A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN

I. A. LATAR BELAKANG MASALAH

Perkembangan dan penyesuaian diri memiliki kaitan yang sangat erat. Segala sesuatu yang berkaitan dengan perkembangan tidak akan dapat berjalan tanpa adanya penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan usaha individu untuk mengubah tingkah laku, agar terjadi hubungan yang baik antara dirinya dan lingkungan Kristiyani, 2001. Penyesuaian diri merupakan suatu proses yang mencakup respon mental dan tingkah laku individu, yaitu individu berusaha keras agar mampu mengatasi konflik dan frustrasi karena terhambatnya kebutuhan dalam dirinya, sehingga tercapai keselarasan dan keharmonisan antara diri sendiri dengan lingkungannya Schneiders, 1964. Menurut Mu’tadin 2002 pada dasarnya penyesuaian diri memiliki dua aspek yaitu penyesuaian pribadi dan penyesuaian sosial. Pertama adalah penyesuaian pribadi yaitu kemampuan individu untuk menerima dirinya sendiri sehingga tercapai hubungan yang harmonis antara dirinya dengan lingkungan sekitarnya. Sementara itu aspek ke dua adalah penyesuaian sosial. Penyesuaian sosial terjadi dalam lingkup hubungan sosial tempat individu hidup dan berinteraksi dengan orang lain. Hubungan-hubungan tersebut mencakup hubungan dengan masyarakat sekitar tempat tinggalnya, keluarga, sekolah, teman atau masyarakat luas secara umum. Penyesuaian diri pribadi mengandung elemen perubahan dan diri sendiri yang meliputi penyesuaian jenis kerja setiap hari minggunya, sedangkan penyesuaian diri sosial mengandung perubahan dan orang lain yang meliputi penyesuaian dengan teman sekerja pemimpin, penyesuaian dengan lingkungan tempat dimana ia bekerja, serta penyesuaian dengan peraturan serta batasan yang berlaku selama waktu kerja. Setiap manusia harus dapat Universitas Sumatera Utara menyesuaikan diri mau itu penyesuaian diri pribadi maupun sosial tidak terkecuali wanita dewasa Qomariyah, 2006. Masa dewasa merupakan periode yang panjang dalam rentang kehidupan manusia. Gallagher, Lachman, Lewkowictz, Peng 2001 dalam Santrock, 1995, menyatakan bahwa masa dewasa ditandai dengan tanggung jawab yang berat dan beragam, menurut perannya yaitu tanggung jawab sebagai seorang yang menjalankan rumah tangga, perusahaan, membesarkan anak, dan mungkin merawat orang tua mereka, serta mulai menata karir yang baru. Selain itu juga harus menyesuaikan diri dengan perubahan fisiologis yang terjadi seperti perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kesehatan, dan perubahan dalam seksual Hurlock, 1999. Masa dewasa dialami oleh individu saat berusia antara 40 sampai 60 tahun, masa ini terbagi kedalam dua subbagian, yaitu : usia madya dini yang membentang antara usia 40 hingga 50 tahun dan usia madya lanjut yang terbentang antara usia 50 hingga 60 tahun. Masa dewasa madya ditandai oleh adanya perubahan-perubahan jasmani dan mental. Pada usia 60 tahun biasanya terjadi penurunan kekuatan fisik, sering pula diikuti oleh penurunan daya ingat walaupun banyak yang mengalami perubahan-perubahan tersebut lebih lambat sehingga terlihat lebih jelas daripada masa lalu Hurlock, 1999. Menurut Papalia 2008 dimana pada masa ini kemampuan fisik dan perubahan fisik psikologi sangat jelas nampak. Sebagian besar orang dewasa madya cukup realitis untuk menerima perubahan penampilan, kinerja indra, motor, dan sistemik, dan dalam kapasitas reproduktif seksual dan sebagian dari mereka mengalami sexual renaissance puber kedua papalia, 2002. Havinghurst dalam Hurlock, 1996 mengatakan bahwa tugas perkembangan adalah tugas yang muncul pada saat periode tertentu dari kehidupan setiap individu. Jika berhasil Universitas Sumatera Utara akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa ke arah keberhasilan dalam melaksanakan tugas-tugas berikutnya. Apabila gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan kesulitan dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya. Hurlock 1991 menyatakan