PENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN PEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP UNSUR HARA, SERAPAN N DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN PEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP UNSUR HARA, SERAPAN

N DAN PRODUKSI KEDELAI (Glycine max L.) DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

Oleh Berthi Ria

Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang dibudidayakan di lahan kering. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kedelai di lahan kering adalah dengan pengolahan tanah konservasi dan pemberian pupuk nitrogen. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan Nitrogen jangka panjang terhadap unsur hara tanah N, P, K,Ca, Mg serapan hara N dan produksi tanaman kedelai. Percobaan penanaman dilakukan di lahan Politeknik Negeri Lampung dengan perlakuan pemupukan N jangka panjang dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2008. Pada tahun 2008 lahan diberakan selama 1 tahun. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di laboratorium Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dan disusun secara faktorial 4 ulangan. Faktor pertama dalam penelitian ini adalah perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu T1 = ola tanah intensif, T2 = olah tanah minimum, T3 = tanpa olah tanah, dan faktor kedua dalam penelitian ini adalah pemupukan nitrogen jangka panjang (N) yaitu N0 = 0 kg N ha-1, N1 = 25 kg N ha-1 dan N2 = 50 kg N ha-1. Sampel tanah diambil pada tiga titik setiap plot tanaman kedelai pada waktu sehari sebelum pengolahan tanah dan setelah panen. Berangkasan tanaman dan biji kedelai diambil pada saat panen. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Barlet dan aditifitasnya dengan Uji Tukey serta dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 5%.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Unsur hara N, Ca dan Mg pada perlakuaan olah tanah minimum (OTM) lebih tinggi dibandingkan tanpa olah tanah (TOT) dan olah tanah intensif (OTI). Sedangkan pada unsur hara P


(2)

Berthiria

perlakuaan sistem olah tanah tidak mempengaruhi kandungan P. (2) Unsur hara N pada pemupukan 50 kg N ha-1 lebih tinggi dibandingkan tanpa pemupukan (0 kg N ha-1) dan pemupukan 25 kg N ha-1. Sedangkan unsur hara P, Ca, dan Mg dengan tanpa pemupukan N 0 kg N/ha-1 lebih tinggi dibandingkan pemupukan N 25 kg N/ha-1 dan 50 kg N/ha-1. (3) Interaksi yang terjadi ada pada unsur hara K pada pemupukan N, kandungan kalium tanah tertinggi diperoleh pada perlakuan OTM tetapi tidak berbeda dengan TOT, sedangkan kalium terendah diperlakuan OTI. (4) Serapan hara N pada pemupukan 25 kg N ha-1 lebih tinggi dibandingkan tanpa pemupukan (0 kg N ha-1) dan pemupukan 50 kg N ha-1. (5) Produksi tanaman kedelai dengan pemupukan 25 kg N ha-1 dan pemupukan 50 kg N ha-1 lebih tinggi dibandingkan pemupukan 0 kg N ha-1.

Kata kunci : kedelai, pengolahan nitrogen, pengolahan tanah konservasi, produksi kedelai dan serapan N.


(3)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman Korelasi serapan hara N dengan produksi kedelai ………. 43 Tata letak penelitian ………... 77


(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Kerangka Pemikiran ... 3

D. Hipotesis ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Sistem Olah Tanah ... 7

A.1 Sistem Olah Tanah Konservasi ……… 7

A.2 Olah Tanah Intensif (OTI) ………... 9

B. Deskripsi Tanaman Kedelai ... 10

B.1 Taksonomi ……… 10

B.2 Morfologi ………. 11

B.3 Syarat Tumbuh Kedelai………. 12

C. Unsur-unsur hara tanah ... 13

D. Peranan Pupuk Nitrogen dalam Pertumbuhan Tanaman Kedelai…… 16

III. BAHAN DAN METODE A. Waktu dan Tempat Penelitian ... 21

B. Alat dan Bahan ... 21

C. Metode Penelitian ... 21

D. Pelaksanaan Penelitian ... 22

E. Pengamatan ... 24

IV. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A.Unsur Hara Tanah ... 26

1. Nitrogen Total ... 28

2. Fosfor Tersedia ... 30

3. Kalium ... 31


(5)

ii

5. Magnesium ……… 36

B. Serapan Hara Nitrogen ... 39

C. Produksi Kedelai ... 40

D. Hubungan Antara Serapan Hara N dengan Produksi Kedelai ……… 43

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 44

B. Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45


(6)

46

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press, Bogor. 316 hlm.

Adisarwanto, T. 2005. Budidaya Dengan Pemupukan Yang Efektif dan Pengoptimalan Peran Bintil Akar Kedelai. Penerbit. Penebar Swadaya. Jakarta. 412 hlm.

Afandie, R. 2002. Ilmu Tanah. Yogyakarta. Penerbit Kanisus.

Buckman H. O dan N. C. Brady, 1992. Ilmu Tanah. Bharata Karya Aksara, Jakarta.

Hakim, N., Y. Nyakpa, A. M. Lubis, S. G. Nugroho, R. Saul, A. Diha, G. ban Hong, dan H. H. Rajley. 1986. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Diterbitkan oleh Badan Penerbit Universitas Lampung. B. K. S. P. t. N/USAID WUAE Project. 288 hlm.

Hardy, R. W.F. and Havelka, U.D., 1975. Nitrogen Fixation reseach. A key to world food, Science. 411 hlm. 312 hlm.

Hidajat, O.O. 1992. Morfologi Tanaman Kedelai.Dalam Kedelai, cetakan kedua,Badan Litbang Pertanian. Puslitbang Tanaman Pangan: Bogor. 321 hlm

Hanafiah, K.A., A. Napoleon., dan Nuni Ghofar. 2007. Biologi Tanah. (Ekologi dan Makrobiologi Tanah). PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 360 hlm. Istianti. A dan Triastono. 1999. Biologi Sel. Malang. UNM.

Ismunadji, M., S. Partohatdjono, dan A. Syaifuddin Karama, 1991. Peranan Fosfor dan Penggunaannya dalam Bidang Pertanian. Balai Penelitian Tanaman Pangan. Bogor.

Jumin, H.B., 1992. Dasar-Dasar Agronomi. Rineka Cipta, Jakarta. 232 hlm. Kirana, A. 2010. Pengaruh Sistem Olah Tanah Konservasi dan Pemupukan

Nitrogen Jangka Panjang Terhadap Biomassa Karbon Mikroorganisme Tanah (C-Mik) dan Produksi Tanaman Jagung (Zea mays L.) di Tanah Ultisol. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 56 hlm.


(7)

47

Lal, R. 1989. Conservation Tillage for Sustainable Agriculture. Tropics Versus Temperature Enviroments. Advances in Agronomy 42:85-197.

Mahboubl, A, A, R. Lal. And N. R Faussey. 1993. Twenty Eight of Tillage Effect on Two Soils in Ohio. (Soil science). 57 : 506-512.

Mahmud, A., B. Guritno dan Sudiarso. 2002. Pengaruh Pupuk Organik Kascing Dan Tingkat Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glycine max L.). http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/ 3203155164.pdf. Diunduh tanggal 24 mei 2011.

