Tahapan-tahapan Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Pekal

3.4 Tahapan-tahapan Upacara Perkawinan Adat Masyarakat Pekal

Tata cara upacara perkawinan adat masyarakat Pekal ada dua, yaitu adat dan agama. Pada tata cara menurut adat, dilakukan proses betanyu yang dilakukan oleh pihak laki-laki. Persiapan upacara Perkawinan adat dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya agar semua berjalan dengan baik.

Ada pun tahapan-tahapan dalam upacara Perkawinan adatnya, yaitu:

4. Negak pengujung

5. Persiapan bimbang

6. Akad nikah

7. Acara setelah akad nikah

8. Ngubak basu

9. Malam begandai

10. Pesta resepsi

3.4.1 Betanyu

Betanyu merupakan tahap paling awal dalam proses perkawinan masyarakat Pekal. Pada tahap ini pihak keluarga calon pengantin lanang (orang tua calon pengantin lanang dan sanak saudara lainnya) datang ke rumah calon pengantin tinu bersama dengan Ketua Badan Musyawarah Adat. Mereka akan mengutarakan maksud kedatangan untuk melamar atau menanyakan kesediaan calon pengantin tinu untuk dijadikan menantu bagi keluarga calon pengantin lanang . Setelah lamaran diterima, langsung ditentukan uang hantaran dan mahar. Uang hantaran berkisar 5 juta hingga lebih, tergantung kesepakatan kedua belah pihak. Begitu pula dengan maharnya, bisa berupa cincin emas atau seperangkat alat shalat bahkan keduanya. Di sini juga ditentukan waktu yang tepat untuk mengadakan bimbang, termasuk mengenai berasan. Biasanya jarak antara lamaran dengan bimbang sekitar satu bulan.

3.4.2 Madak

Madak dilakukan dua atau tiga hari sebelumnya bimbang. Disini pihak dari calon pengantin tinu (orang tua atau mamok) datang kesetiap rumah tetangganya yang ada di sekitar tempat acara untuk memberitahukan tentang adanya bimbang dan memberitahukan hal berkenaan dengan waktu dan tempat pelaksanaannya serta mengundang secara langsung kepala keluarga (laki-laki) dari setuiap rumah yang didatangi tersebut agar hadir pada malam berasan dan membantu untuk negak pengujung. Keluarga yang di padak akan merasa senang Madak dilakukan dua atau tiga hari sebelumnya bimbang. Disini pihak dari calon pengantin tinu (orang tua atau mamok) datang kesetiap rumah tetangganya yang ada di sekitar tempat acara untuk memberitahukan tentang adanya bimbang dan memberitahukan hal berkenaan dengan waktu dan tempat pelaksanaannya serta mengundang secara langsung kepala keluarga (laki-laki) dari setuiap rumah yang didatangi tersebut agar hadir pada malam berasan dan membantu untuk negak pengujung. Keluarga yang di padak akan merasa senang

3.4.3 Berasan

Berasan dilakukan pada malam sebelum akad nikah. Biasanya dimulai pada pukul 8 malam sampai dengan selesai. Pada tahap berasan ini orang-orang yang datang ialah calon pengantin lanang beserta keluarga, majelis (orang-orang yang sebelumnya sudah di padak), dan Ketua Badan Musyawarah Adat. Setelah

semuanya berkumpul dan lengguai nikah 13 (lihat pada gambar 3.1) sudah diletakkan di depan Ketua Badan Musyawarah Adat, maka acara sudah bisa

dimulai. Seorang perwakilan dari calon pengantin tinu langsung menyampaikan maksud dan tujuan mereka mengadakan berasan di hadapan majelis, Ketua Badan Musyawarah Adat, dan calon pengantin lanang beserta keluarga. Lalu ia minta izin serta menyampaikan kegiatan-kegiatan apa saja yang akan dilakukan besok hari kepada Ketua Badan Musyawarah Adat. Kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan besok harus terperinci beserta dengan pembagian siapa-siapa saja yang bertugas hingga bimbang selesai. Seperti pemilihan tuo kerjo (pemimpin masak) beserta anggotanya, penyambut tamu, orang yang mendokorasi pengujung, dan sebagainya. Apabila ada kegiatan yang ditambah tanpa dirundingkan pada malam berasan, maka pemilik acara akan dikenakan denda adat. Dan apabila ingin menambah lagi kegiatan tanpa denda adat, harus diadakan berasan kembali. Oleh karena itu, sebelum semua kegiatan dipaparkan, jauh-jauh hari kedua belah pihak

