkan tingkat pertumbuhan penduduk cukup tinggi (Rahayu dkk., 2009).

Pengolahan tanah adalah perlakuan terhadap tanah untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah merupakan teknologi yang sudah sangat tua dalam budaya pertanian dan masih tetap dilakukan dalam sistem pertanian modern. Meskipun pekerjaan mengolah tanah secara teratur dianggap penting, tetapi pengolahan tanah intensif dapat menyebabkan kerusakan struktur tanah, mempercepat erosi dan menurunkan kadar bahan organik di dalam tanah. Perlu tidaknya tanah diolah dapat dipengaruhi oleh tingkat kepadatan dan aerasi, pada tingkat kepadatan yang tinggi akibat tidak pernah diolah mengakibatkan pertumbuhan akan terbatas, sehingga zona serapan akar menjadi sempit. Sedangkan pengolahan tanah yang dilakukan secara terus menerus dapat menurunkan laju infiltrasi tanah sebagai akibat

terjadinya pemadatan tanah (Alibasyah, 2000).

Pengolahan tanah yang tepat agar kualitas lahan dapat tetap terjaga dapat dilakukan melalui penerapan sistem olah tanah konservasi (OTK). Teknologi OTK adalah suatu sistem persiapan lahan yang bertujuan untuk menyiapkan lahan


(25)

3

agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimum, dengan tetap memperhatikan konservasi tanah dan air (Utomo, 1995). Untuk mempertahankan kualitas tanah diperlukan pengolahan tanah yang tidak merusak tanah. Salah satu usaha tersebut adalah pengolahan tanah secara konservasi meliputi olah tanah minimum (OTM) dan tanpa olah tanah (TOT). Sistem OTM dan TOT pada prinsipnya hanya mengubah cara penyiapan lahan, sedangkan kegiatan budidaya tetap dilakukan seperti biasa.

Selain dengan melakukan olah tanah konservasi, usaha untuk meningkatkan produksi tanaman pangan juga dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan merupakan suatu tindakan pemberian unsur hara ke tanah atau tanaman sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman (Pulung, 2005).

Beberapa unsur hara dibutuhkan dalam jumlah banyak yang sering disebut dengan unsur hara makro, unsur hara makro terbagi menjadi dua yaitu unsur hara makro primer (N, P, dan K) dan unsur hara makro sekunder (Ca, Mg, dan S). Unsur hara yang penting bagi tanaman adalah Nitrogen. Nitrogen (N) merupakan salah satu hara makro yang menjadi penentu tanaman baik di daerah yang beriklim tropis maupun di daerah yang beriklim sedang (Hakim dkk., 1986).

Pasokan nitrogen (N) dalam tanah merupakan faktor yang paling penting kaitannya dengan pemeliharaan atau peningkatan kesuburan tanah yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Pemupukan adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam budidaya pertanian, karena kebutuhan N bagi pertumbuhan tanaman tidak tersedia begitu saja dan N organik yang ada dalam tanah tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Pemupukan ini bertujuan untuk


(26)

4

menambah unsur hara yang dibutuhkan tanaman untuk dapat meningkatkan pertumbuhan, meningkatkan produksi, dan mutu hasil produksi serta mutu hasil tanaman (Sanchez, 1992).

Berdasarkan uraian diatas dalam penelitian ini dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah pemupukan nitrogen jangka panjang dengan berbagai dosis mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi gogo?

2. Apakah sistem olah tanah jangka panjang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi padi gogo?

3. Apakah terdapat pengaruh interaksi antara pemupukan nitrogen dengan berbagai dosis dan sistem olah tanah terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo?

1.2 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pengaruh pemupukan nitrogen jangka panjang dengan berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo.

2. Mengetahui pengaruh sistem olah tanah jangka panjang terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo.

3. Mengetahui pengaruh interaksi antara pemupukan nitrogen dengan berbagai dosis dan sistem olah tanah jangka panjang terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo.


(27)

5

1.3 Kerangka Pemikiran

Kebutuhan padi sebagai salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia semakin meningkat setiap tahunnya, seiring dengan pertambahan jumlah penduduk per tahunnya. Tetapi hal ini tidak didukung dengan ketersediaan lahan yang ada, saat ini sering terjadi alih fungsi lahan pertanian menjadi daerah industri, perumahan, tempat rekreasi dan sebagainya.

Oleh sebab itu, kedepan pemanfaatan lahan kering sebagai media tanam padi gogo akan sangat dibutuhkan. Akan tetapi pertanian lahan kering rentan terhadap kahat hara. Kahat unsur hara dapat tejadi karena pengolahan lahan secara intensif, sehingga permukaan tanah bersih dari gulma. Permukaan tanah yang bersih tidak mampu menahan laju air permukaan yang mengalir deras, sehingga tanah yang banyak mengandung humus dan unsur hara tergerus. Sehingga mengakibatkan tanah miskin unsur hara. Kekurangan unsur hara pada tanah, mengakibatkan pertumbuhan tanaman menjadi tidak baik. Tanaman yang tumbuh tidak baik pula dapat mempengaruhi hasil produksi menjadi menurun.

Menurut Utomo (1995), pada percobaan jangka panjang pada tanah Ultisol di Lampung menunjukkan bahwa sistem Olah Tanah Konservasi (OTK) yaitu olah tanah minimum dan tanpa olah tanah mampu memperbaiki kesuburan tanah lebih baik daripada sistem olah tanah intensif.

Menurut Hakim dkk. (1986), pengolahan tanah secara temporer dapat memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi pengolahan tanah yang dilakukan berulang kali dalam setiap tahun dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan


(28)

6

tanah, karena (a) pelapukan bahan organik dan aktifitas tanah (mikroorganisme tanah) menjadi rusak (b) pengolahan tanah sewaktu penyiangan banyak memutuskan akar-akar tanaman yang dangkal, (c) mempercepat penurunan kandungan bahan organik tanah, (d) meningkatkan kepadatan tanah pada kedalaman 15-25 cm akibat pengolahan tanah dengan alat-alat berat yang berlebihan yang dapat menghambat perkembangan akar tanaman serta menurunkan laju infiltrasi, dan (e) lebih memungkinkan terjadinya erosi.

Selain sistem olah tanah, pemupukan merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk menambah unsur hara dalam tanah yang bertujuan untuk memenuhi dan mempercepat penyediaan unsur hara bagi tanaman. Pemenuhan unsur hara dalam jumlah yang optimum bagi tanaman dapat mengoptimumkan pertumbuhan tanaman yang pada akhirnya meningkatkan produksi yang dihasilkan oleh tanaman. Menurut Sutejo (2002), nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar.

Menurut Buckman dan Brady (1992), nitrogen yang pada umumnya diberikan sebagai pupuk, dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi tanaman, sebagai contoh nitrogen dapat menstimulir pertumbuhan di atas tanah yaitu batang, dan memberikan warna hijau pada daun serta memperbesar butir-butir dan protein tanaman serealia. Menurut Sirappa (2003), nitrogen merupakan salah satu hara makro yang menjadi penentu dalam produksi tanaman baik di daerah tropis maupun di daerah-daerah beriklim sedang.


(29)

7

Menurut Partohardjono dan Makmur (1989) dosis maksimum nitrogen untuk padi gogo adalah 90 kg N ha-1. Penelitian Pirngadi dkk. (2002) pada padi gogo tumpangsari dengan HTI jati muda dan penelitian Pirngadi dkk. (2003) di Pabuaran padi gogo secara monokultur, menunjukkan dosis maksimum yang sama yaitu 90 kg N ha-1. Hasil penelitian Amir (1985) di Tamanbogo, Lampung menyebutkan bahwa pemakaian 90 kg N ha-1 merupakan dosis maksimum sehubungan dengan perkembangan penyakit blas yang lebih parah pada tingkat pemupukan di atas 90 kg N ha-1.

Interaksi antara sistem olah tanah dengan pemberian pupuk nitrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo. Pada olah tanah intensif unsur hara yang ada di dalam tanah akan mudah tercuci karena permukaan tanah yang tercuci akibat aliran permukaan air sehingga pertumbuhan dan produksi padi gogo rendah. Sementara sistem tanpa olah tanah merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produksi, karena gulma yang terdapat di atas permukaan tanah dapat meminimalisir laju aliran air permukaan, sehingga tidak terjadi kehilangan unsur hara. Selain itu, gulma di atas permukaan tanah dapat menjadi bahan organik bagi tanah karena serasahnya dapat digunakan sebagai mulsa organik dan dapat menyediakan unsur hara makro ataupun mikro.