Mengel. K. and E. A. Kirkby, 1987. Piriciples Of Plant Nutrition. Editors: International Potash Institute Berne. Switzerland. 593 hlm.

Niswati, A., M. Utomo, dan S.G Nogroho. 1994. Dampak Mikrobiologi Tanah Penerapan Teknik Tanpa Olah Tanah dengan Herbisida Amino Glifosfat secara terus-menerus pada lahan kering di Lampung. Laporan Penelitian DP3M. Unila.

Nyakpa, Y.M., A.A. Lubis, M.A. Pulung, A.G. Amrah, A. Munawar, Go Ban Hong dan N. Hakim. 1988. Kesuburan Tanah. Unila, Lampung.

Pulung, M. A. 2005. Buku Ajar Pupuk dan Pemupukan Penerbit Universitas lampung. Bandar Lampung. 45 hlm.

Phillips, R. E., and S. H. Phillips. 1984. No Tillage Agriculture. Van Nonstand Reinhold Co. New York. 306 pp.

Pitojo, S. 2003. Benih Kedelai. Yogyakarta: Kanisius. 94 hlm.

Panggabean, R. 2007. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kedelai. http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_tanaman pangan/ kedelai/ kedelai-bagian-b.pdf. Diunduh 22 mei 2011.

Rukmana, R. 1996. Kedelai Budi Daya dan Perkembangannya. Yogyakarta: Kanisius. 48 hlm.

Sastramihardja, D. dan Siregar, A.H. 1990. Dasar-Dasar Fisiologi Tumbuhan Bandung: ITB.

Soepardi, G., Ismunadji, dan S. Partohardjono. 1985. Menuju Pemupukan Berimbang Guna Meningkatkan Jumlah dan Mutu Hasil Pertaniaan. (Buletin Penyuluhan).


(8)

48

Sirappa, M.P. 2003. Penentuan Batas Kristis dan Dosis Pemupukan N untuk Tanaman Jagung di Lahan Kering Pada Tanah Typic Usthorthents. J. Ilmu Tanah dan Lingkungan 2(3): 25-37.

Sutejo, M.M. dan A.G. Kartasapoetra. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. Penerbit Rineka Cipta jakarta. 177 hlm.

Sumarno; Tateng, Sutarman; Soegito. 1990. Kedelai Varietas Wilis. Badan

Penelitian dan Pengembangna Pertanian. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan.

Sanchez, P.A. 1992. Sifat dan Pengolahan Tanah Tropika. Diterjemahkan oleh Johara T. Jayadinata. Penerbit ITB. Bandung. 397 hlm.

Utomo, M. 1989. Olah Tanah Konservasi, Teknologi Untuk Pertanian Lahan Kering. Pidato Ilmiah Pada Dies Natalis Unila ke 24 tanggal 23 September 1989. Unila. Bandar Lampung.

Utomo, M. 1994. Peran Olah Tanah Konservasi Dalam Pengelolaan Tanah Berwawasan Lingkungan di Lahan Kering. Rapat Teknis Perencanaan/Sinkronisasi Program dan Proyek Pembangunan Tanaman Pangan dan Hortikultura Tingkat Nasional. Bandar Lampung 24-28 Oktober 1994.

Utomo, M. 1995. Kekerasan Tanah dan Serapan Hara Tanaman Jagung pada Olah Tanah Konservasi Jangka Panjang. J. Tanah Trop. 1 : 1-7.


(9)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kedelai (Glycine max L.) merupakan komoditas strategis di Indonesia karena kedelai merupakan salah satu tanaman pangan penting di Indonesia setelah beras dan jagung. Menurut Irwan (2005), kedelai mengandung protein 30-50%, lemak 15-25% dan beberapa bahan gizi penting lain, misalnya vitamin dan lesitin. Tanaman kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang dibudidayakan di lahan kering. Lahan kering yang terdapat di Indonesia kebanyakan dari jenis tanah Podsolik Merah Kuning (PMK) dengan kondisi topografi bergelombang, mudah tererosi, miskin unsur hara, tingkat kemasamannya tinggi, dan bahan organik yang ada mudah sekali turun kadarnya jika lahan tersebut terus diusahakan. Salah satu usaha untuk meningkatkan produksi kedelai di lahan kering adalah dengan pengolahan tanah dan pemupukan yang baik.

Pengolahan tanah yang tepat agar kualitas lahan dapat tetap terjaga melalui penerapan sistem olah tanah konservasi (OTK). Teknologi OTK adalah suatu sistem persiapan lahan yang bertujuan untuk menyiapkan lahan agar tanaman dapat tumbuh dan berproduksi optimum, dengan tetap memperhatikan konservasi tanah dan air (Utomo, 1995). Untuk mempertahankan kualitas tanah diperlukan


(10)

pengolahan tanah yang tidak merusak tanah. Salah satu usaha tersebut adalah pengolahan tanah secara konservasi meliputi olah tanah minimum (OTM) dan tanpa olah tanah (TOT). Sistem OTM dan TOT pada prinsipnya hanya mengubah cara penyiapan lahan, sedangkan kegiatan budidaya tetap dilakukan seperti biasa.

Untuk meningkatkan produksi tanaman pangan selain dari sistem olah tanah, juga dapat dilakukan dengan pemupukan. Pemupukan merupakan suatu tindakan pemberian unsur kedalam tanah atau tanaman sesuai yang dibutuhkan untuk pertumbuhan normal tanaman (Pulung, 2005). Menurut Nyakpa dkk. (1988), nitrogen merupakan salah satu unsur hara yang dibutuhkan tanaman dalam jumlah besar. Nitrogen yang tersedia bagi tanaman dapat mempengaruhi pembentukan protein, klorofil, koenzim, dan asam nukleat pada tanaman. Selanjutnya Soepardi dkk. (1985) menyatakan bahwa nitrogen adalah salah satu unsur hara makro yang penting bagi tumbuhan yang diperlukan untuk pertumbuhan vegetatif tanaman.

Nitrogen (N) merupakan salah satu hara makro yang menjadi penentu utama produksi tanaman, baik di daerah tropis maupun di daerah-daerah beriklim sedang. Hakim dkk. (1986) menyatakan bahwa dari semua sumber unsur hara, N dibutuhkan paling banyak, tetapi ketersediaannya selalu rendah, karena mobilitasnya yang sangat tinggi. Nitrogen umumnya dibutuhkan tanaman dalam jumlah banyak, namun jumlahnya dalam tanah sedikit sehingga pemberian pupuk nitrogen merupakan suatu keharusan untuk dapat memperoleh hasil yang tinggi.

Oleh karena itu untuk mengetahui pengaruh olah tanah konservasi dan pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap unsur hara, serapan dan produksi


(11)

kedelai (Glycine max L.) di lahan Politeknik Negeri Lampung maka penelitian ini diperlakukan.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sistem olah tanah dan pemupukan nitrogen jangka panjang terhadap unsur hara tanah N, P, K,Ca, Mg serapan hara dan produksi tanaman kedelai.

