Analisis Besi (Fe) Pada Air Bersih Dengan Menngunakan Inductively Couple Plasma

(1)

ANALISIS BESI (Fe) PADA AIR BERSIH DENGAN

MENGGUNAKAN INDUCTIVELY COUPLE PLASMA (ICP)

TUGAS AKHIR

OLEH:

ALWAN HUSEIN SIREGAR NIM 112410005

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS BESI (Fe) PADA AIR BERSIH DENGAN

MENNGUNAKAN INDUCTIVELY COUPLE PLASMA (ICP)

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara OLEH:

ALWAN HUSEIN SIREGAR NIM 112410005

Medan, Mei 2014 Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,

NIP 195409091982011001 Prof. Dr. Karsono, Apt.

Disahkan Oleh: Dekan,

NIP 195311281983031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisis Besi (Fe) Pada Air Bersih Dengan Menggunakan Inductively Couple Plasma (ICP)”yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebagaimana mestinya dan pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi USU.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.

3. Bapak Prof. Dr. Karsono, Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.


(4)

4. Ibu Sumaiyah, S.Si., M.Si., Apt., sebagaiDosen Penasehat Akademikyang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal Akademik setiap semester.

5. Ibu Rumanti Siahaan, SKM., M.Kes., beserta seluruh Staf dan Pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) Medan.

6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.

7. Sahabat – sahabat penulis yang telah memberikan semangat, keceriaan, saling bertukar pikiran dan dukungan dalam suka dan duka khususnya buat, Ervina Edib Hanum Harahap, Elliyusnora Harahap, Abdullah Ryan, Denny Satria dan Almh. Ayu Pratiwi Harahap.

8. Teman- teman Analis Farmasi Dan Makanan stambuk 2011, adik–adik stambuk 2012 dan yang tidak disebutkan namanya, terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya, serta masukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

Terakhir dan teristimewapenulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Nawawi Siregardan Ibunda Rumila Harahap yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh cinta dan kasih sayang dari kecil hingga saat ini, memberikan motivasi, doa, dan restu serta materi yang tak ternilai harganya dengan apapun. Beserta kakak - kakak penulis tercinta Rita Rubiaslan Siregar, Yusnauda Siregar, Yuni Andriani Siregar dan Asriana Siregar.


(5)

Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.

Medan, Penulis,

Alwan Husein Siregar NIM. 112410005


(6)

ANALISIS BESI (Fe) PADA AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN INDUCTIVELY COUPLE PLASMA (ICP)

Abstrak

Air merupakan unsur yang sangat essensial untuk kehidupan semua makhluk hidup termasuk manusia. Adanya unsur-unsur lain dalam air berguna jika unsur tersebut tidak melebihi batas ambang. Air bersih harus memenuhi standar kualitas air bersih yang sudah ditetapkan, salah satunya adalah standar kadar Besi (Fe). Besi (Fe) berguna bagi metabolisme tubuh maupun dalam pembentukan sel darah merah, kekurangan unsur besi (Fe) dapat mengakibatkan anemia. Tetapi apabila kadar besi (Fe) dalam air bersih melewati ambang batas maka akan menimbulkan efek negatif yang mengakibatkan keracunan, gangguan pada hati, cacat herediter, dan sindrom hemokromatosis.

Oleh karena itu, perlu diadakan pemeriksaan terhadap kadar besi (Fe) pada air bersih. Untuk mengetahui kadar besi (Fe) pada sampel air bersih, dapat dilakukan dengan menggunakan Inductively Couple Plasma (ICP).

Berdasarkan hasil analisa pada sampel air sumur penduduk dari desa N – 4 Aek Nabara Utara, Kabupaten Labuhan Batu diperoleh nilai kadar besi (Fe) dengan rata-rata sebesar 0,01573 mg/L. Kadar besi (Fe) yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel air bersih tersebut memenuhi persyaratan sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang baku mutu untuk air bersih yaitu 1,0 mg/L.


(7)

ANALYSIS OFIRON (Fe) IN PURE WATER BY USING INDUCTIVELY COUPLE PLASMA (ICP)

Abstract

Water is a very essential element for all living organism included for human. The presence of other compounds in useful if it the compound do not exceed sill boundary. Pure water must fiil quality standard of pure water which have been standard, one of them is level of iron (Fe). Iron (Fe) is useful for body metabolism and also in forming of eritrosit, the shortage of iron (Fe) element can result damage of anemia. But if iron (Fe) rate in pure water exceed sill boundary will make negative effect that can result toxic. The trouble at liver, hereditary flawed, and hemochromatosis syndrome.

Therefore, need to analysis for iron (Fe) in pure water. The concentration of iron (Fe) was contained in pure water sample had been determined by using Inductively Couple Plasma (ICP).

Based on analysis result at well water inhabitant sample from N – 4 village Aek Nabara Utara, Labuhan Batu regency has been got of iron (Fe) rate with an average 0,01573 mg/L. The levels of iron (Fe) abtained indicate that the pure water sample meets the requirements of the Minister For Public Health of Indonesia Republic decision 416/MENKES/PER/IX/1990 about quality standard for pure water is 1,0 mg/L.