13 Lengguai nikah merupakan wadah yang berisi sirih, pinang, kapur , gambir, tembakau, dan rokok dari daun nipah. Lengguai nikah ini merupakan salah satu benda yang wajib ada pada

malam berasan. Apabila benda ini belum dikeluarkan, berarti pihak calon pengantin tinu belum dipersilahkan menyampaikan maksud.

keluarga saling berembuk terlebih dahulu. Disini pihak calon pengantin tinu juga memberitahukan mengenai jenis pernikahan yang akan diselenggarakan besok. Untuk upacara perkawinan adat yang penulis teliti merupakan bimbang senet.

Setelah itu, salah seorang perwakilan dari calon pengantin lanang menyampaikan juga maksud mereka. Mereka datang untuk menyerahkan uang hantaran beserta mahar yang telah dijanjikan. Mereka pun tidak lupa untuk membawa uang adat sebanyak 2% dari uang hantaran. Mereka biasanya juga meminta agar malam itu ditunangkan antara calon pengantin lanang dan calon pengantin tinu (disini calon pengantin tinu tidak dihadirkan). Sekarang ini banyak masyarakat Pekal mengadakan pertunangan pada malam berasan, karena dianggap paling baik daripada diadakan satu bulan sebelumnya. Menurut bapak

Makmur selaku Ketua Badan Musyawarah Adat Pekal 14 hal ini dilakukan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan kedua belah pihak.

Setelah kedua belah pihak menyampaikan maksud dan tujuannya, maka mereka menunggu putusan dari Ketua Badan Musyawarah Adat mengenai apa yang diterima dan apa yang ditolak. Disini serawo (lihat pada gambar 3.3) wajib dihidangkan sebagai pemutus kata. Ketua Badan Musyawah Adat tidak akan memulai pembicaraan apabila serawo belum dihidangkan. Serawo adalah makanan dari beras pulut yang dimasak kering dan ditaburi kelapa yang sudah dicampur dengan gula merah di atasnya. Serawo merupakan simbol adat masyarakat Pekal. Pada malam berasan ini, pihak keluarga calon pengantin tinu lah yang memasak menyediakannya. Biasanya disajikan dengan bolu koja. Setelah serawo dihidangkan, Ketua BMA sudah bisa menanggapi dan menyetujui

14 Wawancara pada tanggal 15 Februari 2014 14 Wawancara pada tanggal 15 Februari 2014

Gambar 3.1: Lengguai Nikah (Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.2: Lengguai Nikah yang Diletakkan di Hadapan Ketua Badan Musyawarah Adat (Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.3: Serawo

(Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.4:

Bolu Koja yang Akan Dihidangkan Bersama Serawo (Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

3.4.4 Negak Pengujung

Negak Pengujung dilakukan pada pagi hari, biasanya sudah dimulai dari pukul 7 pagi. Pada tahap ini, orang-orang yang telah di padak datang ke rumah calon pengantin tinu untuk mendirikan pengujung. Biasanya orang-orang yang bekerja telah ditentukan pada saat berasan walaupun tidak menutup kemungkinan yang tidak hadir pada saat berasan ikut membantu. Mereka mendirikan pengujung sesuai dengan bahan-bahan yang disediakan pemilik pesta secara bergotong royong. Mereka yang membantu pun sangat dipersilahkan untuk meminjamkan bahan-bahan yang diperlukan untuk negak pengujung seperti papan, seng, kursi, dan lain sebagaianya. Disini serawo juga harus disediakan bagi orang-orang yang membantu mendirikan pengujung.

Setelah negak pengujung, pemilik pesta mengucapkan terima kasih dan memberitahukan mengenai waktu untuk akad nikah di siang harinya melalui Ketua Badan Musyawarah Adat.