C. Kerangka Pemikiran

Salah satu kegiatan budidaya penting dalam intensifikasi pertanian untuk meningkatkan produksi pangan termasuk tanaman kedelai adalah pengolahan tanah. Pengolahan tanah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan produksi tanaman karena dapat menciptakan struktur tanah yang remah, aerasi tanah yang baik dan menghambat pertumbuhan tanaman pengganggu. Selanjutnya Mahmud dkk. (2002), mengatakan bahwa pengolahan tanah pada tanaman kedelai pada prinsipnya bertujuan untuk memperbaiki aerasi dan drainase tanah, mengendalikan gulma, menggemburkan tanah sehingga kecambah mudah tumbuh, dan perakaran dapat berkembang sempurna.

Menurut Panggabean (2007), untuk mencegah pengaruh buruk dari pengolahan tanah intensif, maka dikembangkan konsep sistem pengolahan tanah konservasi yaitu pengolahan tanah minimum. Selanjutnya menurut Adisarwanto (2000), dalam bercocok tanam kedelai persiapan lahan pertanaman dapat dilakukan dengan pengolahan tanah sebelum tanam (masimum tillage) dan tanpa olah tanah


(12)

(zero tillage) atau olah tanah minimum (minimum tillage). Perbedaan cara pengolahan tanah akan mempengaruhi kesuburan tanah sehingga akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai. Tujuan pengolahan tanah yaitu menyiapkan tempat persemaiaan, mengontrol gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, infiltrasi dan peredaran udara atau menyiapkan tanah untuk irigasi (Hakim dkk., 1986). Lebih lanjut Arsyad (2000) menyatakan bahwa pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah untuk menciptakan daerah per semaian yang baik, dan membenamkan sisa tanaman pengganggu.

Nitrogen adalah hara esensial bagi tanaman yang sering kurang tersedia pada lahan pertanian dan merupakan salah satu faktor utama penyebab rendahnya tingkat produksi kedelai (Sumarno dkk., 1989). Kebutuhan nitrogen tanaman dapat dipenuhi oleh fiksasi nitrogen biologis apabila nodul (bintil akar) yang efekif mengikat nitrogen terbentuk dalam jumlah yang cukup (Hardy dan Havelka, 1975). Menurut Sutejo (2002), nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar

Nitrogen yang pada umumnya diberikan sebagai pupuk, dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi tanaman, sebagai contoh nitrogen dapat menstimulir pertumbuhan di atas tanah yaitu batang, dan memberikan warna hijau pada daun serta memperbesar butir-butir dan protein pada serealia (Buckman dan Brady, 1992). Menurut Sirappa (2003) nitrogen merupakan salah satu hara makro yang


(13)

menjadi pembatas utama dalam produksi tanaman baik di daerah tropis maupun di daerah-daerah beriklim sedang.

Halliday dan Trenkel (1992) dalam Sirappa (2003) menyatakan pemberian nitrogen yang dibutuhkan tanaman kedelai dalam jumlah sedang 25 kg N ha-1 karena pemupukan nitrogen hanya digunakan pada masa vegetatif untuk pembentukan bintil akar. Sedangkan penggunaan pupuk nitrogen terlalu banyak, akan menekan jumlah dan ukuran bintil akar sehingga akan mengurangi efektivitas pengikatan N2 dari atmosfer. Hasil penelitiaan Niswati dkk. (1994) menunjukan bahwa pada perlakuan pemupukan N jangka panjang, sistem OTK mempunyai kandungan bahan organik, KTK, N, P, Mg, Ca, K dan pH tanah lebih tinggi dibandingkan OTI. Hal ini menunjukkan bahwa sistem OTK jangka panjang mempunyai tinggalan hara terutama N dan P lebih tinggi dari pada OTI. Dermiyati, Sarno dan Utomo (1999) melaporkan bahwa tinggi tanaman pada tanpa olah tanah sangat nyata lebih tinggi daripada olah tanah intensif (OTI) dan pemupukan 200 kg N ha-1 juga sangat nyata meningkatkan tinggi tanaman dibandingkan dengan tanpa N.

D. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Unsur hara N, P, K, Ca, Mg dan produksi tanaman kedelai pada perlakuan olah tanah mínimum (OTM) lebih tinggi daripada olah tanah intensif (OTI) dan tanpa olah tanah (TOT).

2. Unsur hara N, P, K, Ca, Mg dan produksi tanaman kedelai pada dosis 25 kg N ha-1 lebih tinggi daripada dosis N lainnya.


(14)

3. Unsur hara N, P, K, Ca, Mg dan produksi tanaman kedelai pada perlakuan olah tanah minimum (OTM) dengan 25 kg N ha-1 lebih tinggi daripada olah tanah intensif dengan perlakuan pupuk dosis 0 kg N ha-1 dan 50 kg N ha-1.

4. Interaksi olah tanah konservasi (OTK) dengan N dosis pemupukan 25 kg N ha-1 dapat meningkatkan unsur hara tanah (N, P, K, Ca, dan Mg),

serapan hara, dan produksi kedelai lebih tinggi dibandingkan olah tanah intensif.


(15)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sistem Olah Tanah

A.1 Sitem Olah Tanah Konservasi

Pengolahan tanah adalah setiap manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah semacam ini dikenal dengan olah tanah konservasi. Pengolahan tanah yang ditujukan untuk menyiapkan tempat persemaian (seed bed), memberantas gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, infiltrasi air dan peredaran udara (aerasi), dan menyiapkan tanah untuk irigasi permukaan. Pengolahan tanah juga ditujukkan secara khusus seperti pengendalian hama, menghilangkan sisa-sisa tanaman yang mengganggu permukaan tanah, pengendalian erosi, dan penyampuran pupuk, kapur, dan pestisida ke dalam tanah (Hakim dkk., 1986).

Dalam interaksi pertaniaan, komponen penting dalam kegiatan budidaya adalah olah tanah intensif. Makin meningkatnya perhatian masyarakat dunia terhadap konsevasi energi dan sumber daya alam pada tahun 1970-an telah membawa pemikiran baru tentang konsep pengolahan tanah. (Mahboubl dkk., 1993). Pengolahan tanah berlebihan (intensif) untuk jangka panjang telah terbukti memacu degradasi sumberdaya tanah dan menurunkan produktivitas tanah. Untuk menjawab permasalahan tersebut, telah dikembangkan konsep olah tanah


(16)

konservasi yang bukan hanya mampu meningkatkan prouktivitas tanah tetapi juga mampu melestarikan sumber daya tanah (Lal, 1989., Utomo., 1989; Phillips dan phillips, 1984).

Tujuan pengolahan tanah adalah untuk menyiapkan tempat persemaian, mengontrol gulma, memperbaiki kondisi tanah untuk penetrasi akar, infiltrasi dan peredaran udara, atau menyiapkan tanah irigasi permukaan (Hakim dkk., 1986).