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3

1.2.1 Tujuan ... 3

1.2.2 Manfaat ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Air Dalam Kehidupan ... 4

2.1.1 Air Bersih ... 5

2.1.2 Pencemaran Air ... 7

2.1.3 Komponen Pencemaran Air ... 7

2.1.4 Persyaratan Air Bersih ... 8

2.2 Logam ... 9

2.2.1 Logam Dalam Air ... 10

2.2.2 Besi ... 11

2.2.3 Sifat Racun Besi Terhadap Manusia ... 11

2.3 Inductively Couple Plasma (ICP) ... 12

2.3.1 Prinsip Inductively Couple Plasma ... 13

2.3.2 Instrumentasi Inductively Couple Plasma (ICP) ... 14

2.3.3 Proses Pendispersian Cahaya Pada Alat ICP ... 15

BAB III METODE PENGUJIAN ... 16

3.1 Tempat ... 16

3.2 Sampel, Alat dan Bahan ... 16

3.2.1 Sampel ... 16

3.2.2 Alat ... 16

3.2.3 Bahan ... 16


(9)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 18

4.1 Hasil ... 18

4.2 Pembahasan ... 18

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 20

5.1 Kesimpulan ... 20

5.2 Saran ... 20


(10)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Hasil Pengukuran Analisis Besi (Fe) Pada Sampel Air Bersih... 18


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1 Baku Mutu Air Bersih Menurut


(12)

ANALISIS BESI (Fe) PADA AIR BERSIH DENGAN MENGGUNAKAN INDUCTIVELY COUPLE PLASMA (ICP)

Abstrak

Air merupakan unsur yang sangat essensial untuk kehidupan semua makhluk hidup termasuk manusia. Adanya unsur-unsur lain dalam air berguna jika unsur tersebut tidak melebihi batas ambang. Air bersih harus memenuhi standar kualitas air bersih yang sudah ditetapkan, salah satunya adalah standar kadar Besi (Fe). Besi (Fe) berguna bagi metabolisme tubuh maupun dalam pembentukan sel darah merah, kekurangan unsur besi (Fe) dapat mengakibatkan anemia. Tetapi apabila kadar besi (Fe) dalam air bersih melewati ambang batas maka akan menimbulkan efek negatif yang mengakibatkan keracunan, gangguan pada hati, cacat herediter, dan sindrom hemokromatosis.

Oleh karena itu, perlu diadakan pemeriksaan terhadap kadar besi (Fe) pada air bersih. Untuk mengetahui kadar besi (Fe) pada sampel air bersih, dapat dilakukan dengan menggunakan Inductively Couple Plasma (ICP).

Berdasarkan hasil analisa pada sampel air sumur penduduk dari desa N – 4 Aek Nabara Utara, Kabupaten Labuhan Batu diperoleh nilai kadar besi (Fe) dengan rata-rata sebesar 0,01573 mg/L. Kadar besi (Fe) yang diperoleh menunjukkan bahwa sampel air bersih tersebut memenuhi persyaratan sesuai dengan PERMENKES RI No. 416/MENKES/PER/IX/1990 tentang baku mutu untuk air bersih yaitu 1,0 mg/L.


(13)

ANALYSIS OFIRON (Fe) IN PURE WATER BY USING INDUCTIVELY COUPLE PLASMA (ICP)

Abstract

Water is a very essential element for all living organism included for human. The presence of other compounds in useful if it the compound do not exceed sill boundary. Pure water must fiil quality standard of pure water which have been standard, one of them is level of iron (Fe). Iron (Fe) is useful for body metabolism and also in forming of eritrosit, the shortage of iron (Fe) element can result damage of anemia. But if iron (Fe) rate in pure water exceed sill boundary will make negative effect that can result toxic. The trouble at liver, hereditary flawed, and hemochromatosis syndrome.

Therefore, need to analysis for iron (Fe) in pure water. The concentration of iron (Fe) was contained in pure water sample had been determined by using Inductively Couple Plasma (ICP).

Based on analysis result at well water inhabitant sample from N – 4 village Aek Nabara Utara, Labuhan Batu regency has been got of iron (Fe) rate with an average 0,01573 mg/L. The levels of iron (Fe) abtained indicate that the pure water sample meets the requirements of the Minister For Public Health of Indonesia Republic decision 416/MENKES/PER/IX/1990 about quality standard for pure water is 1,0 mg/L.


(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan manusia. Sekitar tiga per empat dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorang pun yang dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Penyediaan sumber air bersih harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat karena persediaan air bersih yang terbatas memudahkan timbulnya penyakit di masyarakat. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa ada permasalahan yang hampir sama yaitu keamanan air minum bagi kesehatan masyarakat. Anggapan dari sebagian masyarakat bahwa air bening itu adalah air bersih dan air yang bersih itu adalah air sehat serta layak untuk dikonsumsi tidaklah selalu benar. Air yang kelihatan bening secara visual belum tentu bersih, dan air yang kelihatannya bersihpun belum tentu memenuhi kriteria sehat yang dapat langsung dikonsumsi (Pitoji, 2002).

