Kesejahteraan dan Perlindungan Anak

30 Kesenjangan gender rasio wanitalaki-laki di negara-negara industri maju mencapai 1,05 lebih tinggi dari negara-negara berkembang dengan rasio wanita laki-laki sebesar 0,93 dimana fenomena ini terjadi karena usia harapan hidup dan angka kematian bayi di negara-negara maju lebih tinggi dibandingkan negara-negara berkembang. Makin menyempitnya penguasaan lahan pertanian di Kabupaten Lombok Barat menyebabkan terbatasnya peluang kerja, sehingga laki-laki mengadu nasib sebagai buruh migran untuk bekerja ke luar negeri seperti Malaysia dan Arab Saudi, sementara wanita biasanya tetap di rumah. Kalaupun ada wanita yang bekerja sebagai buruh migran, jumlahnya lebih kecil dibandingkan laki-laki. Fenomena inilah yang menyebabkan tingginya rasio wanita dan laki-laki di Kabupaten Lombok Barat.

3. Kesejahteraan dan Perlindungan Anak

Kesejahteraan dan perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi UU Nomor 23 tahun 2002. Meningkatnya persentase anak dengan gizi buruk merupakan sisi lain dari permasalahan kesehatan yang terus membutuhkan penanganan. Angka penurunan gizi buruk di Indonesia baru mencapai 14 persen. Tapi, dalam tahun terakhir penurunan itu sangat landai dan tidak bisa cepat lagi sehingga dikhawatirkan target Millenium Development Goals MDGs 2015 sebesar 15 tidak tercapai. Selain itu, Prevalensi kekurangan gizi pada balita harus dapat mencapai target MDGs sebesar 15,5 persen pada tahun 2015. Sedangkan pada 1989 angkanya 31 persen dan tahun 2007 sebesar 18,4 persen. Pemerintah harus menurunkan prevalensi gizi kurang pada tahun 2015 menjadi setengah dari keadaan tahun 1990. Dalam bidang pendidikan juga terdapat persoalan seperti angka putus sekolah yang masih cukup besar. Pada jenjang SD dari kelompok ekonomi paling rendah masih ada sekitar 13 persen secara nasional yang tidak tamat SD, artinya mereka putus sekolah sebelum tamat, sementara dari mereka yang lulus 30 SD sebesar 87,0 persen hanya 56,7 persen yang melanjutkan ke jenjang sekolah menengah SMA-SMK. Fakta lain, kasus-kasus kekerasan pada anak meningkat, kasus anak diperdagangkan meningkat, pekerja anak masih tinggi, anak jalanan sulit dikendalikan, anak pemakai narkoba meningkat dan masalah-masalah perlindungan khusus lainnya. Gambaran meluasnya epidemi terlihat dari jumlah kasus kumulatif dilaporkan terjadinya peningkatan pada jumlah kasus AIDS. Pada tahun 2007 terdapat 11.140 kasus, tahun 2008 terdapat 16.140 kasus, meningkat menjadi 19.973 pada akhir tahun 2009 dan kemudian kembali meningkat pada tahun 2010 menjadi 22.726 kasus. Artinya, kasus AIDS di Indonesia terus meningkat setiap tahun. Peningkatan jumlah kasus HIVAIDS akan terus terjadi apabila tidak ada keseriusan dari semua pihak. Beberapa implikasi peningkatan kasus HIVAIDS ini adalah permasalahan narkoba, maraknya hubungan berisiko, masalah perekonomian yang membuat maraknya penjaja seks, dan penggunaan kondom yang masih sangat minim. 3.2. Telaahan Visi, Misi dan Program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih Penyusunan Rencana Strategis Renstra Dinas Kesehatan Kabupaten Lombok Barat tahun 2014-2019 mengacu pada pencapaian visi dan misi serta program Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah terpilih untuk kurun waktu 5 lima tahun kedepan. Dalam mencapai visi Kabupaten Lombok Barat yaitu “Terwujudnya Masyarakat Lombok Barat yang Unggul, Mandiri, Sejahtera dan Bermartabat Dilandasi Nilai Patut, Patuh, Patju “, maka Pemerintah Kabupaten Lombok Barat menetapkan 7 tujuh misi. Diantara ketujuh misi tersebut, Dinas Kesehatan berperan dalam Misi Kelima yaitu Meningkatkan Kualitas Sumberdaya Manusia yang Mampu Beradaptasi Terhadap Perkembangan Regional, Nasional dan Global Lombok Barat Sehat dan Cerdas yang ditujukan untuk meningkatkan kualitas mutukompetensi pendidikan dan tenaga kependidikan, meningkatkan kualitas dan profesionalisme layanan kesehatan dasar pada masyarakat serta meningkatkan pengarusutamaan gender PUG di daerah. 30 Dalam upaya melaksanakan misi tersebut, rencana pembangunan kesehatan yang tertuang dalam Renstra Dinas Kesehatan tahun 2014-2019, telah diidentifikasi beberapa faktor pendorong atau kekuatan strength dan faktor penghambat atau kelemahan weakness, diantaranya yaitu :

1. Kekuatan Strength