Pengolahan tanah konvensional secara temporer dapat memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah, tetapi pengolahan tanah konvensional yang dilakukan secara berulang kali dalam jangka waktu yang panjang dapat menimbulkan masalah kerusakan tanah. Hal ini disebabkan (1) struktur tanah yang terbentuk secara alami oleh penetrasi akar, pelapukan bahan organik dan aktivitas fauna tanah menjadi rusak akibat pengolahan tanah yang terlalu sering, (2) turunnya kandungan bahan organik tanah akibat aerasi terlalu sehingga perombakan bahan organik dipercepat, (3) putusnya akar-akar tanaman yang dangkal apa bila pengolahan tanah dilakukan disaat penyiangan, dan (4) meningkatnya kepadatan tanah kedalaman 15-25 cm akibat pengolahan tanah dengan alat berat yang berlebihan (Hakim dkk., 1986).

Menurut Utomo (1995) sistem olah tanah konservasi (OTK) adalah sistem olah tanah yang berwawasan lingkungan. Pada percobaan jangka panjang pada tanah Ultisol di Lampung menunjukkan bahwa sistem OTK (olah tanah minimum dan tanpa olah tanah) mampu memperbaiki kesuburan tanah lebih baik daripada sistem olah tanah intensif.


(17)

Pada sistem olah tanah konservasi prasyarat utama yang diperlukan adalah mulsa yang berasal dari sisa-sisa tanaman musim sebelumnya. Mulsa dibiarkan menutupi permukaan tanah untuk melindungi tanah dari benturan langsung butiran hujan dan untuk menciptakan iklim makro yang mendukung pertumbuhan tanaman. Pengolahan tanah secara mekanik tidak dilakukan secukupnya atau secara kimia. Sistem olah tanah yang memenuhi kriteria olah tanah konservasi di Indonesia antara lain adalah system tanpa olah tanah, olah tanah minimum, dan olah tanah bermulsa.

Sistem olah tanah konservasi (OTK) pada dasarnya merupakan teknologi olah tanah tradisional yang dipadukan dengan teknologi pertaniaan mutahir. Dalam budidaya olah tanah konservasi, tanah diolah seminimal mungkin agar sumber daya tanah dan air tetap lestari, sementara produktivitas lahannya ditingkatkan (Utomo, 1989).

A.2 Olah Tanah Intensif (OTI)

Sistem olah tanah intensif dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas lahan yang diusahakan. Hal ini sesuai dengan tujuan pengolahan tanah secara umum yang diungkap oleh Hakim dkk. (1986) yaitu pengolahan tanah merupakan manipulasi mekanik terhadap tanah yang diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman.

Penerapan pengolahan tanah intensif akan menurunkan produktifitas lahan dan mendegradasi tanah. Menurut Utomo (1994) besarnya erosi di Indonesia yang beriklim tropis bukan hanya karena agroekosistem yang kondusif terhadap


(18)

degradasi tetapi juga karena pengolahan tanah yang dilakukan tidak memperhatikan kaidah konservasi.

Pengolahan tanah secara temporer dapat memperbaiki sifat fisik tanah, tetapi pengolahan tanah yang dilakukan berulang kali dalam setiap tahun dalam jangka panjang dapat menimbulkan kerusakan tanah, karena (a) pelapukan bahan organik dan aktifitas tanah (mikroorganisme tanah) menjadi rusak (b) pengolahan tanah sewaktu penyiangan banyak memutuskan akar-akar tanaman yang dangkal, (c) mempercepat penurunan kandungan bahan organik tanah, (d) meningkatkan kepadatan tanah pada kedalaman 15-25 cm akibat pengolahan tanah dengan alat-alat berat yang berlebihan yang dapat menghambat perkembangan akar tanaman serta menurunkan laju infiltrasi, dan (e) lebih memungkinkan terjadinya erosi (Hakim dkk., 1986).

B. Deskripsi Tanaman Kedelai B.1 Taksonomi

Menurut Hidajat (1992) dan Adisarwanto (2002) kedudukan tanaman kedelai dalam sistematika tanaman kedelai dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub-Divisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneacae Ordo : Rosales


(19)

Sub-Famili : Papilionacae Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.)

B.2 Morfologi

Tanaman kedelai berbatang pendek (30-100cm), memiliki 3-6 percabangan, berbentuk tanaman perdu, dan berkayu. Batang tanaman kedelai biasanya kaku dan tahan rebah, kecuali yang dibudidayakan di musim hujan atau tanaman yang hidup di tempat yang ternaungi (Pitojo, 2005). Adisarwanto (2005), menambahkan bahwa pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe yaitu tipe determinate dan indeterminate, keduanya dibedakan berdasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sedangkan pertumbuhan indeterminate dicirikan dengan pucuk batang tetap tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai berbunga.

Daun kedelai mempunyai ciri-ciri antara lain helai daun (lamina) oval dan tata letaknya pada tangkai daun bersifat majemuk berdaun tiga (Trifoliolatus) (Rukmana dan Yuniarsih, 1996). Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua yaitu bulat (oval) dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik (Adisarwanto, 2005). Perakaran kedelai terdiri akar tunggang dan sejumlah akar cabang yang tumbuh dari akar sekunder atau serabut. Selain berfungsi sebagai tempat bertumpuhnya tanaman dan alat pengangkut air maupun unsur hara, perakaran kedelai juga mempunyai kemampuan untuk membentuk


(20)

nodul yang berfungsi untuk menambah nitrogen bebas (N2) dari udara (Hidajat, 1993).

Tanaman kedelai mulai berbunga pada umur antara 30-50 hari setelah tanam, tumbuh berkelompok pada ruas batang, berwarna putih atau ungu, dan memiliki kelamin jantan dan betina. Penyerbukan terjadi pada saat bunga masih tertutup sehingga kemungkinan penyerbukan silang amat kecil (Hidajat, 1993). Menurut Pitojo (2003); Rukmana dan Yuniarsih (1996), buah kedelai berbentuk polong, pada umumnya polong ini berbulu dan berwarna kuning kecoklatan atau abu-abu. Polong yang telah kering mudah pecah dan bijinya keluar. Sedangkan untuk biji kedelai umumnya berbentuk bulat atau bulat pipih sampai bulat lonjong, biji berkeping dua dan terbungkus oleh kulit tipis.

B.3 Syarat Tumbuh Kedelai a. Iklim

Menurut Rukmana dan Yuniarsih (1996), di Indonesia tanaman kedelai dapat tumbuh dan berreproduksi dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 900 m diatas permukaan laut (dpl). Meskipun demikian telah banyak varietas kedelai dalam negeri ataupun kedelai introduksi yang dapat beradaptasi dengan baik di dataran tinggi (pegunungan) ±1200 m dpl. Di Indonesia, kondisi iklim yang paling cocok adalah daerah-daerah yang mempunyai suhu antara 250-2700C, kelembaban udara (rH) rata-rata 65%, penyinaran matahari 12 jam/hari atau minimal 10jam/hari dan curah hujan paling optimum antara 100-200 mm/bulan.