Mengingat pentingnya peran air, sangat diperlukan adanya sumber air yang dapar menyediakan air yang baik dari segi kuantitas dan kualitasnya. Di Indonesia, umunya sumber air minum berasal dari air permukaan (surfedit water), air tanah (ground water), dan air hujan. Termasuk air permukaan adalah air sungai dan air danau, sedangkan air tanah dapat berupa air sumur dangkal, air sumur dalam maupun mata air (Mulia, 2005).

Air sumur merupakan jenis sarana air bersih yang paling sederhana dan sudah lama dikenal oleh masyarakat. Sumur dibuat dengan cara menggali tanah


(15)

sampai pada kedalaman lapisan tanah kedap air pertama, dibawah lapisan tanah dangkal antara 6-15 meter dari permukaan tanah atau dibuat dengan cara bor yang dikenal sebagai sumur bor (Suriwiria, 1996).

Kualitas dan kuantitas air yang sesuai dengan kebutuhan manusia merupakan faktor penting yang menentukan kesehatan hidupnya. Kuantitas air berhubungan dengan adanya bahan-bahan lain terutama senyawa-senyawa kimia baik dalam bentuk senyawa organik maupun anorganik dan juga adanya mikroorganisme yang memegang peranan penting dalam menentukan komposisi kimia air. Kuantitas air ditentukan oleh beberapa parameter diantaranya kandungan beberapa ion logam dan anion logam dalam air, seperti logam berat dan juga logam lain yang lebih ringan (Effendi, 2003).

Kualitas air sumur yang baik tidak diperbolehkan mengandung unsur besi dengan kadar melebihi batas-batas tertentu sehingga menimbulkan gangguan kesehatan. Besi merupakan salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui hampir disetiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan pada semua badan air. Kandungan unsur besi pada air tanah lebih tinggi dibanding air permukaan (Alaert, 1987).

Kadar unsur besi yang dianjurkan antara 0,3-1,0 dengan satuan mg/L. Unsur ini dalam jumlah kecil diperlukan untuk pembentukan sel-sel darah merah. Kadar unsur besi yang ditimbun dalam tubuh disimpan sebagai endapan hemosiderin dalam hati, pankreas, kulit dan sendi yang menyebabkan cacat herediter pada pengaturan absorpsi besi yang menyebabkan sindrom kelebihan besi yang dikenal dengan hemokromatosis (Darmono, 2001).


(16)

Dari keterangan diatas penulis tertarik untuk melakukan penulisan dengan memilih judul “Analisis Besi (Fe) Pada Air Bersih Dengan Menggunakan Inductively Couple Plasma (ICP)” karena pencemaran logam berat khususnya besi sangat penting sebagai parameter uji dalam menentukan sebuah kualitas air. 1.2 Tujuan Dan Manfaat

1.2.1 Tujuan

Adapun tujuan analisis besi pada air bersih adalah:

1. Analisis besi pada air bersih bertujuan untuk mengetahui kadar besi yang terkandung pada air bersih.

2. Analisis besi pada air bersih bertujuan untuk mengetahui apakah air bersih yang diperiksa memenuhi persyaratan menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: 416/MENKES/PER/IX/1990. 1.2.2 Manfaat

Analisis besi pada air bersih memberikan manfaat yaitu untuk mengetahui konsentrasi kadar unsur besi dalam air sumur penduduk desa N-4 Aek Nabara Utara kecamatan Bilah Hulu, kabupaten Labuhan Batu, serta memberi informasi apakah telah memenuhi standar persyaratan yang ditetapkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 416/MENKES/PER/IX/1990 yang mensyaratkan batas maksimum kadar besi pada air bersih adalah 1,0 mg/L.


(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Air Dalam Kehidupan

Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk berbagi kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan generasi sekarang maupun generasi yang akan datang dan aspek penghematan dan pelestarian sumber daya air harus ditanamkan pada segenap pengguna air (Effendi, 2003).

Air yang merupakan kebutuhan esensial bagi manusia. Rata-rata setiap orang memerlukan 100-250 liter per hari bergantung pada tingkat kesejahteraan atau ekonominya. Golongan ekonomi menengah ke bawah mengkonsumsi rata-rata 150 liter per hari. Untuk air minum dan memasak makanan dibutuhkan lebih kurang 2-3 liter/ orang setiap hari, walaupun jumlah ini relatif sangat kecil dibanding kebutuhan lainnya tapi membutuhkan kualitas yang sangat baik (Fardiaz,1992).

Dalam kehidupan manusia, air dapat dipakai untuk berbagai macam kegiatan seperti:

1. Pemakaian domestik, misalnya; mandi, mencuci, minum, makan dan lain-lain.


(18)

2. Pemakaian industri, misalnya; obat, makanan, minuman dan lain-lain. 3. Pengangkutan dan transportasi air.

4. Sumber tenaga mekanik. 5. Pertanian, irigasi, perikanan. 6. Rekreasi.

7. Penguraian kotoran (Fardiaz,1992). 2.1.1 Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan akan menjadi air minum setelah dimasak terlebih dahulu. Sebagai batasannya, air bersih adalah air yang memenuhi persyaratan bagi sistem penyediaan air minum. Adapun persyaratan yang dimaksud adalah persyaratan dari segi kualitas air yang meliputi kualitas fisik, kimia, biologi dan radiologis, sehingga apabila dikonsumsi tidak menimbulkan efek samping (Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990).

