Wanda Wayang
2.4.2 Wanda Wayang
Wanda adalah ekspresi terutama pada wajah dan bentuk tubuh dari tokoh wayang yang mengungkapkan watak dan kepriba- dian dari tokoh wayang tersebut untuk mendukung suasana-suasa- na tertentu dalam sebuah adegan. Sebagai contoh, Prabu Baladewa mempunyai wanda sebagai berikut, Baladewa wanda Paripeksa, di- gunakan untuk adegan yang memiliki suasana normal, tidak dalam keadaan marah. Pada saat adegan Prabu Baladewa menghadiri su- atu perhelatan misalnya upacara perkawinan, maka dipergunakan Baladewa wanda Jagong, Baladewa wanda Geger dipergunakan pa-
da saat adegan peperangan/pertempuran, sedangkan untuk mendu- kung adegan dengan suasana marah, digunakan Baladewa wanda Kaget (terkejut).
Secara umum wanda wayang merupakan kesatuan dari berbagai unsur yang terdiri dari posisi menunduk atau tengadahnya muka/wajah wayang, ukuran dan bentuk sanggul, ukuran dan bentuk mata, kondisi badan, yaitu ukuran dan posisinya, ukuran dan kese- imbangan leher, sikap dan keseimbangan bahu, ukuran bentuk pe- rut, dan busana yang dipakai.
Dari hal yang telah disampaikan di atas dapat ditarik kesim- pulan bahwa dari setiap satu tokoh wayang dapat memiliki berma- cam-macam wanda dan bentuk serta ukuran untuk mendukung dise- tiap suasana adegan yang dibutuhkan. Memang ada beberapa per- bedaan tentang wanda dari gaya pedalangan tiap-tiap daerah, misal- nya antara pedalangan gaya Surakarta dengan pedalangan gaya Ja- watimuran. Muka/wajah tokoh wayang Bima atau Wrekodara pada gaya Surakarta berwarna hitam, namun pada gaya Jawatimuran ber- warna merah, dan lain-lain. Perbedaan tersebut tidak berarti ada yang salah dari salah satu daerah, namun justru menunjukkan keka- yaan karakter budaya dari daerah yang bersangkutan.
Berikut ini akan disampaikan beberapa contoh dari wanda
wanda Karna. Ciri-ciri dari Batara Guru wanda Karna adalah muka lebar agak menunduk, mata tegak, leher lebih condong ke depan, ta- ngan 4 (empat) buah yang 2 memegang cis, dan yang 2 lagi bersi- lang, dada tegak, mahkota topongan, praba kecil, busana bagian ba- wah menggunakan sarung dengan penutup ukiran daun patran.
Fungsi dari tokoh wayang Batara Guru Wanda Karna ada- lah untuk adegan dalam pathet Manyura, adegan Srambahan, arti- nya dapat digunakan untuk segala suasana, adegan tidak dalam tah- ta/singgasana, adegan jaman Prabu Parikesit.
Batara Guru wanda Rama, ciri-cirinya sebagai berikut muka menunduk, leher panjang, menggunakan mahkota tinggi seperti yang digunakan Prabu Kresna, posisi pundak tegak, posisi dada te- gak, busana bagian bawah menggunakan celana panjang, bersepatu dan dipenuhi dengan ukiran daun patran. Fungsi dari Batara Guru wanda Rama digunakan untuk adegan Jejer Kahyangan, atau ade- gan batara guru duduk di singgasana.
Durga wanda Wewe disebut juga wanda Belis yang guna- nya untuk adegan-adegan srambahan. Sedangkan ciri-cirinya ada- lah, muka menunduk, mata 2 (dua) buah berbentuk bulat, badan ge- muk seksi (bentrok), sanggul kelingan, pundak condong ke depan, pundak bagian belakang lebih tinggi, busana bagian bawah dilingkari daun patran.