(21)

Kedelai memerlukan tanah yang memiliki airasi, drainase, dan kemampuan menahan air cukup baik, dan tanah yang cukup lembab. Jenis tanah yang sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai misalnya: tanah alluvial, regosol, grumosol, latosol, dan andosol. Sedangkan keadaan pH yang sesuai adalah bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 5,5-6,5 (Pitojo, 2003)

C. Unsur-unsur Hara Tanah

Pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor genetik dan faktor lingkungan. Salah satu faktor lingkungan yang sangat menentukan lajunya pertumbuhan, perkembangan dan produksi suatu tanaman adalah tersedianya unsur-unsur hara yang cukup di dalam tanah. Banyak unsur-unsur esensial, yang ada di dalam tanah, yang mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman, diantaranya unsur nitrogen (N), fosfor (P), kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). (Pulung, 2005).

Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro bagi pertumbuhan tanaman yang sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan seperti daun, batang, dan akar (Hakim, 1986). Nitrogen diserap oleh tanaman dengan kuantitas terbanyak dibandingkan dengan unsur lain yang didapatkan dari tanah (Krisna, 2002). Sumber nitrogen di dalam tanah adalah dari fiksasi oleh mikroorganisme, air irigasi dan hujan, absorpsi amoniak, perombakan bahan organik, dan pemupukan (Delwice diacu dalam Chapman, 1975). Nitrogen di dalam tanah mempunyai dua


(22)

bentuk utama, yaitu nitrogen organik dan nitrogen anorganik berupa amonium (NH4+), amoniak (NH3), nitrit (NO2-), dan nitrat (NO3-) (Stevenson, 1982). Mineralisasi merupakan proses konversi nitrogen bentuk organik menjadi bentuk mineral (Krisna, 2002). Menurut Soepardi (1996) ion-ion nitrat, nitrit, dan amonium jumlahnya bergantung pada jumlah pupuk yang diberikan dan kecepatan dekomposisi bahan tanah. Laju mineralisasi nitrogen bergantung pada suhu, rasio C/N, pH tanah, dan susunan mineral lempung (Sanchez, 1992). Menurut Havlin dkk. (1999), proses mineralisasi melibatkan dua reaksi yaitu reaksi aminisasi dan amonifikasi yang terjadi melalui aktivitas mikroorganisme heterotrofik. Aminisasi adalah pemecahan protein dan akan menyebabkan masalah lingkungan yang disebabkan oleh pencucian nitrat setelah masa panen tanaman.

Tidak semua fosfor tanah dapat segera tersedia bagi tanaman terutama pada tanaman pangan. Pertambahan fosfor dalam tanah hanya bersumber dari deposit atau batuan dan mineral yang mengandung fosfor dalam tanah oleh karena itu kadar fosfor tanah juga ditentukan oleh banyak sedikitnya cadangan mineral yang mengandung fosfor dan tingkat pelapukannya dan sukar larut dalam air. Tanaman akan menyerap fosfor dalam bentuk (H2PO4-, HPO4 2-, dan PO42-) jumlah masing-masing bentuk sangat tergantung pada pH tanah, tetapi umumnya bentuk H2PO4 banyak dijumpai pada pH tanah 5,0-7,2 (Madjid, 2009).

Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah nitrogen dan fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif nitrat, fosfat, atau


(23)

unsur lainnya. Hakim dkk. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium. Melalui proses dekomposisi bahan tanaman dan jasad renik maka kalium akan larut dan kembali ke tanah. Selanjutnya sebagian besar kalium tanah yang larut akan tercuci atau tererosi dan proses kehilangan ini akan dipercepat lagi oleh serapan tanaman dan jasad renik. Beberapa tipe tanah mempunyai kandungan kalium yang melimpah. Kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang terlapuk dan melepaskan ion-ion kalium. Ion-ion adsorpsi pada kation tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Tanah-tanah organik mengandung sedikit Kalium

Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy, 1988). Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (Pulung, 2005).

Unsur hara magnesium diperlukan tanaman dalam jumlah relatif banyak, lebih sedikit dibanding N dan K, serupa jumlah dengan P, S dan Ca, umumnya Mg lebih kecil dari Ca jumlahnya. Ketersedian magnesium dapat terjadi akibat proses pelapukan dari mineral-mineral yang mengandung magnesium. Akibat proses tadi


(24)

maka magnesium akan terdapat bebas didalam tanah, menyebabkan magnesium hilang bersama air, magnesium diserap oleh tanaman atau berbagai organisme hidup lainnya, diabsropsikan oleh partikel liat, dan diendapkan menjadi mineral skunder. Ketersediaan tanah-tanah yang mempunyai kemasaman tinggi . Hal ini disebabkan karena adanya dalam jumlah yang besar mineral liat. Kehilangan magnesium, seperti juga kalsium adalah disebabkan oleh erosi, akibat pencucian, dan diangkut tanaman/ organisme hidup lainnya. Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah, 2005).

D. Peranan Pupuk Nitrogen dalam Pertumbuhan Tanaman Kedelai

Nitrogen merupakan unsur hara utama bagi pertumbuhan tanaman, yang pada umumnya sangat diperlukan untuk pembentukan atau pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman, seperti daun, batang, dan akar (Sutejo, 2002). Nitrogen yang pada umumnya diberikan sebagai pupuk, dapat memberikan efek yang menguntungkan bagi tanaman, sebagai contoh nitrogen dapat menstimulir pertumbuhan di atas tanah yaitu batang, dan memberikan warna hijau pada daun serta memperbesar butir-butir dan prosentasi protein pada serealia (Buckman dkk., 1992).

Nitrogen merupakan urutan unsur yang terbanyak terdapat dalam tumbuhan. Nitrogen ini dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk antara lain sebagai asam amino, protein, amida, klorofil,alkaloida dan basa nitrogen (purin dan pirimidin).


(25)

Nitrogen terutama terdapat dalam atmosfir bumi yaitu kurang lebih 80%, walaupun demikian bagi organisme terutama tumbuhan sering kurang hal ini karena hanya mikroorganisme tertentu saja yang dapat mengasimilasi molekul nitrogen dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat digunakan oleh tumbuhan (Sastramihardja dan Siregar, 1990).

Menurut Buckman dan Brady (1992) defisiensi nitrogen pada tanaman antara lain tanaman kerdil, sistem perakaran terbatas, daun menjadi kuning atau hijau kekuning-kuningan dan cepat rontok (senesens). Selain kekurangan, kelebihan nitrogen juga dapat merugikan misalnya, tanaman akar berwarna hijau gelap, lemas, daun tebal berair, dan dapat memperpanjang masa pertumbuhan tanaman dan menangguhkan kemasakan.

Kadar nitrogen dalam Urea 43% yang mudah terhidrolisa menjadi ammonium dalam tanah. Nitrat mudah larut dalam air dan bersifat mobil dalam tanah sehingga mudah tercuci. Urea dalam tanah mengalami hidrolisa dalam tanah dengan cepat asalkan cukup lembab dan hangat sehingga membentuk ammonium karbonat. Ammonium karbonat dapat diserap langsung leh tanaman atau dapat diubah menjadi nitrat (NO3-) dan baru diserap oleh akar tanaman (Sumarno, 1981).