3.4.5 Persiapan Bimbang

Dalam tahapan ini, dilakukan berbagai persiapan di rumah calon pengantin tinu, seperti persiapan kamar pengantin, pelaminan dan dekorasinya, memasak, dan lain-lainnya sebelum akad nikahnya dilakukan. Mereka yang telah ditunjuk pada saat berasan lah yang bekerja pada tahap ini.

3.4.6 Akad Nikah

Nikah, merupakan bersatunya dua orang untuk membentuk rumah tangga, yang diwujudkan dengan pernyataan yang disebut dengan Ijab Kabul atau Akad

Nikah. Persyaratan syahnya nikah, yaitu adanya wali pengantin perempuan, saksi, ijab kabul suatu pernyataan kedua pengantin dan uang hantaran. Pelaksanaan akad nikah dilakukan dirumah pengantin perempuan tepatnya di pengujung yang telah disediakan. Terlaksananya akad nikah kemudian disempurnakan dengan acara adat atau pesta perkawinan.

Akad nikah biasanya diadakan pada siang hari setelah Shalat Dzuhur, sekitar pukul 1 siang atau pukul 2 siang. Sebelumnya, calon pengantin lanang bersama keluarga mempersiapkan diri dirumahnya. Calon pengantin mengenakan pakaian adat yang disediakan dari salon yang mereka sewa jasanya, ia pun mempersiapkan diri dengan menghapal ijab kabul yang akan diucapkan nantinya. Sedangkan keluarga besarnya berkumpul terlebih dahulu dan mempersiapkan mengenai apa-apa saja yang akan dibawa. Bagi para tetangga calon penganti lanang pun dipersilahkan yang berkenan untuk ikut serta dalam rombongan. Setelah segala sesuatunya dipersiapkan, berangkatlah calon pengantin lanang beserta keluraga dan partisipan lainnya. Biasanya bila jarak menuju rumah calon pengantin tinu cukup jauh, mereka menggunakan mobil.

Setelah sampai di tempat tujuan dan dipersilahkan masuk oleh pemilik acara melalui Ketua Badan Musyawarah Adat, mereka akan duduk di pengujung yang telah disediakan. Hanya calon pengantin lanang dan orang tua yang menempati pengujung yang dijadikan tempat akad nikah. Setelah semuanya sudah duduk tenang, di persilahkanlah calon pengantin tinu untuk masuk dan duduk tidak jauh dari calon pengantin lanang sebagai tanda akad nikah akan dimulai. Wajah calon pengantin tinu ditutup oleh selendang.

Orang tua laki-laki dari calon pengantin tinu lah yang menikahkan putrinya. Namun apabila orang tua laki-laki calon pengantin tinu sudah meninggal, bisa digantikan dengan saudara laki-laki calon pengantin tinu atau wali yang telah ditunjuk. Pada saat mengucapkan Ijab Kabul, calon pengantin lanang bersalaman dengan orang tua laki-laki calon pengantin tinu dan ditutup sapu tangan. Pengucapan Ijab Kabul ini di saksikan oleh Ketua Badan Musyawarah, Imam Mesjid setempat, perwakilan dari KUA, majelis, dan keluarga besar kedua belah pihak. Setelah Ijab Kabul diucapkan dan dinyatakan sah, selendang yang menutup wajah pengantin tinu sudah boleh dibuka dan sudah boleh duduk berdampingan dengan pengantin lanang. Setelah itu mereka menandatangi surat-surat dari pihak KUA dan saling menyematkan cincin.

Gambar 3.5: Rombongan Calon Pengantin lanang Tiba (Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.6: Lengguai Nikah yang Dibawa Calon Pengantin Lanang (Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.7: Irisan Daun Pandan dan Bunga yang Dibawa Calon Pengantin Lanang (Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.8: Kue yang Juga Dibawa oleh Calon Pengantin Lanang (Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.9: Pengucapan Ijab Kabul (Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

Gambar 3.10: Penyematan Cincin (Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)