Berdasarkan penelitian jangka panjang setelah 23 tahun kekerasan tanah tiga sistem olah tanah pada kedalaman tanah 0-30 cm menunjukkan bahwa tanpa olah tanah memiliki kekerasan permukaan lebih tinggi dibandingkan olah tanah intensif (OTI). Sedangkan pada kedalaman lebih dari 50 cm terjadi sebaliknya, tanpa olah tanah memiliki kekerasan permukaan lebih rendah dibandingkan


(30)

8

dengan olah tanah intensif (Utomo, 2012). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang sedang berlangsung bahwa bobot kering akar tanaman padi tertinggi terdapat pada olah tanah minimum 5,26 g/rumpun sedangkan tanpa olah tanah memiliki bobot terendah sebesar 3,16 g/rumpun (Ratnawati, 2015, dalam proses).

Menurut Utomo (2012), dari rerata selama 22 tahun berturut-turut (1987-2009) menunjukkan pola khas produksi jagung tiga sistem olah tanah dan pemupukan N. Rerata produksi jagung TOT pada dosis 200 kg N/ha mencapai 5,7 ton/ha, sedangkan OTI 5,3 ton/ha dan OTM 5,4 ton/ha. Sebaliknya pada tanpa N, produksi jagung TOT sama dengan OTI yaitu 3,6 ton/ha dan OTM 3,3 ton/ha.

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis yang diajukan pada penelitian ini yaitu:

1. Pemupukan nitrogen jangka panjang dengan dosis 100 kg N ha-1 berpengaruh lebih tinggi terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo dibandingkan dengan dosis 0 kg N ha-1 dan 50 kg N ha-1.

2. Sistem olah tanah konservasi (OTK) berpengaruh lebih tinggi terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo dibandingkan olah tanah intensif (OTI). 3. Terdapat pengaruh interaksi antara pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah

jangka panjang dengan berbagai dosis terhadap pertumbuhan dan produksi padi gogo.


(31)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Botani dan Morfologi Tanaman Padi

Botani tanaman padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan sebagai berikut:

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae Keluarga : Graminae (Poaceae) Genus : Oryza Linn

Spesies : Oryza sativa L

Menurut Suharno (2007), sistem perakaran tanaman padi adalah akar serabut yang terdiri atas 2 jenis akar yaitu, akar seminal dan akar adventif. Akar seminal yang tumbuh dari akar primer radikula sewaktu berkecambah dan bersifat sementara, dan akar yang kedua adalah akar adventif yaitu akar barcabang bebas dan tumbuh dari buku batang muda bagian bawah, akar adventif tersebut menggantikan akar seminal.

Menurut Aksi Agraris Kanisius (1990), tanaman padi mempunyai batang yang beruas-ruas. Rangkaian ruas-ruas batang padi mempunyai panjang yang


(32)

berbeda-10

beda. Pada ruas batang bawah pendek, semakin ke atas mempunyai ruas batang yang semakin panjang. Ruas pertama dari atas merupakan ruas yang terpanjang. Ruas batang padi berongga dan bulat. Di antara ruas batang padi terdapat buku, pada tiap–tiap buku duduk sehelai daun. Batang baru akan muncul pada ketiak daun, semula berupa kuncup. Kuncup tersebut mengalami pertumbuhan yang akhirnya menjadi batang baru.

Malai padi terdiri dari sekumpulan bunga padi yang timbul dari buku paling atas. Satu tangkai malai yang terdiri atas banyak spikelet (sekumpulan bunga padi), secara internal akan terjadi kompetensi dalam menarik fotosintat. Spikelet yang terletak pada ujung malai akan keluar terlebih dahulu dan tumbuh lebih vigour, sehingga cenderung mendominasi dalam menarik fotosintat. Sementara spikelet yang terletak pada pangkal malai akan keluar terakhir dan pertumbuhannya cenderung lemah, sehingga kalah berkompetensi dalam menarik fotosintat. Akibatnya pengisian biji tidak penuh dan spikelet tidak bernas (steril) yang pada akhirnya akan menghasilkan gabah hampa (Sumardi dkk., 2007). Bunga padi terdiri dari tangkai bunga, kelopak bunga lemma (gabah padi yang besar), palae (gabah padi yang kecil), putik, kepala putik, tangkai sari, kepala sari, dan bulu (awu) pada ujung lemma.

Bulir-bulir padi terletak pada cabang pertama dan cabang kedua, sedangkan sumbu utama malai adalah ruas buku yang terakhir pada batang. Panjang malai tergantung varietas padi yang ditanam dan cara bercocok tanam. Jumlah cabang pada setiap malai berkisar antara 15-20 buah, yang paling rendah 7 buah cabang, dan yang terbanyak mencapai 30 buah cabang (Rahayu, 2009).


(33)

11

Ciri khas daun tanaman padi yaitu adanya sisik dan telinga daun, hal ini yang menyebabkan daun tanaman padi dapat dibedakan dari jenis rumput yang lain. Adapun bagian daun padi yaitu: 1). Helaian daun terletak pada batang padi, bentuk memanjang seperti pita, 2). Pelepah daun menyelubungi batang yang berfungsi memberi dukungan pada ruas bagian jaringan, 3). Lidah daun terletak pada perbatasan antara helaian daun dan leher daun.

Perkecambahan adalah munculnya tunas (tanaman kecil dari biji). Embrio yang merupakan calon individu baru terdapat didalam benih. Jika suatu benih tanaman ditempatkan pada lingkungan yang menunjang dan memadai, benih tersebut akan berkecambah. Perkecambahan benih padi yaitu hipogeal. Perkecambahan hipogeal adalah ruas batang teratas (epikotil) sehingga daun lembaga (hipokotil) ikut tertarik ke atas tanah, tetapi kotiledon tetap dibawah tanah (Pratiwi, 1995).

Biji padi sebagian besar terdapat endosperm yang mengandung zat tepung dan sebagian ditempati oleh embrio (lembaga) yang terletak di bagian sentral yakni di bagian lemma. Endosperm umumnya terdiri dari zat tepung yang diliputi oleh selaput protein. Endosperm juga mengandung zat gula, lemak, serta zat-zat anorganik (Norsalis, 2011).

2.2Syarat Tumbuh Tanaman Padi Gogo

1. Iklim

Lingkungan yang mempengaruhi tanaman adalah lingkungan yang terdapat dekat di sekitar tanaman yang disebut lingkungan makro. Faktor ini dapat bervariasi


(34)

12

untuk setiap tempat tumbuh sehingga memberi pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan tanaman (Allard, 1960).

Menurut Aksi Agraris Kansius (1990), padi gogo memerlukan air sepanjang pertumbuhannya dan kebutuhan air tersebut hanya mengandalkan curah hujan. Tanaman padi memerlukan curah hujan yang baik, rata–rata 200 mm/bulan atau lebih, dengan distribusi selama 4 bulan. Sedangkan curah hujan yang dikehendaki per tahun sekitar 1.500–2.000 mm.

Menurut Luh (1991), temperatur sangat mempengaruhi pengisian biji padi. Tanaman padi dapat tumbuh dengan baik pada suhu 230C. Temperatur yang rendah dan kelembaban yang tinggi pada waktu pembungaan akan mengganggu proses pembuahan yang mengakibatkan gabah menjadi hampa. Hal ini terjadi akibat tidak membukanya bakal biji. Temperatur yang rendah pada waktu pengisian biji juga dapat menyebabkan rusaknya pollen dan menunda pembukaan tepung sari.

Angin mempunyai pengaruh positif dan negatif terhadap tanaman padi. Pengaruh positifnya terutama pada proses penyerbukan dan pembuahan. Tetapi angin juga berpengaruh negatif, karena penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau jamur dapat ditularkan oleh angin, dan apabila terjadi angin kencang pada saat tanaman berbunga, buah dapat menjadi hampa dan tanaman roboh. Hal ini akan lebih terasa lagi apabila penggunaan pupuk N berlebihan, sehingga tanaman tumbuh terlalu tinggi (Pustaka Departemen Pertanian, 2009).


(35)

13

2. Tanah

Menurut Rahayu (2009), padi gogo harus ditanam di lahan yang berhumus, struktur remah dan cukup mengandung air dan udara, tanah yang cocok bervariasi mulai dari yang berliat, berdebu halus, berlempung halus sampai tanah kasar dan air yang tersedia diperlukan cukup banyak. Sebaiknya tanah tidak berbatu, jika ada harus < 50%.

Padi dapat tumbuh baik pada tanah yang ketebalan lapisan atasnya antara18 - 22 cm dengan pH tanah berkisar antara 4–7. Pada lapisan tanah atas untuk pertanian pada umumnya mempunyai ketebalan antara 10-30 cm dengan warna tanah coklat sampai kehitam-hitaman dan tanah tersebut merupakan tanah yang gembur. Sedangkan kandungan air dan udara di dalam pori-pori tanah masing-masing 25% (Aksi Agraris Kanisius, 1990).