Fungsi nitrogen bagi tanaman adalah sebagai berikut: 1. Untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman; 2. dapat menyehatkan pertumbuhan daun;

3. Meningkatkan kadar protein dalam tubuh tanaman; 4. Meningkatkan kualitas tanaman penghasil daun-daunan;


(26)

5. Meningkatkan berkembangbiaknya mikroorganisme di dalam tanah yang penting sekali bagi kelangsungan pelapukan bahan organic (Sutejo, 2002).

Selain itu menurut Istianti dan Triastono (1999), nitrogen merupakan komponen yang penting dalam protein. Protein berfungsi sebagai protein struktural yang menyusun bagian tubuh makhluk hidup maupun protein fungsional yang berupa hormon atau berbagai enzim. Nitrogen juga penting untuk kelangsungan hidup makhluk hidup yaitu untuk pertumbuhan dan perkembangan.

Tanaman kedelai umumnya membutuhkan pemupukan yang berimbang untuk produktivitas kedelai. Pemupukan adalah suatu usaha pemberian pupuk yang bertujuan untuk menambahkan unsur hara dan mempertahankan kesuburan tanah dengan prinsip konservasi kesuburan tanah atau pemupukan adalah suatu usaha untuk menambahkan unsur hara guna mempertahankan kesuburan tanah dengan prinsip konservasi kesuburan tanah (Prihatna, 2000).

Unsur hara makro lebih banyak digunakan dibandingkan unsur hara mikro digunakan dalam jumlah sedikit. Unsur hara makro antara lain C, H, O, N, P, K, S, Ca, dan Mg . Sedangkan yang termasuk unsur hara mikro adalah Fe, B, Mn, Cu, Zn, Mo, dan Cl. Beberapa unsur ada yang esensial bagi tanaman tertentu, misalnya Na, Si dan Co (Hakim dkk., 1986).

Nitrogen sering merupakan unsur penentu pertumbuhan. Walaupun gas N2 menyusun 78 % atmosfir bumi, tumbuhan tidak dapat menggunakannya secara langsung. Nitrogen dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah yang besar, umumnya menjadi faktor penentu pada tanah-tanah yang tidak dipupuk. Nitrogen di dalam


(27)

tanah berasal dari bahan organik, hasil pengikatan N dari udara oleh mikroba, pupuk, dan air hujan. Nitrogen yang dikandung tanah pada umumnya rendah, sehingga harus selalu ditambahkan dalam bentuk pupuk atau sumber lainnya pada setiap awal pertanaman. Selain rendah, nitrogen di dalam tanah mempunyai sifat yang dinamis (mudah berubah dari satu bentuk ke bentuk lain seperti NH4 menjadi NO3, NO, N2O dan N2) dan mudah hilang tercuci bersama air drainase (Taufan, 2003).

Kedelai memerlukan N dalam jumlah banyak. Kedelai dapat menyediakan N sendiri melalui fiksasi oleh bakteri yang hidup dalam akar. Di bawah kondisi yang menguntungkan, bintil akar terbentuk dalam waktu 1 minggu setelah biji ditanam. Tetapi bakteri bintil akar baru mulai aktif mengikat N setelah 2 minggu berikutnya. Oleh karena itu, kedelai sering memberikan respon terhadap pemupukan N pada saat masih kecil. Namun, seringkali kedelai dijumpai kurang memberikan respon terhadap pemupukan N yang berlebihan. Hal ini sering mengakibatkan kemalasan bakteri di dalam bintil akar dalam proses pengikatan N dari udara (Suprapto, 1998).

Pemupukan nitrogen sebagai starter pada awal pertumbuhan kedelai perlu dilakukan untuk pertumbuhan dalam 1 minggu pertama. Pada keadaan tersebut, akar tanaman belum berfungsi sehingga tambahan nitrogen diharapkan dapat merangsang pembentukan akar. Hal ini akan membuka kesempatan pembetukan bintil akar. Selain itu, sistem perkecambahan kedelai digunakan persediaan makanan di dalam kotiledon lebih banyak digunakan untuk pertumbuhan awal vegetatif dan seringkali nitrogen yang dibutuhkan tidak tercukupi. Namun


(28)

demikian, bila penggunaan pupuk nitrogen terlalu banyak, akan menekan jumlah dan ukuran bintil akar sehingga akan mengurangi efektivitas pengikatan N2 dari atmosfer. Oleh karena itu, pemupukan dasar nitrogen sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, namun setelah tanaman tumbuh penambahan nitrogen ke dalam tanah tidak memberikan keuntungan apapun (Jumin, 1992).


(29)

III. BAHAN DAN METODE

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan bulan Oktober 2010. Percobaan penanaman dilakukan di lahan Politeknik Negeri Lampung dengan perlakuan pemupukan N jangka panjang dari tahun 1987 sampai dengan tahun 2008. Pada tahun 2008 lahan diberakan selama 1 tahun. Analisis tanah dan tanaman dilakukan di laboratorium Jurusan Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah cangkul, kantung plastik, alat tulis, toples, ayakan 2 mm, timbangan, lakban dan alat-alat laboratorium lainnya untuk analisis tanah. Bahan yang digunakan yaitu aquades, pupuk kimia (Urea, SP-18 dan KCl), benih kedelai varietas tanggamus, herbisida glifosat, bahan-bahan kimia untuk analisis serapan hara N dan unsur hara K, Mg, P dan Ca dengan metode AAS, dan metode pengabuan.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) yang disusun secara faktorial dengan 4 ulangan. Faktor pertama dalam penelitian ini adalah perlakuan sistem olah tanah (T) yaitu OTI = olah tanah intensif, OTM


(30)

= olah tanah minimum, TOT = tanpa olah tanah, dan faktor kedua dalam penelitian ini adalah pemupukan nitrogen jangka panjang (N) yaitu N0 = 0 kg N ha-1, N1 = 25 kg N ha-1 dan N2 = 50 kg N ha-1. Data yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Barlet dan aditifitasnya dengan Uji Tukey serta dilanjutkan dengan uji BNJ pada taraf 5%.

D. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian jangka panjang yang telah berlangsung selama 37 musim tanam sejak tahun 1987. Penelitian ini merupakan penelitian pada musim tanam ke-38. Pola tanam yang diterapkan adalah serealia (jagung dan padi gogo) dan legum (kedelai, kacang tanah dan kacang hijau), kemudian lahan diberakan pada tahun 2007. Pada pemupukan N hanya dilakukan pada pertanaman serealia dengan dosis antara 0-200 kg N ha-1. Pada musim tanam ke-17 (tahun 1997) dan 28 (tahun 2002) telah dilakukan pengolahan tanah kembali pada petak tanpa olah tanah dan olah tanah minimum, karena telah terjadi penurunan produksi yang disebabkan oleh pemadatan tanah. Akibat adanya penurunan pH tanah, sehingga pada musim tanam ke-31 (tahun 2004) semua petak perlakuan diberikan kapur pertanian (CaCO3) dengan dosis 4 ton ha-1. Pada petak tanpa olah tanah tanah tidak diolah sama sekali, gulma yang tumbuh dikendalikan dengan herbisida dan sisa tanaman gulma digunakan sebagai mulsa. Pada olah tanah minimum tanah diolah seperlunya saja dan gulma yang tumbuh dibersihkan dari petak percobaan menggunakan koret, kemudian sisa tanaman gulma digunakan sebagai mulsa. Dan pada petak olah tanah intensif tanah diolah setiap akan bertanam dan sisa tanaman gulma dibuang dari petak percobaan.