Air bersih ini diperoleh dari sumur gali, sumur bor, air hujan, air ledeng, air tanah, dan air dari sumber mata air.

1. Air Hujan

Air hujan dapat ditampung kemudian termasuk kategori air bersih, tetapi air hujan ini tidak mengandung kalsium. Oleh karena itu, agar dapat dijadikan air minum yang sehat perlu ditambahkan kalsium didalamnya (Sumantri, 2010).


(19)

2.Air Sungai dan Danau (Air Permukaan)

Air sungai dan danau berdasarkan asalnya juga berasal dari air hujan yang mengalir melalui saluran-saluran ke dalam sungai atau danau. Kedua sumber air ini sering juga disebut air permukaan. Oleh karena air sungai dan danau ini sudah terkontaminasi atau tercemar oleh berbagai macam kotoran, maka bila akan dijadikan air minum harus diolah terlebih dahulu (Sumantri, 2010).

3. Mata Air

Air yang keluar dari mata air ini berasal dari air tanah yang muncul secara alamiah. Oleh karena itu, air dari mata air ini bila belum tercemar oleh kotoran sudah dapat dijadikan air minum langsung. Tetapi karena kita belum yakin apakah betul belum tercemar maka alangkah baiknya air tersebut direbus dahulu sebelum diminum (Sumantri, 2010).

4. Air Sumur

Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah, sehingga disebut sebagai air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda. Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur pompa dangkal ini belum begitu sehat karena kontaminasi kotoran dari permukaan tanah masih ada. Oleh karena itu perlu direbus dahulu sebelum diminum (Gabriel, 2001).

Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah. Dalamnya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena


(20)

itu, sebagaian besar air sumur dalam ini sudah cukup sehat untuk dijadikan air minum yang langsung (tanpa melalui proses pengolahan) (Gabriel, 2001).

2.1.2 Pencemaran Air

Pencemaran air adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau sudah tidak berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (KepMenKLH No.Kep-02/MENKLH/I/1988). 2.1.3 Komponen Pencemaran Air

Komponen pencemaran air dikelompokkan sebagai berikut: 1. Bahan Buangan Padat

Merupakan bahan buangan yang berbentuk padat, baik yang kasar (butiran besar) maupun yang halus (butiran kecil).

2. Bahan Buangan Organik

Pada umumnya merupakan limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme.

3. Bahan Buangan Anorganik

Pada umumnya merupakan limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan ini masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium


(21)

(Cd), Air Raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium (Mg), Kobalt (Co) dan lainnya.

4. Bahan Buangan Olahan Bahan Makanan

Sebenarnya bahan buangan olahan bahan makanan dapat juga dimasukkan ke dalam kelompok bahan buangan organik, namun dalam hal ini sengaja dipisahkan karena bahan buangan olahan bahan makanan seringkali menimbulkan bau busuk. Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk dapat menurunkan keanekaragaman dan mengganggu estetika juga berdampak negatif bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak komponen beracun (Nugroho, 2006). (Wardhana, 2004). 2.1.4 Persyaratan Air Bersih

Di dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.416/MENKES/PER/IX/ 1990, persyaratan air bersih dapat di tinjau dari parameter fisika, parameter kimia, parameter mikrobiologi dan parameter radioaktivitas.

1. Paramater fisika

Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau ± 25 ºC, apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25 ºC ± 3 ºC.

2. Parameter kimiawi

Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah: pH, total suspended solid, kesadahan (CaCO3), kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn),


(22)

tembaga (Cu), seng (Zn), klorida (Cl), nitrit (NO2), nitrat (NO3

3. Parameter mikrobiologi

), flourida (F), serta logam berat yaitu kadmium (Cd), timbal (Pb), arsen (As), khrom (Cr) dan air raksa (Hg).

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya bakteri E. coli atau fecal coli dalam air.

4. Parameter radioaktivitas

Persyaratan radioaktifitas mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif, seperti sinar alfa dan beta (Permenkes No. 416/Menkes/PER/IX/1990).

2.2 Logam

Logam menurut pengertian orang awam adalah barang yang padat dan berat yang biasanya selalu digunakan oleh orang untuk alat-alat dapur atau untuk perhiasan, yaitu besi, baja, emas dan perak. Logam dapat menyebabkan timbulnya suatu bahaya pada makhluk hidup . Hal ini terjadi jika sejumlah logam mencemari lingkungan. Logam-logam tertentu sangat berbahaya jika ditemukan dalam konsentrasi tinggi dalam lingkungan, karena logam tersebut mempunyai sifat merusak tubuh makhluk hidup dan bisa menyebabkan keracunan secara kronis (Darmono, 1995). (Frank, 1994).