2.3Teknik Budidaya Padi Gogo

Teknik budidaya padi gogo yang baik untuk pertumbuhan padi gogo sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil yang sesuai harapan. Hal ini harus dimulai dari awal yaitu sejak pengolahan tanah hingga panen. Adapun teknik budidaya padi gogo menurut Perdana (2011) yaitu sebagai berikut:

1) Pengolahan Lahan

Pengolahan tanah untuk pertanaman padi gogo dimulai sebelum atau menjelang musim penghujan. Pengolahan tanah dilakukan sesuai kondisi lahan. Pada prinsipnya pengolahan tanah dilakukan untuk menciptakan kondisi yang


(36)

14

optimal bagi pertumbuhan tanaman, yaitu menciptakan keseimbangan antara padatan, aerasi, dan kelembaban tanah. Ada lahan yang perlu pengolahan tanah sedikit (minimum tillage) atau bahkan tidak perlu pengolahan tanah (zero tillage) seperti tanah podzolik merah kuning di Sumatera yang memiliki tingkat kemiringan lebih dari 10%. Karena jika dilakukan pengolahan tanah justru akan merugikan disamping menambah biaya juga menyebabkan tanah lebih peka terhadap erosi sehingga kesuburan tanahnya menurun. Demikian pula hasil padi yang diperoleh antara sistem olah tanah sempurna dengan olah tanah minimum tidak berbeda nyata, sehingga sistem olah tanah minimum lebih ekonomis. Cara pengolahan tanah adalah sebagai berikut: a). Lahan dibersihkan dari tanaman pengganggu dan rumput sambil memperbaiki pematang dan saluran drainase. b). Tanah dibajak dua kali pada kedalaman 25-30 cm. c). Pemupukan organik diberikan pada waktu pembajakan yang kedua sebanyak 20 ton/ha. d). Untuk menghaluskan tanah, tanah digaru lalu diratakan. e). Tanah dibiarkan hingga hujan turun.

2) Waktu Tanam

Penanaman yang baik dilakukan setelah terdapat 1-2 kali hujan, awal musim penghujan (Oktober-November). Bahkan ada petani yang telah menebar benih padi gogo sebelum hujan turun atau yang lebih dikenal dengan sistem Sawur tinggal. Sistem tanam ini dapat dianjurkan pada daerah-daerah yang memiliki curah hujan sedikit (bulan basah antara 3-4 bulan) per tahun dan sulit untuk mendapatkan tenaga kerja.


(37)

15

3) Penanaman

Penanaman padi gogo pada dasarnya dapat dilakukan dengan tiga macam cara yaitu:

a. Cara Tanam Sebar

Cara tanam ini dilakukan dengan menyebar rata diatas permukaan tanah atau lahan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Kebutuhan benih pada cara ini biasanya lebih banyak dibandingkan cara yang lain, yaitu berkisar 60-70 kg/ha. Cara tanam ini mempunyai keuntungan tenaga kerja yang dibutuhkan sedikit. Kelemahan dari cara ini antara lain: a). Memerlukan benih lebih banyak. b). Resiko benih dimakan hama lebih tinggi, karena dipermukaan. c). Tanaman lebih peka terhadap kekeringan atau kekurangan air. d). Resiko benih hanyut jika terjadi hujan lebat lebih tinggi. e). Lebih sulit dalam perawatan, termasuk pengendalian gulma. Untuk mengurangi resiko kelemahan tersebut maka perlu dilakukan antisipasi seperti pembuatan saluran drainase atau parit-parit sehingga terbentuk bedeng-bedeng untuk mencegah genangan air. Guna mengendalikan rumput sebaiknya diaplikasikan herbisida pra tumbuh sebelum sebar benih. Penggunaan seed treatment untuk menanggulangi hama.

b. Cara Tanam Alur

Lahan yang telah dipersiapkan dibuat alur-alur sedalam 3-4 cm, dengan jarak antar alur 20-25 cm. kemudian dalam alur tersebut disebarkan benih padi secara iciran, artinya benih padi dijatuhkan secara manual dengan tangan dan diatur sedemikian rupa sehingga benih jatuh dalam alur tersebut secara merata. Setelah itu benih dalam alur ditutup kembali dengan tanah.


(38)

16

Kebutuhan benih cara tanam alur ini berkisar antara 40-50 kg/ha, jadi lebih sedikit dibandingkan dengan sistem sebar.

c. Cara Tanam Tugal

Pada cara tanam ini lahan yang sudah siap dibuat lubang-lubang tanam dengan menggnakan tugal. Pada umumnya untuk pertanaman padi gogo menggunakan jarak tanam 20x20 cm. setelah lubang bekas tugal terbentuk kemudian 2-3 butir benih dimasukkan ke dalam setiap lubang tanam dan selanjutnya ditutup kembali dengan tanah. Sebaiknya sebelum ditanam benih direndam sekitar 6-12 jam, kemudian dikeringanginkan sekitar 6-12 jam. Pada cara tanam dengan tugal ini kebutuhan benihnya ±30 kg/ha, dan perawatan tanaman akan lebih mudah. Oleh karena itu cara ini yang paling bayak dipraktekan oleh petani meskipun memerlukan tenaga kerja tanam lebih banyak dibandingkan cara sebar atau alur.

4) Pemeliharaan a) Penyulaman

Penyulaman padi gogo dilakukan 1-3 minggu setelah tanam.

b) Penyiangan

Dilakukan secara mekanis dengan cangkul kecil, sabit, atau dengan tangan waktu tanaman berumur 3-4 minggu dan 8 minggu. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan 1-2 minggu sebelum muncul malai.


(39)

17

c) Pemupukan

Pupuk yang digunakan dalam budidaya padi gogo sebaiknya dikombinasikan antara pupuk organik dan pupuk anorganik. Pemberian pupuk organik dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah. Sedangkan pemberian pupuk anorganik yang dapat menyediakan hara dalam waktu cepat, pada dosis yang sesuai kebutuhan tanaman berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan hasil. Pupuk organik diaplikasikan pada saat penyiapan lahan. Pupuk ini dapat untuk meningkatkan kandungan C organik tanah dan meningkatkan kehidupan mikroorganisme tanah. Dosis pupuk pada pertanaman padi gogo harus disesuaikan dengan tingkat kesuburan tanahnya. Jenis pupuk TSP dan KCl diberikan saat tanam dan urea pada 3-4 minggu dan 8 minggu setelah tanam. Pupuk urea, TSP, maupun KCl sebaiknya diberikan dalam alur atau tugal kemudian ditutup kembali dengan tanah untuk mencegah kehilangan unsurnya.

5) Panen

Umur panen padi gogo bervariasi tergantung varietas dan lingkungan tumbuh. Panen sebaiknya dilakukan pada fase masak panen yang dcirikan dengan kenampakan > 90% gabah sudah menguning ( 33-36 hari setelah berbunga), bagian bawah malai masih terdapat sedikit gabah hijau dan kadar air gabah 21-26%. Panen yang dilakukan pada fase masak lewat panen, yaitu pada saat jerami mulai mengering, pangkal mulai patah, dapat mengakibatkan banyak gabah yang rontok saat panen.


(40)

18

Pemanenan menggunakan sabit tajam untuk memotong pangkal batang, simpan hasil panen di suatu wadah atau tempat yang dialasi. Panen dengan menggunakan mesin akan menghemat waktu, dengan alat Reaper binder panen dapat dilakukan selama 15 jam untuk setiap hektar, sedangkan dengan Reaper harvester panen hanya dilakukan 6 jam untuk satu hektar. Perontokan hasil panen menggunakan pedal thresher. Perontokan dengan pengebotan (memukul-mukul batang padi pada papan) sebaiknya dihindari karena kehilangan hasilnya cukup besar, bisa mencapai 3,4%. Kegiatan yang dilakukan pasca panen, yaitu: a). Perontokan dilakukan secepatnya setelah panen, gunakan cara diinjak-injak (± 16 jam untuk 1 hektar) dilakukan dua kali di dua tempat terpisah. Dengan menggunakan mesin perontok, waktu dapat dihemat. Perontokan dengan perontok pedal mekanis hanya memerlukan 7,8 jam untuk 1 hektar. b). Pembersihan gabah dengan cara diayak atau ditapi bisa juga dengan blower manual. Kadar kotoran tidak boleh lebih dari 3%. c). Gabah dijemur selama 3-4 hari selama 3 jam perhari sampai kadar airnya 13-4%. Secara tradisional padi dijemur di halaman. Jika menggunakan mesin pengering, kebersihan gabah lebih terjamin daripada dijemur di halaman.

