33
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah melalui penelitian kepustakaan library research yakni upaya untuk memperoleh data dari penelusuran
literatur kepustakaan, peraturan perundang-undangan, putusan pengadilan, artikel, jurnal, dan sumber lainnya yang relevan dengan penelitian.
54
Dengan penelitian kepustakaan dikumpulkan data, membaca, dan mempelajari bahan-bahan kepustakaan
yang terkait dengan judul.
4. Analisis Data
Analisis data merupakan suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema
dan dapat dirumuskan suatu hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
55
Di dalam penelitian hukum normatif, maka analisis data pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum
tertulis. Sistematisasi berarti, membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut, untuk memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.
56
Analisis data yang digunakan adalah secara kualitatif yang diartikan sebagai kegiatan menganalisis data secara komprehensif, yaitu data skunder dari berbagai
kepustakaan dan literatur baik yang berupa buku, peraturan perundangan, tesis, disertasi, dan hasil penelitian atau karya ilmiah lainnya. Analisis data dilakukan
setelah terlebih dahulu diadakan pemeriksaan, pengelompokkan, pengolahan dan evaluasi sehingga diketahui reabilitas data tersebut, lalu dianalisis secara kualitatif
54
Sumandi Suryabrata, Metodologi Penelitian, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1998, hlm. 16
55
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2002, hlm. 101
56
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 251
Universitas Sumatera Utara
34
untuk menyelesaikan permasalahan yang ada. Adapun tahap-tahap dalam melakukan analisis secara kualitatif ini adalah :
57
a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan yang
diteliti. b.
Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian. c.
Mensistematisasikan kaidah-kaidah hukum, azas, atau doktrin. d.
Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal, atau doktrin yang ada.
e. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif.
Dengan demikian kegiatan analisis data ini diharapkan akan dapat memberikan kesimpulan dari permasalahan dan tujuan penelitian yang benar dan
akurat serta dapat dipresentasikan dalam bentuk deduktif.
57
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004, hlm. 45.
Universitas Sumatera Utara
35
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LI’AN
A. Pengertian Li’an
Kata li’andiambil dari kata al-la’nu yang artinya jauh dan laknat atau kutukan
58
, disebut demikian karena suami istri yang saling berli’an itu berakibat saling dijauhkan oleh hukum dan diharamkan berkumpul sebagai suami istri untuk
selama-lamanya, atau karena yang bersumpah li’anitu dalam kesaksiannya yang kelima menyatakan bersedia menerima laknat kutuk Allah jika pernyataannya tidak
benar.
59
Secara terminologi li’anmerupakan suatu ucapan sumpah yang dilakukan oleh seorang suami kepada istrinya dengan lima kali sumpah dan pada sumpah yang
terakhir suami mengucapkan sumpah yang diikuti dengan laknat kepadanya jika dia dusta.
60
Menurut istilah Hukum Islam, li’an adalah sumpah yang diucapkan oleh suami ketika ia menuduh istrinya berbuat zina dengan empat kali kesaksian bahwa ia
termasuk orang yang benar dalam tuduhannya, kemudian pada sumpah kesaksian kelima disertai persyaratan bahwa ia bersedia menerima laknat Allah jika ia berdusta
dalam tuduhannya itu.
61
58
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat, Kencana, Bogor, 2003, hlm. 238
59
Ibid., hlm. 238-239.
60
Wahbah Zuhaily, Al-Fiqh Al-Islami wa Adilatuh, Dar al-Fikr, Damsyik, 1984, hlm. 7092
61
Abd. Rahman Ghazaly, Op.Cit., hlm 239
35
Universitas Sumatera Utara
36
Li’an merupakan ucapan tertentu yang digunakan untuk menuduh istri yang telah melakukan perbuatan yang mengotori dirinya berzina yang kemudian menjadi
alasan suami untuk menolak anak. Suami melakukan li’an apabila telah menuduh berzina, tuduhan berat ini pembuktiannya harus mengemukakan empat orang saksi
laki-laki.
62
Li’an merupakan salah satu alternatif yang ditawarkan oleh Islam kepada umat Islam, jika ditengah-tengah perjalanan suami merasakan ada kejanggalan
terhadap anak yang dikandung oleh istrinya, maka jalan yang dapat dilakukan untuk menyangkal anak tersebut yaitu dengan cara li’an. Sayyid Sabiq mengatakan
bahwa:
63
Jika suami melihat istrinya berzina dengan laki-laki lain lebih baik dia menthalaq istrinya, bukan melakukan li’an. Tetapi jika tidak terbukti laki-laki
yang menzinainya, maka suami boleh menuduhnya berbuat zina, dan boleh tidak mengakui kehamilan istrinya, biar dalam keadaan bagaimanapun, karena
ia merasa sama sekali belum pernah mencampuri istrinya sejak aqad nikahnya, atau ia merasa mencampuri istrinya tetapi baru setengah tahun sedangkan
umur kandungannya tidak sesuai dengan usia pernikahannya.
Dari pendapat Sayyid Sabiq dapat dipahami bahwa li’an merupakan salah satu jalan jika suami tidak mau mengakui anak yang dikandung oleh istrinya.
Di dalam hukum positif di Indonesia juga ada diatur mengenai li’an tetapi lebih dikhususkan kepada apa yang disebut dengan pengingkaran atau penyangkalan
anak, seperti yang diatur dalam Pasal 44 ayat 1 dan ayat 2 Undang-Undang
62
M. Hasballah Thaib dan Marahalim Harahap, Hukum Keluarga Dalam Syariat Islam, Universitas Al Azhar, Medan, 2010, hlm. 153.
63
Sayyid Sabiq, Fiqh Sunnah,Juz II, Dar Al-Fath, Mesir, 1995, hlm. 139
Universitas Sumatera Utara
37
Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan ketentuan Pasal 125, Pasal 126, Pasal 127 dan Pasal 128 Kompilasi Hukum Islam.
Berikut akan diuraikan beberapa pengertian li’an yang dibedakan menurut Al- Qur’an dan Hadist dengan yang diatur dalam Ketentuan Perundang-undangan yaitu
Undang-Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 dan Kompilasi Hukum Islam.
1. Menurut Al-Qur’an dan Hadist