Dalam hal ini logam dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu logam esensial dan non esensial. Logam esensial adalah logam yang sangat membantu


(23)

didalam proses fisiologis makhluk hidup dengan jalan membantu kerja enzim atau pembentukan organ dari makhluk yang bersangkutan. Sedangkan logam non esensial adalah logam yang peranannya dalam tubuh makhluk hidup belum diketahui, kandungannya dalam jaringan hewan sangat kecil dan apabila kandungannya tinggi akan dapat merusak organ-organ tubuh makhluk yang bersangkutan (Frank, 1994).

2.2.1 Logam Dalam Air

Beberapa macam logam biasanya dominan daripada logam lainnya didalam air, hal ini sangat bergantung pada sumber air dan jenisnya. Didalam air biasanya logam berikatan dalam senyawa kimia atau dalam bentuk logam ion, bergantung pada komponen tempat logam tersebut berada. Biasanya tingkat konsentrasi logam berat dalam air dibedakan menurut tingkat pencemarannya, yaitu polusi berat, polusi sedang, dan non polusi. Suatu perairan dengan tingkat polusi berat biasanya memiliki kandungan logam berat dalam air, dan organism yang hidup didalmnya cukup tinggi (Darmono, 2001).

Pada tingkat polusi sedang, kandungan logam berat air dan biota yang hidup didalamnya berada dalam batas marjinal. Sedangkan pada tingkat organisme yang hidup didalamnya sangat rendah, bahkan tidak terdeteksi. Oleh karena itu suatu pencemaran logam berat dalam lingkungan perairan perlu diperhatikan secara serius, mengingat akan timbulnya akibat buruk bagi keseimbangan lingkungan hidup (Darmono, 2001).


(24)

2.2.2 Besi

Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat di bumi, pada semua lapisan geologis dan semua badan air. Pada umumnya, besi yang ada didalam air dapat bersifat:

1. Terlarut sebagai Fe2+ (Ferro) atau Fe3+

2. Tersuspensi sebagai butir koloidal (diameter < 1 µm) atau > 1, seperti Fe

(Ferri)

2O3, FeO, Fe(OH)3

3. Tergabung dengan zat organik atau zat padat inorganik. dan sebagainya.

Pada air permukaan jarang ditemui kadar Fe lebih dari 1 mg/L, tetapi didalam air tanah kadar Fe dapat jauh lebih tinggi. Pada air yang tidak mengandung O2 seperti air tanah, besi berada sebagai Fe2+ yang cukup dapat terlarut. Sedangkan pada air sungai terjadi aerasi, Fe2+ teroksidasi menjadi Fe3+

2.2.3 Sifat Racun Besi Terhadap Manusia (Alaert, 1987).

Besi yang murni adalah logam berwarna putih perak, melebur pada suhu 1535 ºC. Adanya unsur-unsur besi (Fe) dalam air diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan unsur tersebut. Besi (Fe) merupakan unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur tersebut per hari, yang tidak hanya diperoleh dari air tapi juga makanan lainnya. Besi dalam tubuh makhluk hidup berperan penting dalam sel darah merah, dimana besi berikatan dengan Hemoglobin (Hb) dimana Hb mengandung besi 3,4 gr/kg. oleh karena itu kekurangan logam ini dapat menyebabkan anemia (Gabriel, 2001). (Palar, 2004).


(25)

Disisi lain besi juga dapat memberikan pengaruh negatif bagi kehidupan manusia jika konsentrasi unsur ini melebihi ± 2 mg/l, seperti menyebabkan gangguan fungsi hati karena kelebihan Fe yang diendapkan sebagai hemosiderin terutama dalam hati, pankreas, kulit dan sendi yang menyebabkan cacat herediter pada pengaturan absorpsi besi yang menyebabkan sindroma kelebihan besi yang dikenal dengan Hemokromatosis. Keracunan besi biasanya sering ditandai dengan gejala-gejala sakit perut, diare, atau muntah yang berwarna kecoklatan, terkadang bercampur darah. Penderita akan terlihat lemah, gelisah, dan sakit perut. Gejala ini biasanya jarang menimbulkan kematian tetapi hal tersebut secara mendadak dapat saja terjadi kematian (Frank, 1994).

2.3 Inductively Couple Plasma (ICP)

Inductively Couple Plasma (ICP) merupakan metode yang berdasarkan ion yang tereksitasi dan memancarkan sinar. Intensitas cahaya yang terpancar pada panjang gelombang tertentu dan mempunyai karakteristik unsur tertentu yang terukur berhubungan dengan konsentrasi dari tiap unsur dari sampel. Inductively couple plasma (ICP) adalah induksi yang diperoleh dari arus bolak-balik pada frekuensi radio melalui kumparan. Berguna untuk mendeteksi kandungan logam dalam sampel dari lingkungan (Manday, 2012).