salah satu bentuk- bentuk penyesuaian diri dewasa yaitu penyesuaian diri terhadap perubahan fisik. Hal ini didukung oleh penelitian Dirgayunita 2006 bahwa wanita dewasa madya menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik dengan melakukan beberapa usaha dalam menghadapi dengan menjaga kesehatan fitness, senam, berkerudung agar tetap terlihat cantik, muda dan percaya diri. Pada saat dewasa madya perubahan fisik organ tubuh mereka mengalami penurunan secara fungsi. Lapisan lemak jadi tebal dan kulit menjadi keriput. Tak hanya fisik, kemunduran secara psikis juga berlangsung secara bersamaan. Kualitas feminin seperti kecantikan, daya tarik, vitalitas, daya ingat, daya dengar, daya fikir, dan fungsi-fungsi psikis lainnya, mengalami proses kemunduran yang nyata. Akibatnya, kondisi ini menimbulkan berbagai penyesuaian dan konflik secara psikis. Stres dan depresi sangat mungkin terjadi. Diperparah dengan perasaan melankolis yang rentan mendominasi. Merasa sudah tua dan tidak menarik lagi Monks, 1998. Merill Verbrugge dalam Papalia, 2008 mengatakan beberapa perubahan fisiologis merupakan akibat dari usia dan genetik, faktor perilaku dan gaya hidup yang dimulai dari masa muda dapat mempengaruhi kecenderungan, penentuan waktu, dan luas perubahan fisik. Untuk alasan yang sama, kebiasaan kesehatan dan gaya hidup pada masa paruh baya mempengaruhi apa yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya. Sejumlah perubahan fisik menandai masa dewasa, beberapa perubahan mulai tampak lebih awal di usia 30 tahun, tetapi pada beberapa titikbagian di usia 40 tahun, menurunnya perkembangan fisik menunjukkan bahwa masa dewasa madya telah datang. Ada beberapa perubahan fisik pada dewasa yang mulai tampak dari awal usia 30 tahun, seperti timbulnya uban, kulit mulai keriput, gigi yang Universitas Sumatera Utara menguning, tubuh semakin lama semakin pendek, sulit melihat objek-objek yang jauh, penurunan pada sensitivitas pendengaran, menopause, penurunan kebugaran fisik Santrock, 1995. Tugas-tugas perkembangan pada masa dewasa madya salah satunya ialah menerima dan penyesuaian diri dengan perubahan-perubahan fisiologis yang terjadi pada tahap ini. Dalam hal ini perubahan-perubahan seperti perubahan dalam penampilan, perubahan dalam kemampuan indra, perubahan pada keberfungsian psikologis Hurlock, 1996. Ketika dewasa madya mengalami perubahan fisik seperti yang halnya tugas-tugas perkembangan dewasa madya dimana dewasa madya dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik tersebut, dimana penyesuaian diri adjustment dapat didefinisikan sebagai interaksi individu yang berkelanjutan dengan diri individu itu sendiri, dengan orang lain, dan dengan dunia individu. Ketiga faktor ini secara konstan mempengaruhi individu dan hubungan tersebut bersifat timbal balik, mengingat individu secara konstan juga mempengaruhinya. Penilaian tentang baik buruknya penyesuaian diri tergantung dari nilai- nilai yang dianut oleh individu tersebut dan situasi dimana perilaku berperan. Perilaku yang mungkin tampak normal dalam suatu situasi bisa menjadi tidak normal dan suatu situasi bisa menjadi tidak normal dalam situasi yang berbeda. Apa yang kelihatannya seperti penyesuaian diri baik menurut suatu perangkat nilai dapat dilihat buruk menurut perangkat nilai lain Calhoun Acocella, 1995 Semua wanita dewasa madya dapat menerima dan penyesuaikan diri terhadap perubahan fisiknya ini tergantung pada kemampuan dirinya didalam menerima perubahan yang terjadi apakah dia sudah menerima dan mengatasi masalahnya atau tidak, juga tergantung dari bagaimana cara berfikir mereka terhadap perubahan tersebut, cara berfikir yang positif atau yang negatif penyesuaian diri terhadap perubahan fisik adalah sesuatu yang sulit bagi wanita dewasa madya karena mereka harus dapat berubah penampilannya. Bila Universitas Sumatera Utara seseorang mempunyai cara berfikir yang positif maka ia akan dapat menyesuaikan diri