3.4.7 Acara Setelah Akad Nikah

Acara yang dilakukan setelah akad nikah sudah pasti telah dibicarakan di saat berasan. Acara yang dimaksud merupakan acara wajib setelah akad nikah. Pemilik bimbang biasanya hanya memilih satu acara atau semua acara untuk dilakukan, seperti khatam kaji, belarak, batepung, dan bersanji. Mereka yang memilih semua acara untuk dilaksanakan sudah sangat jarang ditemui, biasanya hanya memilih satu atau dua acara. Biasanya bila memilih acara lebih dari satu, maka bimbang yang dilaksanakan harus bimbang gedang. Pada upacara perkawinan adat yang penulis teliti, pihak pengantin tinu memilih bersanji Acara yang dilakukan setelah akad nikah sudah pasti telah dibicarakan di saat berasan. Acara yang dimaksud merupakan acara wajib setelah akad nikah. Pemilik bimbang biasanya hanya memilih satu acara atau semua acara untuk dilakukan, seperti khatam kaji, belarak, batepung, dan bersanji. Mereka yang memilih semua acara untuk dilaksanakan sudah sangat jarang ditemui, biasanya hanya memilih satu atau dua acara. Biasanya bila memilih acara lebih dari satu, maka bimbang yang dilaksanakan harus bimbang gedang. Pada upacara perkawinan adat yang penulis teliti, pihak pengantin tinu memilih bersanji

3.4.7.1 Khatam Kaji

Khatam Kaji merupakan acara dimana pengantin tinu membaca Al Qur’an hingga tamat. Pengantin tinu membaca Al Qur’an dihadapan pengantin lanang dan orang banyak. Biasanya acara ini dilakukan bagi pengantin tinu yang belum tamat membaca Al Qur’an. Menuru bapak Makmur biasanya dibaca dari surat Ad- Dhuha sampai dengan surat Annas. Setelah itu ditutup dengan doa khusus yang dipimpin oleh Imam yang telah ditunjuk.

3.4.7.2 Belarak

Belarak adalah acara pengantin lanang dan pengantin tinu berkeliling kampung. Mereka berkeliling kampung diiringi dengan rebana yang dimainkan. Dengan belarak ini mereka secara tidak langsung memberitahukan bahwa mereka telah sah menjadi suami istri. Setelah itu mereka kembali ke pelaminan.

3.4.7.3 Batepung

Batepung adalah salah satu acara setelah akad nikah dimana sebelum kedua pengantin masuk ke rumah diberikan nasihat. Kedua pengantin berdiri di halaman depan teras rumah pengantin tinu sambil memegang kain yang dialas dengan tikar. Keluarga pengantin tinu berdiri di teras menghadap ke arah pengantin. Pada acara ini didatangkan pemantun untuk berpantun sambil Batepung adalah salah satu acara setelah akad nikah dimana sebelum kedua pengantin masuk ke rumah diberikan nasihat. Kedua pengantin berdiri di halaman depan teras rumah pengantin tinu sambil memegang kain yang dialas dengan tikar. Keluarga pengantin tinu berdiri di teras menghadap ke arah pengantin. Pada acara ini didatangkan pemantun untuk berpantun sambil

3.4.7.4 Bersanji

Bersanji pada upacara perkawinan adat ini dipimpin oleh Imam Mesjid. Disini Imam Mesjid menyampaikan doa-doa, pujia-pujian dan kisah tentang riwayat Nabi Muhammad berdasarkan kitab Al-Barzanji yang ditulis Syekh Ja’far Al-Barzanji bin Hasan bin Abdul Karim lalu para majelis yang hadir termasuk kedua pengantin menyahutinya. Bersanji pada upacara perkawinan adat ini merupakan sebuah pengharapan agar upacara perkawinan tersebut lancar serta kedua pengantin kelaknya bisa hidup berdampingan secara rukun. Pada upacara perkawinan adat masyarakat Pekal yang penulis teliti, hanya acara bersanji ini yang dilakukan.

3.4.8 Ngubak Basu

Ngubak basu diadakan setelah gelaran acara akad nikah selesai. Acara ini diadakan dirumah pengantin tinu. Disini pengantin lanang diperkenalkan kepada seluruh keluarga pengantin tinu. Disini juga dijelaskan kepada pengantin mengenai hal-hal yang membantu terjadinya upacara, mulai dari orang-orang yang memasak, menyediakan makanan, menyambut tamu, barang-barang yang dipinjam dari tetangga, dan sebagainya. Hal ini dilakukan agar kedua pengantin mengerti bahwa mereka nantinya harus saling tolong menolong terhadap sesama. Acara ini dihadiri oleh Ketua BMA, Kepala Desa dan perangkatnya, serta pihak yang berkepentingan. Setelah acara ini selesai biasanya Ketua Badan Musyawarah

Adat menyampaikan mengenai ada atau tidak adanya acara setelah ngubak basu ini. Bila tidak mengadakan malam begandai dikenal dengan istilah gam yang artinya malam tanpa acara.