(31)

Pada saat dua minggu sebelum melakukan penanaman lahan disemprot menggunakan herbisida glifosat dengan dosis 4 liter ha-1 untuk menghilangkan gulma yang tumbuh, dan kemudian gulma tersebut digunakan sebagai mulsa untuk perlakuan tanpa olah tanah dan olah tanah minimum. Lahan dibagi menjadi 36 petak percobaan sesuai dengan perlakuan dan dengan ukuran tiap petaknya 4 m x 6 m dengan jarak antar petak yaitu 1 meter. Dibuat lubang tanam dengan jarak 25 x 20 cm, setelah itu ditanami benih kedelai varietas Tanggamus. Ketika tanaman kedelai berumur 1 minggu setelah tanam pupuk Urea diberikan dengan dosis 0 kg N ha-1, 25 kg N ha-1 dan 50 kg N ha-1, SP-18 dengan dosis 150 kg ha-1 dan KCl dengan dosis 100 kg ha-1. Pupuk Urea diberikan secara 2 tahap yaitu pada saat tanam kedelai berumur satu minggu dengan dosis sepertiga dan dua pertiga dosis pada saat pertumbuhan vegetatif maksimum. Pemeliharaan tanaman dilakukan dengan penyulaman dan penyiangan gulma. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan bilamana diperlukan.

Pengambilan sampel tanah dilakukan setelah panen secara acak pada tiga titik setiap plot dengan kedalaman 0-5, 5-10 dan 10-20 cm. Pengambilan sampel tanaman dilakukan setelah panen dengan luasan sampel (1 m2). Selanjutnya dilakukan analisis unsur hara tanah (N, P, K, Ca, dan Mg) dan tanaman di Laboratorium Ilmu Tanah Institut Pertanian Bogor.

E. Pengamatan

Pengamatan dilakukan terhadap unsur hara N, P, K, Ca, dan Mg serta serapan N, dan produksi tanaman kedelai pengamatan masing-masing unsur hara dilakukan sebagai berikut :


(32)

1. Unsur – unsur hara tanah

- Unsur hara N (Metode Kjeldahl) - Unsur hara P (Metode Bray-I) - Unsur hara K (Metode AAS) - Unsur hara Ca (Metode AAS) - Unsur hara Mg (Metode ASS)

2. Serapan N tanaman (Metode Pengabuan)

Kandungan N berangkasan (%)

Serapan hara (g/tan) = x Bobot kering brangkasan (g/tan) 100

3. Produksi kedelai

Hasil produksi kedelai diambil dari 20 tanaman (1 m2) dari setiap petak percobaan. Kedelai yang telah dipanen kemudian dijemur dan dipisahkan biji dan berangkasan tanaman. Hasil pemisahan biji dari berangkasan tanaman, biji kemudian diukur kadar airnya dengan alat pengukuran kadar air otomatis. Setelah itu biji kedelai dikonversi menjadi kadar air 12 % dengan rumus:

( 100 – a )

Berat kedelai 12 % (kg/ha)= x berat total biji ( 100 – b )


(33)

Keterangan :

a : Persen kadar air awal

b : Persen kadar air yang telah ditentukan (12) 100 : Persen maksimum


(34)

44

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Sistem olah tanah minimum berpengaruh dalam meningkatkan kandungan unsur hara N, K, Ca, dan Mg. Sistem olah tanah tidak mempengaruhi kandungan hara P.

2. Kandungan N tanah tertinggi ditemukan pada pemupukan N tertinggi pada dosis 50 kg N ha-1, sadangkan hara P, K, Ca, dan Mg tertinggi ditemukan pada perlakuan kontrol. Pemupukan nitrogen tidak mempengaruhi kandungan hara P, K, Ca, dan Mg tanah.

3. Pemupukan dosis sedang dapat meningkatkan serapan hara N pada tanaman kedelai. Sedangkan pada dosis sedang dan dosis tinggi pada pemberian pupuk N jangka panjang meningkatkan produksi kedelai yaitu sebesar 71%.

B. Saran

1. Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai pengaruh berbagai sistem olah tanah terhadap unsur hara N, P, K, Ca, dan Mg tanah dan produksi tanaman kedelai dengan tanaman legum lainnya.

2. Untuk penelitian selanjutnya gunakan dosis agar mendapat hasil yang maksimal untuk meningkatkan unsur hara N tanah dan produksi kedelai atau tanaman pangan lainnya.


(35)


(36)

SANWACANA

Alhamdullillahirobbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat, dan hidaya-Nya sehingga penulis dapat dengan baik menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Olah Tanah Konservasi dan pemupukan Nitrogen Jangka Panjang terhadap Unsur Hara, Serapan N dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) di Lahan Politeknik Negeri

Lampung)”.

Dalam kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si., selaku pembimbing utama atas

ketersediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, bantuan, saran dalam penyusunan skripsi serta telah mengizinkan penulis untuk ikut dalam proyek penelitian.

3. Bapak Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D., selaku pembahas yang telah memberikan masukan dalam membimbing penulis selama penyelesaian skripsi.

4. Bapak Ir. Didin Wiharso selaku pembimbing akademik atas semua bimbingan, nasehat, dan moivasi yang telah diberikan.


(37)

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian dan Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian beserta segenap karyawan Fakultas Pertanian.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Unila khususnya dosen Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian.

8. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Ilmu Tanah Pak Warôo, Pak pono, a2fa]basc1scfÜ t9 bu Umi,(Bu Dewi, Bu Tus,"dan Bu Is, atas Tltrch`Tiîsrcid3343149'02_ semua b!ntuan yang telah diberikan _îgfe1041ðada arrsidcihT 32_ 9hi1hsaat (³941

penegitian erlangsung .

` ángfe1241`r ]plain¤^widctlparóttcbTtx284| Keluarga

tercinta : Bapak, Ibu, mbakku Yuli Astuti, S.Pd., dan kembaranku Bertha Lia serta seluruh keluarga besarku untuk semua kasih sayang,

kebahagiaan, dana, motivasi serta doa yang selalu terucap dan tak pernah lelah untuk keberhasilanku.

9. Buat temanku Desy Melsita, S.P., terimakasih atas bantuannya selama penulis menjalankan penelitiannya.

10. Teman-teman satu tim penelitian : Rahmat Soleh, S.P., Wahyu Indra Djati, S.P., dan Nugroho Setiyo, S.P. (Terima kasih atas bantuannnya).

11. Bapak, ibu kosan dan teman-teman kosan : Anes, Novi, Gris, Rona, dan yuni yang telah memberi bantuan moril. Khususnya buat Iyah bahriah, S.E. dan Mahkana Ambar Pusvita, S.P. atas dorongan, bantuan, dan semangat, kalian adalah teman terbaik.