2.4Varietas Padi Gogo

Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat


(41)

19

perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Di satu sisi, upaya peningkatan produksi padi dihadapkan kepada berbagai kendala dan masalah, antara lain penurunan produktivitas lahan, penyimpangan iklim, serta cekaman biotik dan abiotik. Di sisi lain, teknologi hasil penelitian belum banyak dimanfaatkan petani. Padahal, teknologi tersebut diharapkan dapat mengatasi sebagian masalah yang dihadapi dalam berproduksi. Di antara teknologi yang dihasilkan melalui penelitian, varietas unggul memberikan sumbangan yang nyata terhadap peningkatan produksi padi. Dalam penelitian telah menunjukkan bahwa penanaman varietas unggul menyumbang 5% terhadap peningkatan produksi padi.

Varietas unggul merupakan salah satu komponen teknologi yang memiliki peran nyata dalam meningkatkan produksi dan kualitas hasil komoditas pertanian. Selama ini sumbangan varietas unggul terhadap peningkatan produksi padi nasional cukup besar (Soewito dkk., 1995).

Menurut Yusuf (2009), beberapa varietas unggul padi gogo yang telah banyak dikenal dan ditanam petani adalah Situ Bagendit, Situ Patenggang, Towuti, Limboto, Singkarak dan sebagainya dengan umur panen kisaran 110–120 hari.

Hasil penelitian Alreza (2011) menunjukkan bahwa pertumbuhan tanaman padi gogo berlangsung cepat mulai 21 hari setelah tanam hingga 28 hari setelah tanam, namun setelah berumur 35 hari pertumbuhan mulai melambat sampai inisiasi


(42)

20

primodia bunga. Hal ini dikarenakan pada fase vegetatif pertumbuhan tanaman selain perpanjangan batang juga terpusat untuk memunculkan anakan.

Hasil penelitian Fitri (2009) menunjukan bahwa jumlah malai per tanaman berpengaruh nyata terhadap varietas. Rataan jumlah malai tertinggi yaitu pada varietas Towuti. Jumlai malai ditentukan oleh faktor genetik dan lingkungan dimana untuk masing–masing varietas mempunyai keunggulan tersendiri, seperti pada varietas Towuti memiliki keunggulan dan jumlah malai per tanaman. Jumlah malai per tanaman juga dipengaruhi oleh ketersediaan air yang cukup dan suhu yang rendah pada fase pembungaan. Sebaiknya temperatur rendah pada masa berbunga, karena berpengaruh baik bagi pertumbuhan dan hasil akan lebih tinggi.

2.5 Pengolahan Tanah

Pengolahan tanah diperlukan untuk menggemburkan tanah supaya mendapatkan perakaran yang baik, tetapi pekerjaan ini dapat menimbulkan permasalahan

jangka panjang sebagai sumber kerusakan tanah yang dapat menurunkan produktivitas tanah. Pengurangan pengolahan tanah hanya dapat dilakukan untuk menghindari tanah menjadi padat kembali setelah diolah dan dapat digunakan teknik pemberian bahan organik ke dalam tanah (Suwardjo dan Dariah, 1995).

Menurut Mulyadi dkk. (2001), pengolahan tanah dapat menciptakan kondisi yang mendukung perkecambahan benih dan mungkin diperlukan untuk memerangi gulma dan hama yang menyerang tanaman atau untuk membantu mengendalikan erosi. Pengolahan tanah memerlukan input energi yang tinggi, yang bisa berasal dari tenaga kerja manusia atau hewan. Pengolahan tanah bisa mengakibatkan efek negatif atas kehidupan tanah dan meningkatkan mineralisasi bahan organik.


(43)

21

Pengolahan tanah dimaksudkan untuk menjaga aerasi dan kelembaban tanah sesuai dengan kebutuhan tanah, sehingga pertumbuhan akar dan penyerapan unsur hara oleh akar tanaman dapat berlangsung dengan baik. Ada beberapa cara pengolahan tanah yang dapat dikelompokkan menjadi 3 yaitu tanpa olah tanah, olah tanah minimum dan olah tanah intensif (Tyasmoro dkk., 1995).

1. Olah Tanah Konservasi

Menurut Utomo (1995), sistem olah tanah konservasi (OTK) adalah sistem olah tanah yang berwawasan lingkungan. Pada percobaan jangka panjang pada tanah Ultisol di Lampung menunjukkan bahwa sistem OTK (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah) mampu memperbaiki kesuburan tanah lebih baik daripada sistem olah tanah intensif.

Pada sistem olah tanah konservasi prasyarat utama yang diperlukan adalah mulsa yang berasal dari sisa-sisa tanaman musim sebelumnya. Mulsa dibiarkan menutupi permukaan tanah untuk melindungi tanah dari benturan langsung butiran hujan dan untuk menciptakan iklim makro yang mendukung pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah secara mekanik tidak dilakukan secukupnya atau secara kimia. Sistem olah tanah memenuhi kriteria olah tanah konservasi di Indonesia antara lain adalah sistem tanpa olah tanah, olah tanah minimum, dan olah tanah bermulsa.

Menurut Engelstad (1997), pada sistem tanpa olah tanah yang terus menerus, residu organik dari tanaman sebelumnya mengumpul pada permukaan tanah, sehingga terdapat aktivitas mikroba perombak tanah pada permukaan tanah yang


(44)

22

lebih besar pada tanah-tanah tanpa olah jika dibandingkan dengan pengolahan tanah sempurna.

Pengolahan tanah minimum atau tanpa olah tanah selalu berhubungan dengan penanaman yang cukup menggunakan tugal atau alat lain yang sama sekali tidak menyebabkan lapisan olah menjadi rusak dan di permukaan tanah masih banyak dijumpai residu tanaman. Cara ini dapat berjalan dengan baik untuk tanaman serealia yang ditanam menurut larikan. Residu tanaman yang banyak dipermukaan tanah tidak sampai mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih (Sutanto, 2002).

Menurut Utomo (1989), sistem olah tanah konservasi (OTK) pada dasarnya merupakan teknologi olah tanah tradisional yang dipadukan dengan teknologi pertanian mutahir. Dalam budidaya olah tanah konservasi, tanah diolah seminimal mungkin agar sumber daya tanah dan air tetap lestari, sementara produktivitas lahannya ditingkatkan.

2. Olah Tanah Intensif

Sistem olah tanah intensif dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas lahan yang diusahakan. Hal ini sesuai dengan tujuan pengolahan tanah secara umum menurut Hakim dkk. (1986), yaitu pengolahan tanah merupakan manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

Menurut Hakim dkk. (1986), pengolahan tanah secara temporer dapat memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi pengolahan tanah yang dilakukan berulang


(45)

23

kali dalam setiap tahun dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan tanah, karena (a) pelapukan bahan organik dan aktifitas tanah (mikroorganisme tanah) menjadi rusak (b) pengolahan tanah sewaktu penyiangan banyak memutuskan akar-akar tanaman yang dangkal, (c) mempercepat penurunan kandungan bahan organik tanah, (d) meningkatkan kepadatan tanah pada kedalaman 15-25 cm akibat pengolahan tanah dengan alat-alat berat yang berlebihan yang dapat menghambat perkembangan akar tanaman serta menurunkan laju infiltrasi, dan (e) lebih memungkinkan terjadinya erosi.

2.5 Peran Pemupukan Nitrogen (N)

Nitrogen sangat berguna untuk merangsang pertumbuhan daun sedangkan fosfor dan kalium berfungsi untuk merangsang pembuahan. Dengan kata lain, nitrogen diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif sedangkan kalium dan fosfor sangat diperlukan untuk pertumbuhan generatif (Parnata, 2004).

Menurut Lingga dan Marsono (2001), pupuk N yang sering digunakan petani adalah urea. Urea termasuk pupuk yang higroskopis (mudah menarik uap air). Keunggulan urea adalah kandungan N yang tinggi yaitu 46%, larut dalam air, mudah diserap tanaman dan harganya relatif murah dibandingkan jenis pupuk N lainnya. Namun pupuk urea mempunyai kekurangan diantaranya mudah menguap dalam bentuk N2. Pada kelembapan 73%, pupuk ini sudah mampu menarik uap air dari udara. Jika diberikan kedalam tanah dan terhidrolisis, urea berubah menjadi NH4 yang mempunyai sifat labil sehingga mudah terlindungi oleh gerakan air


(46)

24

permukaan dan dalam horizon tanah sehingga menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Itu sebabnya banyak yang menganjurkan pemberian urea ini lewat daun, tetapi harus hati-hati. Urea dapat membuat tanaman hangus, terutama yang memiliki daun yang amat peka. Untuk itu, semprotkan urea dengan bentuk tetesan yang besar.