ICP termasuk dalam spektro atomik yaitu sebuah teknik yang digunakan untuk mendeteksi jejak logam dalam sampel dan untuk mendapatkan karekteristik unsur-unsur yang memancarkan gelombang tertentu. Spektroskopi atomik digunakan untuk penentuan kualitatif dan kuantitatif dari sekitar 70 elemen. Ciri khas Spektro Atomik adalah bahwa dalam spektro atomik, sampel harus


(26)

diatomkan terlebih dahulu. Dari segi deteksi limit, ICP lebih bagus deteksi limitnya di banding flame AAS, namun lebih besar deteksi limitnya kalau dibandingkan dengan system Tungku Karbon. Sementara untuk gas yang dipakai AAS menggunakan acetylene dan udara atau N2

2.3.1 Prinsip Inductively Couple Plasma

O. Semantara ICP manggunakan argon sebagai gas pembakar. Pemakaian argon 1 tabung hanya bisa di pakai kira-kira untuk 4 jam (Manday, 2012).

Prinsip utama dari ICP adalah mengukur intensitas energi atau radiasi yang dipancarkan oleh unsur-unsur yang mengalami perubahan tingkat energi atom (eksitasi atau ionisasi). Larutan sampel di hisap dan dialirkan melalui capillary tube menuju ke nebulizer. Nebulizer mengubah larutan sampel menjadi aerosol dan kemudian diinjeksikan melalui ICP. Pada temperatur plasma sampel-sampel akan teratomisasi dan tereksitasi. Atom yang tereksitasi akan kembali ke keadaan awal (ground state) sambil memancarkan sinar radiasi. Sinar radiasi ini didispersi oleh komponen optik. Sinar yang terdispersi secara berurutan muncul pada masing-masing panjang gelombang unsur dan diubah dalam bentuk sinyal listrik yang besarnya sebanding dengan sinar yang dipancarkan oleh besarnya konsentrasi unsur. Sinyal listrik ini kemudian diproses oleh sistem pengolahan data (Wibawa, 2012).


(27)

2.3.2 Instrumentasi Inductively Couple Plasma (ICP) 1. Plasma

Merupakan campuran gas yang memiliki sifat konduktor yang mengandung konsentrasi besar dari kation dan elektron. Plasma diperoleh dari sebuah gas yang terionisasi, ketika obor dinyalakan maka menghasilkan medan magnet yang kuat. 2. Medan magnet

Sebuah medan magnet adalah medan vektor yang dapat memberikan suatu gaya magnet pada muatan listrik bergerak dan pada dipol magnetik.

3. Pompa peristaltik

Sebuah pompa peristaltik adalah jenis pompa perpindahan positif digunakan untuk memompa berbagai cairan. Fluida yang terkandung dalam tabung fleksibel yang dipasang di dalam casing pompa melingkar memberikan sebuah berair atau sampel organik menjadi nebulizer.

4. Nebulizer

Nebulizer berfungsi untuk mengubah cairan sampel menjadi aerosol. 5. Spray chamber

Spray chamber berfungsi untuk mentransportasikan aerosol ke plasma, pada spray chamber ini aerosol mengalami desolvasi atau volatisasi yaitu proses penghilangan pelarut sehingga didapatkan aerosol kering yang bentuknya telah seragam.


(28)

6. RF generator

RF generator adalah alat yang menyediakan tegangan (700-1500 Watt) untuk menyalakan plasma dengan argon sebagai sumber gas - nya. Tegangan ini ditransferkan ke plasma melalui load coil, yang mengelilingi puncak dari obor. 7. Difraksi kisi

Dalam optik, kisi difraksi adalah komponen optik dengan pola yang teratur, yang terbagi menjadi beberapa sinar cahaya perjalanan di arah yang berbeda di mana ia dipisahkan menjadi komponen-komponen radiasi dalam spektrofotometer optik. Intensitas cahaya kemudian diukur dengan photomultiplier.

8. Photomultiplier

Photomultiplier merupakan sebuah tabung vakum, dan lebih khusus lagi phototubes, dimana alat ini sangat sensitif terhadap detektor cahaya dalam bentuk sinar ultraviolet, cahaya tampak, dan inframerah (Wibawa, 2012).

2.3.3 Proses pendispersian cahaya pada alat ICP

Cahaya yang dipancarkan oleh unsur atom atau ion dalam ICP harus di ubah ke sinyal listrik. Hal ini dilakukan dengan memecahkan cahaya menjadi komponen radiasi dan kemudian mengukur intensitas cahaya dengan tabung photomultiplier pada panjang gelombang yang spesifik untuk setiap baris elemen. Setiap elemen akan memiliki panjang gelombang tertentu dalam spektrum yang dapat digunakan untuk analisis (Wibawa, 2012).


(29)

BAB III

METODE PENGUJIAN

3.1Tempat

Analisis besi (Fe) pada air bersih dengan menggunakan inductively couple plasma (ICP)dilakukan di instansi Laboratorium Kimia Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL&PP) Medan yang bertempat di Jln. Wahid Hasyim No. 15 Medan.

3.2Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel

Adapun sampel yang diuji pada analisis ini adalah sampel air bersih yang berasal dari air sumur penduduk desa N-4 Aek Nabara Utara kecamatan Bilah Hulu, kabupaten Labuhan Batu.