3.4.9 Malam Begandai

Malam begandai diadakan pada malam hari setelah ngubak basu, biasanya dimulai pada pukul 8 malam di rumah pengantin tinu, atau selesai Shalat Magrib dan Shalat Isya. Malam begandai ini dihadiri oleh Ketua BMA, kedua pengantin yang duduk bersanding di pelaminan, keluarga besar kedua pengantin, dan masyarakat Pekal yang ingin menyaksikannya. Malam begandai diawali dengan kata sambutan dari Ketua Badan Musyawarah Adat lalu dari keluarga pengantin tinu , dan pertunjukan tadisi Gandai bisa dimulai.

Pertunjukan dimulai dengan menari yang pantunnya berisi nasehat-nasehat kepada kedua pengantin. Biasanya penarilah yang menyampaikan pantunnya. Lalu beristirahat sejenak sambil makan serawo dan makanan lainnya seperti bolu koja dan kue talam bersama-sama. Makanan ini disajikan dengan teh manis atau kopi. Serawo sendiri wajib dihidangkan bagi penari dan pemusik. Apabila serawo tidak disajikan bagi penari atau pemusik, maka pihak pemilik pesta dikenai sangsi adat. Setelah itu pertunjukan dilanjutkan dengan menari lagi. Biasanya disini pantun yang dibawakan sudah bersifat bebas namun pemantun masih dikalangan penari atau pemusik. jika terasa sudah cukup lama, maka penari istirahat kembali. Setelah itu acara dilanjutkan lagi, namun bila ada dari penonton yang ingin menari dipersilahkan untuk naik ke pengujung dengan mengenakan sarung. Mereka yang naik untuk menari biasanya telah menentukan pasangan yang akan diajak menari.

Biasanya malam begandai berakhir pada pukul 1 pagi. Sesuai dengan permintaan pemilik acara yang sudah disampaikan pada saat berasan. Tradisi Gandai yang ditampilkan diselingi dengan makan serawo bersama dan berbalas pantun. Bagi masyarakat yang ingin menari, bisa ikut serta menari dengan mengenakan sarung. Malam begandai merupakan salah bagian dari upacara perkawinan adat masyarakat Pekal di Kecamatan Ketahun yang bisa dikatakan sebagai pelengkap upacara perkawinan adat, yang dilakukan oleh golongan masyarakat yang tingkat perekonomiannya relatif baik. Jika malam begandai ini tidak diadakan, pesta resepsi keesokan akan harinya tetap berlangsung.

Untuk tradisi Gandainya, beberapa hari sebelum upacara perkawinan, biasanya pihak pengantin akan menghubungi pihak karang taruna desa melalui ketua Badan Musyawarah Adat Pekal untuk meminta menari dalam upacara perkawinan adat yang akan digelar nantinya. Setelah itu pihak karang taruna akan memilih penari dan pemusiknya. Kemudian penari dan pemusik yang sudah ditentukan akan dihubungi dan dikabari kapan pelaksanaan upacara akan digelar.

Pada saat hari pelaksanaan upacara perkawinan adatnya, tepatnya di sore hari setelah akad nikah, penari dan pemusik melakukan persiapan masing-masing seperti pengenaan kostum dan riasan sebelum malam begandai dimulai. Saat acara dimulai, para penari diposisikan di atas pengujung yang dapat dilihat pengantin, keluarga besar, dan masyarakat yang hadir. Acara ini selesai sesuai dengan kesepakatan waktu pada saat berasan dan ditutup dengan ucapan terimakasih dari pihak pemilik acara kepada semua yang terlibat serta doa bersama.

Gambar 3.11: Pertunjukan tradisi Gandai pada Malam Begandai (Dokumentasi Frita Anjelina, 2014)