Nitrogen adalah komponen utama dari berbagai substansi penting didalam tanaman. Sekitar 40-50% kandungan protoplasma yang merupakan substansi hidup dari sel tumbuhan terdiri dari senyawa nitrogen. Senyawa nitrogen digunakan oleh tanaman untuk membentuk asam amino yang akan diubah menjadi protein. Nitrogen juga dibutuhkan untuk membentuk senyawa penting seperti klorofil, asam nukleat dan enzim. Karena itu, nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan daun. Memasuki tahap pertumbuhan generatif, kebutuhan nitrogen mulai berkurang. Tanpa suplai nitrogen yang cukup, pertumbuhan tanaman yang baik tidak akan terjadi Nitrogen dapat kembali ke tanah melalui pelapukan sisa makhluk hidup (bahan organik). Nitrogen yang berasal dari bahan organik ini dapat dimanfaatkan tanaman melalui tiga tahap reaksi yang melibatkan aktivitas mikroorganisme tanah. Tahap reaksi tersebut sebagai berikut:

1. Penguraian protein yang terdapat pada bahan organik menjadi asam amino. Tahap ini disebut aminisasi.

2. Perubahan asam amino menjadi senyawa-senyawa amonia (NH3) dan amonium (NH4+). Tahap ini disebut reaksi amonifikasi.


(47)

25

3. Perubahan senyawa-senyawa amonia menjadi nitrat yang disebabkan oleh bakteri Nitrosomonas dan Nitrosococcus. Tahap ini disebut nitrifikasi (Novizan, 2005).

Menurut Mugnisjah dan Setiawan (2004), pasokan hara nitrogen yang baik akan meningkatkan fertilitas anakan dan fertilitas cabang, ketersediaan nitrogen merupakan faktor dominan yang menentukan laju sebagai proses yang berkaitan dengan pembentukan benih. Nitrogen meningkatkan jumlah bulir per rumpun. Selain itu, unsur hara nitrogen pada tanaman padi membuat malai lebih panjang dan jumlah bulir gabah lebih banyak. Kebutuhan nitrogen yang cukup pada fase pertumbuhan vegetatif, sejak semai sampai inisiasi bunga akan merangsang pertumbuhan anakan dan kerapatan pertumbuhan yang akhirnya meningkatnya hasil benih.

Tujuan utama dari pemberian pupuk N adalah untuk meningkatkan hasil bahan kering. Biasanya, tanaman mengambil 30-70% dari N yang diberikan, bergantung pada jenis tanaman, tingkat dan jumlah N yang diberikan (Engelstad, 1997). Pada tanaman padi-padian, pemberian nitrogen dapat memperbesar ukuran butir dan meningkatkan persentase protein dalam biji (Buckman dan Brady, 1982). Menurut Syekhfani (1997), nitrogen berperan dalam penyusunan komponen penting organ tanaman, sebagai unsur yang terlibat dalam proses fotosintesis, merupakan unsur kehidupan sel tanaman, penyusun klorofil dan senyawa organik penting lainnya. Menurut Buckman dan Brady (1982), nitrogen dibutuhkan dalam jumlah relatif besar pada setiap tahap pertumbuhan tanaman, khususnya pada tahap pertumbuhan vegetatif, seperti pembentukan tunas atau perkembangan batang dan


(48)

26

daun. Tanaman yang kekurangan nitrogen maka pertumbuhannya lambat dan kerdil, memiliki perakaran yang terbatas, daun menjadi kuning atau hijau kekuningan dan akhirnya kering.

Nitrogen merupakan unsur hara yang sangat esensial bagi pertumbuhan tanaman (Syekhfani, 1997). Nitrogen merupakan elemen pembatas pada hampir semua jenis tanah, maka pemberian pupuk N yang tepat sangat penting untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Disamping itu, Hakim dkk. (1986), menyatakan bahwa efisiensi pemupukan nitrogen di daerah tropik basah umumnya rendah.


(49)

27

III. BAHAN DAN METODE

3.1Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di lahan Politeknik Negeri Lampung yang berada pada

105°13’45,5” – 105°13’48,0” BT dan 05°21’19,6” – 05°21’19,7” LS, dengan

elevasi 122 m dari permukaan laut (Utomo, 2012), dan Laboratorium Ilmu Tanaman Jurusan Agroteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lampung. Penelitian yang merupakan penelitian jangka panjang ini dilaksanakan mulai bulan Oktober 2014 sampai Maret 2015.

3.2Bahan dan Alat

Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah benih padi gogo Varietas Inpago 8, herbisida Round-Up dan Lindomin, pupuk Urea, SP-36 dan KCl.

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, koret, timbangan, tali plastik, alat penugal, meteran, alat tulis, dan kamera.

3.3Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Faktorial (3x3) dalam Rancangan Kelompok Teracak Sempurna (RKTS) dengan 4 kali ulangan. Sebagai faktor pertama adalah dosis pupuk nitrogen (N) dengan tiga taraf, yaitu 0 kg N ha-1 (N0),


(50)

28

50 kg N ha-1 (N1), dan 100 kg N ha-1 (N2). Sebagai faktor kedua adalah sistem olah tanah (T), yaitu tanah intensif (T1) olah tanah minimum (T2), dan tanpa olah tanah (T3). Petak percobaan yang digunakan pada penelitian ini berukuran 4m x 6m. Data dianalisis dengan analisis ragam dan untuk penentuan perbedaan nilai tengah antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada

taraf α = 5% untuk melihat perbedaan antar perlakuan.

3.4Pelaksanaan Penelitian

1. Pengolahan Tanah dan Pembuatan Petak Percobaan

Pengolahan tanah dilakukan hanya pada plot Olah Tanah Intensif (OTI) menggunakan alat koret dan cangkul sisa tanaman atau gulma dibuang dari petak percobaan. Untuk Olah Tanah Minimum (OTM) tanah diolah seperlunya saja gulma dibersihkan dengan menggunakan koret, kemudian sisa tanaman dan gulma digunakan sebagai mulsa. Sedangkan pada petak tanpa olah tanah (TOT) tanah tidak diolah sama sekali, gulma yang tumbuh dikendalikan dengan menggunakan herbisida Roundup dengan dosis 3 - 5 liter ha¯1 dan Lindomin dengan dosis 0,5 - 1 liter ha¯1 pada dua minggu sebelum tanam dan gulmanya digunakan sebagai mulsa. Pembuatan petak percobaan seluas 4m x 6m dan untuk jarak antar petak 0,5 m.

2. Penanaman

Tanaman padi ditanam dengan jarak tanam 20 x 25 cm. Benih yang digunakan merupakan Varietas Inpago 8 dengan 4 biji per lubang tanam.


(51)

29

3. Pemeliharaan

a. Penyulaman

Penyulaman dilakukan pada lubang tanam yang benih padinya tidak tumbuh. Penyulaman dilakukan pada 1 MST.

b. Penjarangan

Penjarangan dilakukan untuk menyerempakkan jumlah padi yang tumbuh menjadi 4 tanaman pada satu lubang tanam. Penjarangan dilakukan pada 4 MST.

c. Pemupukan

Pemupukan dilakukan pada saat padi gogo berumur satu minggu setelah tanam, pupuk yang diberikan yakni urea dengan dosis 0 kg N ha-1, 50 kg N ha-1, 100 kg N ha-1, SP-36 dengan dosis 150 kg ha-1, dan KCl dengan dosis 100 kg ha-1. Pupuk urea diberikan dua kali yaitu sepertiga dosis pada saat padi gogo berumur satu minggu dan duapertiga dosis pada saat pertumbuhan vegetatif maksimum.

d. Pengendalian Gulma serta Hama dan Penyakit

Pengendalian gulma pada saat 2 minggu sebelum tanam dengan menggunakan herbisida Round-up dan Lindomin. Sedangkan pada saat tanam pengendalian dilakukan terhadap gulma yang tumbuh pada petak percobaan dengan cara mekanis. Sedangkan untuk pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan sistem pengendalian terpadu.


(52)

30

4. Pengambilan dan Penentuan Sampel

Pengambilan dan penentuan sampel dilakukan secara acak, pada setiap petak percobaan terdapat 10 (sepuluh) buah sampel tanaman.

3.5 Variabel Pengamatan

Adapun variabel pengamatan yang diamati dibagi menjadi 2 (dua), yaitu: 1. Komponen Pertumbuhan

Komponen pertumbuhan meliputi : 1) Tinggi tanaman

Pengukuran tinggi tanaman dilakukan dari pangkal batang hingga ujung daun terpanjang. Pengukuran tinggi tanaman dimulai pada 4 MST sampai 8 MST. Pengukuran tinggi tanaman diukur dalam satuan cm.