3.2.2 Alat

Peralatan yang digunakan dalam pengujian analisis ini adalah; beaker glass 500 ml, pipet tetes, test tube, komponen lengkap peralatan Inductively Couple Plasma (ICP) serta tissue.

3.2.3 Bahan

Adapun bahan yang digunakan pada pengujian analisis ini adalah; air bersih sebagai sampel uji dan larutan standar baku multi elemen ICP.

3.3. Prosedur

1. Alirkan gas argon, tunggu 5 menit untuk pembersihan/ purging 2. Hidupkan exhaust system


(30)

3. Hidupkan instrumen ICP, tunggu 10 menit untuk warming up

4. Hidupkan water chiller, tunggu 5 menit sampai temperatur stabil (sekitar 23 ºC-24 ºC)

5. Hidupkan komputer dan buka ICP software, klik instrument icon 6. Klik W/ L Calib, tunggu sampai ICP selesai wavelength calibration 7. Klik worksheet icon

8. Buat worksheet baru, klik new (jika sudah ada metode yang dibuat langsung klik open)

9. Masukkan/ klik blank (=akuades)

10. Hidupkan plasma, tunggu 5 menit sampai stabil 11. Tentukan parameter yang akan diuji

12. Klik standard dan masukkan nilai standar larutan bakunya 13. Masukkan sample number dan calibration solution

14. Kemudian klik OK dan klik manual sample source (jika perlakuan manual)

15. Klik analysis page

16. Pilih standard dan sampel yang akan dianalisa, aktifkan dengan cara diblok, klik kanan, dan dipilih select for analysis. Kemudian klik start

icon Fe, maka kadar Fe yang terkandung pada sampel air bersih akan

terbaca.

17. Matikan plasma, tutup worksheet dan tutup ICP software 18. Matikan water chiller serta ICP instrumen


(31)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengukuran analisis besi (Fe) pada sampel air bersih dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1: Hasil pengukuran analisis besi (Fe) pada sampel air bersih

No. Nomor Sampel Hasil

Baku mutu

Persyaratan

1. 287/K/AB/01/2014 (1) 0,01531 1,0 mg/L Memenuhi persyaratan PERMENKES RI Nomor:

416/MENKES/PER/IX /1990

2. 287/K/AB/01/2014 (2) 0,01586 1,0 mg/L 3. 287/K/AB/01/2014 (3) 0,01603 1,0 mg/L Rata-rata = 0,01573 1,0 mg/L

4.2 Pembahasan

Dari hasil analisis yang dilakukan tehadap air bersih dengan parameter besi (Fe) pada sampel dengan nomor 287/AB/01/2014 yang berasal dari air sumur penduduk desa N-4 Aek Nabara Utara kecamatan Bilah Hulu, kabupaten Labuhan Batu diperoleh hasil pengukuran rata-rata sebesar 0,01573 mg/ L. Kadar besi (Fe) yang diperoleh tersebut masih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh PERMENKES RI nomor 416/MENKES/PER/IX/1990.


(32)

Unsur besi (Fe) terdapat pada hampir semua air tanah. Air tanah umumnya mempunyai konsentrasi karbon dioksida yang tinggi dan mempunyai konsentrasi oksigen terlarut yang rendah, kondisi ini menyebabkan konsentrasi besi (Fe) yang tidak terlarut menjadi besi tereduksi (yang larut) dalam bentuk ion bervalensi dua (Fe2+). Selain itu besi ditemukan pula pada air tanah yang mengandung asam yang berasal dari humus yang mengalami penguraian dari tanaman atau tumbuhan yang bereaksi dengan unsur besi untuk membentuk ikatan kompleks organik. Konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dari 0,01 mg/1 sampai dengan ± 25 mg/1.


(33)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa analisis besi (Fe) pada air bersih dengan menggunakan Inductively Couple Plasma (ICP) yang terdapat pada sampel uji yang berasal dari air sumur penduduk desa N-4 Aek Nabara Utara kecamatan Bilah Hulu, kabupaten Labuhan Batu yang telah dilakukan diperoleh kadar rata – rata sebesar 0,01573 mg/L, nilai tersebut masih memenuhi persyaratan karena tidak melebihi baku mutu sesuai ketentuan PERMENKES/416/MENKES/PER/IX/1990 karena kadarnya tidak lebih dari 1,0 mg/L.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan pengujian sampel uji dengan parameter uji yang lain seperti kesadahan, kandungan Pb, Hg, CN, zat organik dan sebagainya. Selain itu ada baiknya juga dilakukan pengujian dengan parameter yang sama yaitu Fe terhadap sumber air bersih yang lain pada daerah yang sama.


(34)

DAFTAR PUSTAKA

Alaert, G. (1987). Metode Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Halaman 37, 101.

Darmono. (1995). Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press. Halaman 21-25.

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungan dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI – Press. Halaman 139-140, 145. Effendy, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Halaman

197-198.

Fardiaz, S. (1992). Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Rajawali Pers. Halaman 68, 74-76.