Durga Wanda Surak sama seperti Durga wanda Wewe. Durga Wanda Surak juga digunakan untuk adegan srambahan. Per- bedaan keduanya terletak pada bentuk tubuh, busana serta pemun- culan dan pembedaan karakter pada suasana adegan yang berbeda. Sedangkan ciri-cirinya adalah muka tegak, pundak tegak, mata satu buah berbentuk bulat, memakai praba, sanggul gembelan, busana bagian bawah dilingkari daun patran.
Kresna Wanda Rondon digunakan untuk adegan jejer kera- jaan dalam pathet Nem. Sedangkan ciri-cirinya adalah wajah agak menunduk, posisi mata agak tegak, posisi leher condong meman- jang, dada tegak, pundak tegak, badan berwarna prada emas de- ngan bentuk agak gemuk.
Kresna Wanda Surak digunakan untuk adegan-adegan srambahan. Ciri-cirinya adalah wajah lancap dengan posisi mene- ngadah, mata tegak, posisi bagian bawah agak turun, leher panjang, posisi pundak bagian depan agak lebih tinggi dari yang belakang, badan berwarna hitam dengan bentuk agak ramping, dada agak con- dong ke belakang.
Gathotkaca Wanda Guntur digunakan untuk adegan sram- bahan dalam pathet nem atau pada adegan terbang. Ciri-cirinya ada- lah wajah menunduk, bentuk mulut ngawet (tampak seperti ditarik ke belakang), ukuran sanggul agak besar, mata berukuran kecil, leher condong ke depan, pundak tegak, dada membusung besar, seluruh
62 tubuh berwarna prada emas, jangkah (jarak langkah kaki) lebar, kaki
bagian belakang bertumpu mundur. Gathotkaca wanda Kilat digunakan untuk adegan perang. Ciri-cirinya adalah muka/wajah sedikit melongok tegak, ukuran sang- gul kecil, muka agak sempit, leher agak besar, posisi pundak depan dan belakang sejajar datar, ukuran bentuk tubuh sedikit gemuk dan tinggi, badan berwarna hitam, praba agak kecil dengan garuda mungkur juga kecil.
Wanda tokoh-tokoh wayang yang dicontohkan tersebut me- rupakan sebagian kecil dari wanda-wanda yang sesungguhnya ma- sih jauh lebih banyak lagi, misalnya tokoh wayang Arjuna tidak ku- rang memiliki 14 macam wanda yaitu Arjuna wanda Bronjong, Arjuna wanda Gendreh, Arjuna wanda Janggleng, Arjuna wanda Jimat, Ar- juna wanda Kadung, Arjuna wanda Kanyut, Arjuna wanda Kedhu, Ar- juna wanda Kinanthi, Arjuna wanda Lintang, Arjuna wanda Malat, Ar- juna wanda Malatsih, Arjuna wanda Mangu, Arjuna wanda Mangung- kung, dan Arjuna wanda Muntab.
Sedangkan tokoh wayang Bimasena memiliki 16 macam wanda yaitu Bimasena wanda Bambang, Bimasena wanda Bedhil , Bimasena wanda Bugis, Bimasena wanda Gandhu, Bimasena wan-
da Gurnat, Bimasena wanda Jagong, Bimasena wanda Jagor, Bima- sena wanda Kedhu, Bimasena wanda Ketug, Bimasena wanda Lin- dhu, Bimasena wanda Lindhu Panon, Bimasena wanda Lindhu Bam- bang, Bimasena wanda Lintang, Bimasena wanda Panon, Bimasena wanda Mimis, Bimasena wanda Thathit.
Tokoh wayang yang banyak digemari dan memiliki peranan yang juga banyak dalam mendukung suasana adegan memiliki wan-
da yang banyak pula. Mungkin Bimasena dan Arjuna memiliki wan-
da yang paling banyak dibandingkan dengan tokoh wayang yang lain. Namun ada juga wayang yang tidak memiliki wanda karena ti- dak populer.