2) Jumlah anakan per rumpun

Jumlah anakan per rumpun dihitung dari setiap rumpun tanaman sampel dengan menghitung jumlah anakan. Jumlah anakan per rumpun dimulai pada 4 MST sampai 7 MST.

3) Jumlah anakan maksimum per rumpun

Jumlah anakan maksimum per rumpun dihitung dari setiap rumpun tanaman sampel dengan menghitung jumlah seluruh anakan. Jumlah anakan dihitung pada saat tanaman berumur 8 MST.


(53)

31

4) Bobot berangkasan kering per rumpun

Bobot berangkasan kering tanaman padi segera dikeringkan setelah panen. Berangkasan dikeringkan dengan menggunakan oven memmert dengan suhu 70oC selama 3 x 24 jam. Setelah kering, berangkasan diukur dengan timbangan ohaus sensitivitas 0,1 gr. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

2. Komponen Hasil Komponen hasil meliputi: 1) Jumlah anakan produktif

Jumlah anakan produktif adalah jumlah anakan yang menghasilkan malai. Jumlah anakan produktif dihitung saat tanaman berumur 13 MST.

2) Panjang malai

Panjang malai diukur dari ruas pertama malai sampai ujung malai. Panjang malai dukur sebelum perontokan gabah calon benih. Panjang malai diukur sesaat sebelum panen.

3) Jumlah gabah total per rumpun

Jumlah gabah total per rumpun ditentukan dengan cara menghitung seluruh butir gabah per rumpun pada setiap sampel tanaman. Perhitungan jumlah gabah per rumpun dilakukan dengan menggunakan alat penghitung benih.


(54)

32

4) Jumlah gabah isi per rumpun

Jumlah gabah isi per rumpun ditentukan dengan cara menghitung seluruh butir isi pada setiap sampel tanaman. Perhitungan jumlah gabah per rumpun dilakukan dengan menggunakan alat penghitung benih.

5) Persentase gabah hampa per rumpun

Persentase gabah hampa per rumpun ditentukan dengan cara menghitung seluruh butir yang hampa pada rumpun pada setiap sampel tanaman. Persentase bulir hampa dihitung secara manual.

6) Bobot 100 butir gabah isi

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan alat penghitung benih seed counter sebanyak 100 butir dengan 1 kali ulangan, selanjutnya bobot 100 butir ditimbang dengan menggunnakan timbangan elektrik sensitivitas 0,1 gr dalam satuan gram.

7) Bobot gabah per rumpun

Bobot gabah per rumpun dientukan dengan menimbang bobot gabah per rumpun pada tanaman sampel. Pengukuran dilakukan dalam satuan gram.

8) Produksi GKG (Gabah Kering Giling) per petak panen (1 m2)

Produksi gabah per petak panen (1 m2) diperoleh dari bobot gabah masing-masing petak dengan ukuran 1m x 1m dalam petak perlakuan dalam satuan gram/petak.


(55)

33

9) Produksi GKG (Gabah Kering Giling) per hektar

Produksi gabah per hektar didapatan dari produksi gabah per petak dengan ukuran 4m x 6m yang dikonversi dalam hektar dengan satuan ton/ha.


(56)

58

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :

1. a. Pemupukan nitrogen dengan dosis 100 kg N ha-1 meningkatkan pertumbuhan tanaman padi gogo lebih tinggi dibandingkan tanpa pemupukan nitrogen tetapi tidak berbeda dengan pemupukan 50 kg N ha-1 .

b. Pemupukan nitrogen dengan dosis 100 kg N ha-1 meningkatkan produksi padi gogo lebih tinggi dibandingkan pemupukan dosis 50 kg N ha-1, dan tanpa pemupukan nitrogen.

2. Sistem olah tanah tidak berpengaruh terhadap komponen pertumbuhan dan hasil tanaman padi gogo. Sistem olah tanah konservasi menghasilkan produksi gabah per hektar yang sama dengan sistem olah tanah intensif.

3. Interaksi antara pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah terjadi pada variabel pengamatan tinggi tanaman, sedangkan terhadap komponen hasil tidak terdapat pengaruh.


(57)

59

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan:

1. Untuk dilakukan penelitian lanjutan namun perlu diperhatikan faktor

lingkungan khususnya serangan burung mengenai pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi gogo (Oryza sativa L.).


(58)

60

PUSTAKA ACUAN

Abdullah, B. 2003. Status Perkembangan Pemuliaan Padi Type Baru. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 11 hlm.

Aksi Agraris Kanisius. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley & Sons Inc., New York. 485p.

Alibasyah, M.R,. 2000. Efek sistem olah tanah dan mulsa jagung terhadap stabilitas agregat dan kandungan C. organik tanah ultisol pada musim tanam ke-3. J. Agrista. 3(4) : 228–237.

Alreza. 2011. Evaluasi Keragaman Karakter Vegetatif Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Universitas Sumatera Utara. Medan.

Amir. M. 1985. Pengendalian Penyakit Blas (Piricularia gricea) Pada Padi Gogo di Lahan Kering. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta Buckman, H.O dan N.C Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjamahan Soegiman.

Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Buckman, H.O. dan N.C. Brady, 1992. Ilmu Tanah. Jakarta. Bharata Karya Aksara.

Darwis, S.N. 1979. Agronomi Tanaman Padi. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian. Perwakilan Padang. Jilid I. 86 hlm.

Doberman, A., C. Witt, S.Abdurachman, H.C.Gines, R. Nagarajan, T.T.Son, P.S.Tan, G.H.Wang, N.V. Chien, V.T.K. Thoa, C.V.Phung. 2003. Soil Fertility And Indigenous Nutrient Supply in Irrigated Rice Domain Of Asia. Agron. J. 95:913-923.

Engelstad, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk (diterjemahkan oleh Didiek H.G). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 799 hal. Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Ladang (Oryza sativa L.).


(59)

61

Hakim, N., M.Y. Nyakpa,A.M. Lubis, S.G. Nugroho, R. Saul, A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 hlm.

Harahap, I.S. dan B.Tjahjono. 2003. Pengendalian Hama dan Penyakit Padi. Penebar Swadaya. Bogor.

Indria, Ariek T. 2005. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Berbagai Macam Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogea L.). Universitas Sebelas Maret. Skripsi. Surakarta. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta 218 hlm.

Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Luh, B. S., 1991. Rice Production, Volume I. Published by Van Nostrand Reinhold. New York.

Minardi, S. 2002. Kajian Komposisi Pupuk NPK Terhadap Hasil Beberapa Varietas Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.) di Tanah Alfisol. Sains Tanah. 2 (1):18-24 hlm.

Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. 603 hlm

Mulyadi, J.J. Sasa, T. Sopiawati dan S. Partohardjono. 2001. Pengaruh cara olah tanah dan pemupukan terhadap hasil gabah dan emisi gas metan dari pola tanam padi–padi di lahan sawah. Penelt. Pertanian Tanaman

Pangan.20(3) : 24–28.

Norsalis, E. 2011. Padi Gogo Dan Padi Sawah. Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17659/4/Chapter%20II.p df. Pada 3 September 2014.

Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Nurjen, M., Sudiarso dan A. Nugroho. 2000. Peranan Pupuk Kotoran Ayam dan

Pupuk N (Urea) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris L.) varietas sriti. J.Agrivita 24 (1). 1-8 hlm.

Nyanjang, R., A.A Salim., Y. Rahmiati. 2003. Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 25-7-7 Terhadap Peningkatan Produksi Mutu Pada Tanaman


(60)

62

Menghasilkan di Tanah Andisols. PT. Perkebunan Nusantara XII. Prosiding.

Parnata, A. S. 2004. Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Partohardjono, S. dan A. Makmur. 1989. Peningkatan Produksi Padi Gogo. Padi Buku II. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Deptan. 523-547 hlm. Perdana, A. Surya. 2011. Swadaya Penyuluhan dan Komunikasi UGM. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta. 4-10 hlm.

Permadi, K., H.M.Toha., B.Nuryanto. 2003. Pemupukan majemuk NPK Badak (20-10-10) Pada Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah Varietas Way Apo Buru. J.Agrivigor. 3(2):113-127.

Pirngadi, K., H.M. Toha., Karsidi Permadi., dan Agus Guswara. 2002. Cara Tanam dan Pemupukan Padi Gogo diantara Tanaman Jati Muda. Berita Puslitbangtan. Puslitbangtan. 1-3 hlm.

Pirngadi, K., Tita Rustiati., H.M. Toha., dan K.Permadi. 2003. Effect of NPK Fertillizer on Yield of Upland Ric Cultivar Limboto and Situ Patenggang. Proceeding International Seminar Investment Opportunity on

Agribussines in Perspective of Food Safety and Bio Terrorism Act. Indonesian Centre for Agricultural Socio-Economic Research and Development. 34-41 hlm.