(38)

12. Teman-teman seperjuangan dari awal kuliah 2005 dan seluruh teman-teman Jurusan Ilmu tanah 2006-2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya selama penulis menyelesikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 31 Agustus 2012 Penulis,


(39)

“ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu umat sebelum mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka”

(Qs. Ara'd 13:11)

Semulia-mulia manusia ialah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi memaafkan ketika berdaya,

membahu dan bersikap adil ketika kuat (Khalifah Abdul Malik bin Marwan)

Bila kamu berbuat baik, kamu berbuat baik buat kamu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, itu tanggung jawab mu sendiri.


(40)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT kupersembahkan karya sederhana ini dengan ketulusan hati dan segala

kerendahan kepadanya

Bapak dan ibu tercinta yang membesarkanku, merawat, menjaga, mendidik, dan membimbing dengan penuh kasih sayang,

cinta dan doa dalam menanti keberhasilanku

Mbk Yuli Astuti S.Pd., dan kembaranku Berthalia yang senantiasa memberikan semangat, doa dan dukungan untukku


(1)


(2)

SANWACANA

Alhamdullillahirobbil’alamin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah senantiasa melimpahkan rahmat, dan hidaya-Nya sehingga penulis dapat dengan baik menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Pengaruh Olah Tanah Konservasi dan pemupukan Nitrogen Jangka Panjang terhadap Unsur Hara, Serapan N dan Produksi Kedelai (Glycine max L.) di Lahan Politeknik Negeri Lampung)”.

Dalam kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. Ir. Henrie Buchari, M.Si., selaku pembimbing utama atas

ketersediannya untuk memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhajir Utomo, M.Sc., selaku pembimbing kedua yang telah memberikan bimbingan, bantuan, saran dalam penyusunan skripsi serta telah mengizinkan penulis untuk ikut dalam proyek penelitian.

3. Bapak Ir. M. A. Syamsul Arif, M.Sc., Ph.D., selaku pembahas yang telah memberikan masukan dalam membimbing penulis selama penyelesaian skripsi.

4. Bapak Ir. Didin Wiharso selaku pembimbing akademik atas semua bimbingan, nasehat, dan moivasi yang telah diberikan.


(3)

5. Ibu Prof. Dr. Ir. Dermiyati, M.Agr.Sc., selaku Ketua Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian dan Ibu Prof. Dr. Ir. Ainin Niswati, M.S., M.Agr.Sc., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S. selaku Dekan Fakultas Pertanian beserta segenap karyawan Fakultas Pertanian.

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian Unila khususnya dosen Jurusan Ilmu Tanah Fakultas Pertanian.

8. Seluruh dosen dan karyawan Jurusan Ilmu Tanah Pak Warôo, Pak pono, a2fa]basc1scfÜ t9 bu Umi,(Bu Dewi, Bu Tus,"dan Bu Is, atas Tltrch`Tiîsrcid3343149'02_ semua b!ntuan yang telah diberikan _îgfe1041ðada arrsidcihT 32_ 9hi1hsaat (³941

penegitian erlangsung .

` ángfe1241`r ]plain¤^widctlparóttcbTtx284| Keluarga tercinta : Bapak, Ibu, mbakku Yuli Astuti, S.Pd., dan kembaranku

Bertha Lia serta seluruh keluarga besarku untuk semua kasih sayang,

kebahagiaan, dana, motivasi serta doa yang selalu terucap dan tak pernah lelah untuk keberhasilanku.

9. Buat temanku Desy Melsita, S.P., terimakasih atas bantuannya selama penulis menjalankan penelitiannya.

10. Teman-teman satu tim penelitian : Rahmat Soleh, S.P., Wahyu Indra Djati, S.P., dan Nugroho Setiyo, S.P. (Terima kasih atas bantuannnya).

11. Bapak, ibu kosan dan teman-teman kosan : Anes, Novi, Gris, Rona, dan yuni yang telah memberi bantuan moril. Khususnya buat Iyah bahriah, S.E. dan Mahkana Ambar Pusvita, S.P. atas dorongan, bantuan, dan semangat, kalian adalah teman terbaik.


(4)

12. Teman-teman seperjuangan dari awal kuliah 2005 dan seluruh teman-teman Jurusan Ilmu tanah 2006-2007yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih atas kebersamaan dan bantuannya selama penulis menyelesikan skripsi ini.

Semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Bandar Lampung, 31 Agustus 2012 Penulis,


(5)

“ Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu umat sebelum

mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka”

(Qs. Ara'd 13:11)

Semulia-mulia manusia ialah siapa yang mempunyai adab, merendahkan diri ketika berkedudukan tinggi memaafkan ketika berdaya,

membahu dan bersikap adil ketika kuat (Khalifah Abdul Malik bin Marwan)

Bila kamu berbuat baik, kamu berbuat baik buat kamu sendiri. Jika kamu berbuat jahat, itu tanggung jawab mu sendiri.


(6)

Dengan penuh rasa syukur kepada Allah SWT kupersembahkan karya sederhana ini dengan ketulusan hati dan segala

kerendahan kepadanya

Bapak dan ibu tercinta yang membesarkanku, merawat, menjaga, mendidik, dan membimbing dengan penuh kasih sayang,

cinta dan doa dalam menanti keberhasilanku

Mbk Yuli Astuti S.Pd., dan kembaranku Berthalia yang senantiasa memberikan semangat, doa dan dukungan untukku


Dokumen yang terkait

Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L. (Merill)) di Lahan Kering Terhadap Pemberian Berbagai Sumber N

0 48 104

Pengaruh Mikoriza Vesikular Arbuskular (MVA) dan Rhizobium Terhadap Serapan Hara N dan P serta Produksi Tanaman Kedelai (Glycine max (L). Merill) pada Tanah Ultisol

0 37 88

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai (Glycine max L.) Terhadap Jarak Tanam Di Lahan Sawah

0 32 97

Respon Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) Terhadap Pemupukan Nitrogen Dan Fosfor

0 49 73

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH KONSERVASI DAN PEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP N-TOTAL DAN NITRAT TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) DI KEBUN PERCOBAAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

2 30 60

PENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN PEMUPUKAN N JANGKA PANJANG TERHADAP EMISI GAS CO2 DARI TANAH PERTANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) MUSIM KE-41 DI POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

0 15 35

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN PEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP EFISIENSI SERAPAN NITROGEN PADA TANAMAN PADI GOGO (Oryza sativa L.) TAHUN KE-27 DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

1 26 54

PENGARUH OLAH TANAH KONSERVASI DAN PEMUPUKAN NITROGEN JANGKA PANJANG TERHADAP TOTAL BAKTERI TANAH PADA LAHAN PERTANAMAN JAGUNG DI TANAH ULTISOL

0 2 10

PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN DAN SISTEM OLAH TANAH JANGKA PANJANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO (Oryza sativa L.) TAHUN KE-27 DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

1 36 62

PENGARUH PEMUPUKAN NITROGEN DAN SISTEM OLAH TANAH JANGKA PANJANG TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI PADI GOGO (Oryza sativa L.) TAHUN KE-27 DI LAHAN POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG

0 0 7