pada perubahan fisik yang dialaminya tetapi jika ia berfikir secara negatif mengenai perubahan fisik yang dialaminya maka ia akan bersikap kurang menyesuaikan diri, Cash dalam Calhoun Accocella, 1995. Sejalan dengan hal tersebut Dirgayunita 2006 dalam penelitiannya menyatakan penyesuaian diri terhadap perubahan fisik yaitu wanita dewasa madya melakukan beberapa usaha dalam menghadapi dengan menjaga kesehatan fitness, senam, diet, minum vitamin dan jamu, merubah penampilan berdandan, menyemir rambut, berkerudung agar tetap terlihat cantik, muda dan percaya diri . Wanita menyadari bahwa soal penampilan atau kecantikan adalah hal yang sangat penting untuk kesuksesan pergaulan maupun pekerjaan. Maka dari itu wanita sering merasa takut dan khawatir memikirkan keriput-keriput yang bakal timbul, takut untuk memakai kacamata baca karena hal itu menunjukkan ketuaannya. Pengakuan penerimaan dan penyesuaian diri terhadap keadaan tua ini biasa menimbulkan berbagai masalah pada wanita Diputra, 2006. Pada dewasa madya dimana perubahan yang sangat tampak pada masa ini, dan dibedakan juga menjadi yang bekerja dengan yang tidak bekerja mempunyai cara-cara dalam menyesuaikan diri mereka terhadap perubahan fisik yang terjadi pada wanita dewasa tersebut, bagaimana cara mereka menghadapi perubahan fisik tersebut yang juga sejalan seperti yang diungkapkan oleh Hurlock 1996 tugas-tugas perkembangan wanita dewasa madya adalah menyesuaiakan diri terhadap perubahan fisik. Seorang wanita bekerja berlomba-lombat mempercantik diri karena mereka menyakinin bahwa wanita yang cantik akan sukses di bidang karirnya, dan banyak yang beranggapan bahwa wanita sukses harus terlihat cantik. Persepsi orang bahwa kemajuannya dalam karir tidak lepas dari rupanya yang cantik. Wanita memang dalam posisi yang sulit. Berpakaian yang rapi dan ingin tampak cantik adalah naruni yang memang berkembang Universitas Sumatera Utara didalam diri wanita. Bila wanita berdandan yang sebenarnya hanya untuk memenuhi nalurinya yang demikian, seringkali disalah artikankan oleh orang lain sebagai upaya untuk menarik lawan jenis. Dimata orang lain, kemajuan karir seorang wanita cantik dianggap lebih dikarenakan rupa yang cantik dan bukan karena kemampuan kerja sesungguhnya. Berbuat ramah kepada rekan bisnis, khususnya rekan bisnis pria, seringkali disalahartikan sebagai upaya untuk memikat lebih jauh Ancok, 1995. Penelitian menyangkut situasi wanita bekerja dalam Rini, 2002, tentang penyesuaian hidup wanita bekerja yang pernah dilakukan oleh Ferree 1976 menunjukkan, bahwa wanita yang bekerja menunjukkan tingkat penyesuaian hidup sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja, meski ada beberapa faktor lain yang ikut menentukan. Dalam dunia pekerjaan saat ini, fenomena wanita bekerja sebenarnya menjadi sesuatu hal yang biasa di tengah masyarakat. Seorang wanita yang bekerja, pada masa dewasa madya akan mulai memasuki masa pensiun sehingga akan hilang pula kesibukan rutinnya sehari- hari. Ini berarti hilangnya status diri yang bisa menyebabkan timbulnya kehampaan. Perasaan tidak mampu juga timbul karena adanya ketidakmampuan bersaing dengan wanita yang lebih muda Adikusuma dalam Rachman, 2007 Wanita yang tidak bekerja biasanya sebagai seorang ibu rumah tangga. Biasanya istri melakukan pekerjaan rumah tangga lebih banyak dari suami. Disini istri yang adalah orang yang bertanggung jawab besar atas pekerjaan rumah tidak bekerja Schinovacz dalam Santrock, 1995. Dimana mereka hanya bertanggung jawab dalam melakukan hal-hal yang merupakan kewajibannya dalam mengurus rumah tanpa memperhatikan hal-hal yang lain seperti penampilan fisiknya. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian dimana ingin mengetahui apakah ada perbedaan antara wanita dewasa madya yang bekerja dengan wanita Universitas Sumatera Utara dewasa madya tidak bekerja dalam hal menyesuaikan diri terhadap perubahan fisik yang terjadi.

I. B. RUMUSAN MASALAH