Pirngadi, K., H.M. Toha., B. Nuryanto. 2007. Pengaruh Pemupukan N Pada Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo di Dataran Sedang. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. J.Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007. 325-338.

Poulton, J.E., Romeo, J.T. & Conn, E.E. 1989. Plant Nitrogen Metabolism. Recent Advances in Phytochemistry. Vol 23. New York. Plenum Press. Prabukesuma, M.A. 2014. Pengaruh Waktu Aplikasi dan Dosis Pupuk NPK

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo (Oryza sativa L.). Universitas Lampung. Skripsi. Lampung.

Pratiwi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta. 108 hlm.

Pulung, M.A. 2005. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 287 hlm (buku ajar).

Pustaka Departemen Pertanian, 2009. Dikutib dari: http://www.pustaka-deptan.go.id. 2009. pdf-Padi. 3 September 2014.

Rahayu, M., Prajitno, D dan Syukur, A. 2009. Pertumbuhan Vegetatif Padi Gogo dan Beberapa Varietas Nanas dalam Sistem Tumpangsari di Lahan


(61)

63

Kering Gunung Kidul, Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada (UGM). Yogyakarta.

Ramadhan, F. 2014. Parameter Genetik Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) Pada Kondisi Media Berbeda. Universitas Syiah Kuala. Skripsi. Banda Aceh.

Sanchez, P.A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Buku 2. Terjemahan Properties and Management in The Tropics. ITB. Bandung.

Setiawan,A. J.Moenandir, dan A.Nugroho. 2009. Pengaruh Pemupukan N,P,K Pada Petumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Kepras. Jurnal. 5-6 hlm.

Sirappa, M.P. 2003. Penentuan Batas Kritis dan Dosis Pemupukan N untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering Pada Tanah Typic Usthorthents. J.Ilmu Tanah dan Lingkungan. 2 (3):25-37.

Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soewito, T., S. Harahap dan Suwarno. 1995. Perbaikan varietas Padi Sawah Mendukung Pelestarian Swasembada Beras. Dalam Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Jakarta/Bogor. 23-25 Agustus 1995. Kinerja Tanaman Pangan Buku 2. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian, p : 398 – 411.

Suharno. 2007. Penyuluhan Pertanian Yogyakarta.

http://www.distan.pemda.diy.go.id/index2.php?option-content&task-view&id-178&pop-1&page-0 (diakses pada tanggal 3 September 2014). Sukristiyonubowo dan E.Tuherkih. 2009. Rice Production in Teraced Paddy Field

Systms. J.Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 7 hlm.

Sumardi, Kasli, M. Kasim, A. Syarif dan N. Akhir 2007. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh untuk Meningkatkan Sink Tanaman Padi Sawah. Jurnal Akta Agraria Edisi khusus No. 1 hlm 26-35, 2007.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 206 hal. Sutejo, M.M. dan A.G.Kartasapoetra. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta.

Rineka Cipta. 177 hlm.

Suwardjo, H dan A. Dariah. 1995. Teknik Olah Tanah Konservasi Untuk

Menunjang Pengembangan Pertanian Lahan Kering yang Berkelanjutan. Pros. Seminar Nasional V: 8–13. Bandar Lampung.


(62)

64

Syekhfani. 1997. Hara Air Tanah dan Tanaman. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brahwijaya. Malang.

Taiz, L. Dan E.Zeiger. 1991. Plant Physiology. Benyamin Cumming. Redwood. Toha, H.M. 2002. Pengembangan Padi Gogo di Lahan Kering Beriklim Basah.

Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 26p.

Tyasmoro, S.T., B. Suprayoga dan A. Nugroho. 1995. Cara pengelolaan lahan yang berwawasan lingkungan dan budidaya tanaman sebagai upaya konservasi tanah di DAS brantas hulu. Pros. Seminar Nasional V:9–14. Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi. Bandar Lampung.

Utomo, M. 1989. Olah Tanah Konservasi, Teknologi Untuk Pertanian Lahan Kering. Pidato Ilmiah Pada Dies Natalis Unila ke-24 tanggal 23 September 1989. Unila. Bandar Lampung.

Utomo, M. 1995. Kekerasan Tanah dan Serapan Hara Tanaman Jagung pada Olah Tanah Konservasi Jangka Panjang. J.Tanah Trop. 1:1-7.

Utomo, M. 2012. Tanpa Olah Tanah: Teknologi Pengelolaan Pertanian Lahan Kering. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 110 hlm.

Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. 83hlm.

Wibowo, R. 2000. Pertanian dan Pangan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Yusuf, A. 2009 .Teknologi Budidaya Padi Gogo. Balai Pengkajian Teknologi.


(1)

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian penulis menyarankan:

1. Untuk dilakukan penelitian lanjutan namun perlu diperhatikan faktor

lingkungan khususnya serangan burung mengenai pengaruh pemupukan nitrogen dan sistem olah tanah jangka panjang terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi gogo (Oryza sativa L.).


(2)

PUSTAKA ACUAN

Abdullah, B. 2003. Status Perkembangan Pemuliaan Padi Type Baru. Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 11 hlm.

Aksi Agraris Kanisius. 1990. Budidaya Tanaman Padi. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.

Allard, R.W. 1960. Principles of Plant Breeding. John Wiley & Sons Inc., New York. 485p.

Alibasyah, M.R,. 2000. Efek sistem olah tanah dan mulsa jagung terhadap stabilitas agregat dan kandungan C. organik tanah ultisol pada musim tanam ke-3. J. Agrista. 3(4) : 228–237.

Alreza. 2011. Evaluasi Keragaman Karakter Vegetatif Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Universitas Sumatera Utara. Medan.

Amir. M. 1985. Pengendalian Penyakit Blas (Piricularia gricea) Pada Padi Gogo di Lahan Kering. Direktorat Perlindungan Tanaman Pangan. Jakarta Buckman, H.O dan N.C Brady. 1982. Ilmu Tanah. Terjamahan Soegiman.

Bharata Karya Aksara. Jakarta.

Buckman, H.O. dan N.C. Brady, 1992. Ilmu Tanah. Jakarta. Bharata Karya Aksara.

Darwis, S.N. 1979. Agronomi Tanaman Padi. Lembaga Pusat Penelitian Pertanian. Perwakilan Padang. Jilid I. 86 hlm.

Doberman, A., C. Witt, S.Abdurachman, H.C.Gines, R. Nagarajan, T.T.Son, P.S.Tan, G.H.Wang, N.V. Chien, V.T.K. Thoa, C.V.Phung. 2003. Soil Fertility And Indigenous Nutrient Supply in Irrigated Rice Domain Of Asia. Agron. J. 95:913-923.

Engelstad, O.P. 1997. Teknologi dan Penggunaan Pupuk (diterjemahkan oleh Didiek H.G). Gadjah Mada University Press. Yogyakarta. 799 hal. Fitri, H. 2009. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Padi Ladang (Oryza sativa L.).


(3)

Hakim, N., M.Y. Nyakpa,A.M. Lubis, S.G. Nugroho, R. Saul, A. Diha, G.B. Hong, dan H.H. Bailey. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 488 hlm.

Harahap, I.S. dan B.Tjahjono. 2003. Pengendalian Hama dan Penyakit Padi. Penebar Swadaya. Bogor.

Indria, Ariek T. 2005. Pengaruh Sistem Olah Tanah dan Pemberian Berbagai Macam Bahan Organik Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Tanah (Arachis hypogea L.). Universitas Sebelas Maret. Skripsi. Surakarta. Lakitan, B. 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT. Raja

Grafindo Persada. Jakarta 218 hlm.

Lingga, P. dan Marsono. 2001. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

Luh, B. S., 1991. Rice Production, Volume I. Published by Van Nostrand Reinhold. New York.

Minardi, S. 2002. Kajian Komposisi Pupuk NPK Terhadap Hasil Beberapa Varietas Tanaman Buncis Tegak (Phaseolus vulgaris L.) di Tanah Alfisol. Sains Tanah. 2 (1):18-24 hlm.

Mugnisjah, W.Q. dan A. Setiawan. 2004. Produksi Benih. Bumi Aksara. Jakarta. 603 hlm

Mulyadi, J.J. Sasa, T. Sopiawati dan S. Partohardjono. 2001. Pengaruh cara olah tanah dan pemupukan terhadap hasil gabah dan emisi gas metan dari pola tanam padi–padi di lahan sawah. Penelt. Pertanian Tanaman

Pangan.20(3) : 24–28.

Norsalis, E. 2011. Padi Gogo Dan Padi Sawah. Diakses dari

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17659/4/Chapter%20II.p df. Pada 3 September 2014.

Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Agromedia Pustaka. Jakarta. Nurjen, M., Sudiarso dan A. Nugroho. 2000. Peranan Pupuk Kotoran Ayam dan

Pupuk N (Urea) Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Kacang Hijau (Phaseolus vulgaris L.) varietas sriti. J.Agrivita 24 (1). 1-8 hlm.

Nyanjang, R., A.A Salim., Y. Rahmiati. 2003. Penggunaan Pupuk Majemuk NPK 25-7-7 Terhadap Peningkatan Produksi Mutu Pada Tanaman


(4)

Menghasilkan di Tanah Andisols. PT. Perkebunan Nusantara XII. Prosiding.

Parnata, A. S. 2004. Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan Manfaatnya. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Partohardjono, S. dan A. Makmur. 1989. Peningkatan Produksi Padi Gogo. Padi Buku II. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian. Deptan. 523-547 hlm. Perdana, A. Surya. 2011. Swadaya Penyuluhan dan Komunikasi UGM. Gadjah

Mada University Press. Yogyakarta. 4-10 hlm.

Permadi, K., H.M.Toha., B.Nuryanto. 2003. Pemupukan majemuk NPK Badak (20-10-10) Pada Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah Varietas Way Apo Buru. J.Agrivigor. 3(2):113-127.

Pirngadi, K., H.M. Toha., Karsidi Permadi., dan Agus Guswara. 2002. Cara Tanam dan Pemupukan Padi Gogo diantara Tanaman Jati Muda. Berita Puslitbangtan. Puslitbangtan. 1-3 hlm.

Pirngadi, K., Tita Rustiati., H.M. Toha., dan K.Permadi. 2003. Effect of NPK Fertillizer on Yield of Upland Ric Cultivar Limboto and Situ Patenggang. Proceeding International Seminar Investment Opportunity on

Agribussines in Perspective of Food Safety and Bio Terrorism Act. Indonesian Centre for Agricultural Socio-Economic Research and Development. 34-41 hlm.

Pirngadi, K., H.M. Toha., B. Nuryanto. 2007. Pengaruh Pemupukan N Pada Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo di Dataran Sedang. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. J.Apresiasi Hasil Penelitian Padi 2007. 325-338.

Poulton, J.E., Romeo, J.T. & Conn, E.E. 1989. Plant Nitrogen Metabolism. Recent Advances in Phytochemistry. Vol 23. New York. Plenum Press. Prabukesuma, M.A. 2014. Pengaruh Waktu Aplikasi dan Dosis Pupuk NPK

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Gogo (Oryza sativa L.). Universitas Lampung. Skripsi. Lampung.

Pratiwi. 1995. Analisis Usaha Tani. UI Press. Jakarta. 108 hlm.

Pulung, M.A. 2005. Kesuburan Tanah. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 287 hlm (buku ajar).

Pustaka Departemen Pertanian, 2009. Dikutib dari: http://www.pustaka-deptan.go.id. 2009. pdf-Padi. 3 September 2014.

Rahayu, M., Prajitno, D dan Syukur, A. 2009. Pertumbuhan Vegetatif Padi Gogo dan Beberapa Varietas Nanas dalam Sistem Tumpangsari di Lahan


(5)

Kering Gunung Kidul, Yogyakarta. Universitas Gadjah Mada (UGM). Yogyakarta.

Ramadhan, F. 2014. Parameter Genetik Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) Pada Kondisi Media Berbeda. Universitas Syiah Kuala. Skripsi. Banda Aceh.

Sanchez, P.A. 1992. Sifat dan Pengelolaan Tanah Tropika. Buku 2. Terjemahan Properties and Management in The Tropics. ITB. Bandung.

Setiawan,A. J.Moenandir, dan A.Nugroho. 2009. Pengaruh Pemupukan N,P,K Pada Petumbuhan dan Hasil Padi (Oryza sativa L.) Kepras. Jurnal. 5-6 hlm.

Sirappa, M.P. 2003. Penentuan Batas Kritis dan Dosis Pemupukan N untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering Pada Tanah Typic Usthorthents. J.Ilmu Tanah dan Lingkungan. 2 (3):25-37.

Sitompul, S.M dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soewito, T., S. Harahap dan Suwarno. 1995. Perbaikan varietas Padi Sawah Mendukung Pelestarian Swasembada Beras. Dalam Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan III, Jakarta/Bogor. 23-25 Agustus 1995. Kinerja Tanaman Pangan Buku 2. Puslitbangtan. Badan Litbang Pertanian, p : 398 – 411.

Suharno. 2007. Penyuluhan Pertanian Yogyakarta.

http://www.distan.pemda.diy.go.id/index2.php?option-content&task-view&id-178&pop-1&page-0 (diakses pada tanggal 3 September 2014). Sukristiyonubowo dan E.Tuherkih. 2009. Rice Production in Teraced Paddy Field

Systms. J.Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. 7 hlm.

Sumardi, Kasli, M. Kasim, A. Syarif dan N. Akhir 2007. Aplikasi Zat Pengatur Tumbuh untuk Meningkatkan Sink Tanaman Padi Sawah. Jurnal Akta Agraria Edisi khusus No. 1 hlm 26-35, 2007.

Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian Organik. Kanisius. Yogyakarta. 206 hal. Sutejo, M.M. dan A.G.Kartasapoetra. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Jakarta.

Rineka Cipta. 177 hlm.

Suwardjo, H dan A. Dariah. 1995. Teknik Olah Tanah Konservasi Untuk

Menunjang Pengembangan Pertanian Lahan Kering yang Berkelanjutan. Pros. Seminar Nasional V: 8–13. Bandar Lampung.


(6)

Syekhfani. 1997. Hara Air Tanah dan Tanaman. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Brahwijaya. Malang.

Taiz, L. Dan E.Zeiger. 1991. Plant Physiology. Benyamin Cumming. Redwood. Toha, H.M. 2002. Pengembangan Padi Gogo di Lahan Kering Beriklim Basah.

Puslitbangtan, Badan Litbang Pertanian. 26p.

Tyasmoro, S.T., B. Suprayoga dan A. Nugroho. 1995. Cara pengelolaan lahan yang berwawasan lingkungan dan budidaya tanaman sebagai upaya konservasi tanah di DAS brantas hulu. Pros. Seminar Nasional V:9–14. Budidaya Pertanian Olah Tanah Konservasi. Bandar Lampung.

Utomo, M. 1989. Olah Tanah Konservasi, Teknologi Untuk Pertanian Lahan Kering. Pidato Ilmiah Pada Dies Natalis Unila ke-24 tanggal 23 September 1989. Unila. Bandar Lampung.

Utomo, M. 1995. Kekerasan Tanah dan Serapan Hara Tanaman Jagung pada Olah Tanah Konservasi Jangka Panjang. J.Tanah Trop. 1:1-7.

Utomo, M. 2012. Tanpa Olah Tanah: Teknologi Pengelolaan Pertanian Lahan Kering. Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 110 hlm.

Warisno. 1998. Jagung Hibrida. Kanisius. Yogyakarta. 83hlm.

Wibowo, R. 2000. Pertanian dan Pangan. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Yusuf, A. 2009 .Teknologi Budidaya Padi Gogo. Balai Pengkajian Teknologi.


Dokumen yang terkait

Evaluasi Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza sativa L.) Pada Beberapa Jarak Tanam yang Berbeda

5 53 93

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi (Oryza sativa L.) Akibat Pemberian Amandemen Bokashi Jerami Dan Pemupukan Spesifik Lokasi Pada Tanah Salin

1 34 155

Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Gogo (Oryza Sativa L.) Pada Jarak Tanam Dan Persiapan Tanah Yang Berbeda

0 43 187

Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Pada Pwersiapan Tanah Dan Jumlah Bibit Yang Berbeda

5 55 131

PENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN PEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP UNSUR HARA, SERAPAN N DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

0 10 40

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP EFISIENSI SERAPAN NITROGEN PADA TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) TAHUN KE-27 DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

1 26 54

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMUPUKAN NITROGEN TERHADAP KEANEKARAGAMAN DAN POPULASI MESOFAUNA PADA SERASAH TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) MUSIM TANAM KE-46

1 12 47

PENGARUH OLAH TANAH DANPEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP KEMANTAPAN AGREGAT PADA PERTANAMAN PADIGOGO (Oryza sativa L.) DI LAHAN POLINELA BANDAR LAMPUNG

0 4 51

Pengaruh Pengolahan Tanah dan Pemupukan Nitrogen terhadap Padi Gogo (Oryza sativa L.) Pada Bekas Lahan Alang-alang

0 6 90

PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN DAN SISTEM OLAH TANAH JANGKA PANJANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO (Oryza sativa L.) TAHUN KE-27 DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

0 0 7