Frank, C.(1994). Toksikologi Dasar Edisi Kedua. Jakarta: UI Press. Halaman 367-369.

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-02/MENKLH/I/1998. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

Manday, P. (2012). Mengenal ICP Untuk Analisa Logam. Diambil dari: 2014.

Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 57-58, 63.

Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Halaman 10 -13.

Peraturan Menteri Kesehatan No. PERMENKES/416/MENKES/PER/IX/1990. Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum/ Air Bersih.

Pitoji, S. (2002). Deteksi Pencemar Air Minum. Demak: CV Aneka Ilmu. Halaman 2-3, 28, 32-33.

Suriawiria, U. (1996). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: Alumni. Halaman 70-72, 106.

Sumantri, Arif. (2010), Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta: Kharisma Media Utama. Halaman 19-221.


(35)

Sutrisno, T. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman. 3-14.

Wardhana, W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Halaman 71–72, 78-79, 81.

Wibawa, A. (2012). Inductively Couple Plasma. Diambil dari: 2014.


(36)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Baku Mutu Air Bersih Menurut Peraturan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU

1 BAU - Tidak berbau

2 RASA - Tidak berasa

3 Fe mg/l 1,0

4 Mn mg/l 0,5

5 Zn mg/l 15

6 Cd mg/l 0,005

7 Pb mg/l 0,05

8 Hg mg/l 0,001

9 As mg/l 0,05

10 Se mg/l 0,01

11 NITRIT mg/l 1

12 FLUORIDA mg/l 1,5 13 ZAT ORGANIK mg/l 10 14 SIANIDA mg/l 0,1

15 pH - 6.5 – 9

16 NITRAT mg/l 10

17 SUHU C DEVIASI 3 C

18 KLORIDA mg/l 600

19 KROM VAL.6 mg/l 0,05 20 DETERJEN mg/l 0,5

21 WARNA TCU 50

22 KEKERUHAN NTU 25

23 TDS mg/l 1500

24 SULFAT mg/l 400


(1)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Hasil pengukuran analisis besi (Fe) pada sampel air bersih dapat dilihat pada tabel 1 berikut:

Tabel 1: Hasil pengukuran analisis besi (Fe) pada sampel air bersih

No. Nomor Sampel Hasil

Baku mutu

Persyaratan

1. 287/K/AB/01/2014 (1) 0,01531 1,0 mg/L Memenuhi persyaratan PERMENKES RI Nomor:

416/MENKES/PER/IX /1990

2. 287/K/AB/01/2014 (2) 0,01586 1,0 mg/L 3. 287/K/AB/01/2014 (3) 0,01603 1,0 mg/L Rata-rata = 0,01573 1,0 mg/L

4.2 Pembahasan

Dari hasil analisis yang dilakukan tehadap air bersih dengan parameter besi (Fe) pada sampel dengan nomor 287/AB/01/2014 yang berasal dari air sumur penduduk desa N-4 Aek Nabara Utara kecamatan Bilah Hulu, kabupaten Labuhan Batu diperoleh hasil pengukuran rata-rata sebesar 0,01573 mg/ L. Kadar besi (Fe) yang diperoleh tersebut masih memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh PERMENKES RI nomor 416/MENKES/PER/IX/1990.


(2)

Unsur besi (Fe) terdapat pada hampir semua air tanah. Air tanah umumnya mempunyai konsentrasi karbon dioksida yang tinggi dan mempunyai konsentrasi oksigen terlarut yang rendah, kondisi ini menyebabkan konsentrasi besi (Fe) yang tidak terlarut menjadi besi tereduksi (yang larut) dalam bentuk ion bervalensi dua (Fe2+). Selain itu besi ditemukan pula pada air tanah yang mengandung asam yang berasal dari humus yang mengalami penguraian dari tanaman atau tumbuhan yang bereaksi dengan unsur besi untuk membentuk ikatan kompleks organik. Konsentrasi besi pada air tanah bervariasi mulai dari 0,01 mg/1 sampai dengan ± 25 mg/1.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa analisis besi (Fe) pada air bersih dengan menggunakan Inductively Couple Plasma (ICP) yang terdapat pada sampel uji yang berasal dari air sumur penduduk desa N-4 Aek Nabara Utara kecamatan Bilah Hulu, kabupaten Labuhan Batu yang telah dilakukan diperoleh kadar rata – rata sebesar 0,01573 mg/L, nilai tersebut masih memenuhi persyaratan karena tidak melebihi baku mutu sesuai ketentuan PERMENKES/416/MENKES/PER/IX/1990 karena kadarnya tidak lebih dari 1,0 mg/L.

5.2 Saran

Sebaiknya dilakukan pengujian sampel uji dengan parameter uji yang lain seperti kesadahan, kandungan Pb, Hg, CN, zat organik dan sebagainya. Selain itu ada baiknya juga dilakukan pengujian dengan parameter yang sama yaitu Fe terhadap sumber air bersih yang lain pada daerah yang sama.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alaert, G. (1987). Metode Penelitian Air. Surabaya: Penerbit Usaha Nasional. Halaman 37, 101.

Darmono. (1995). Logam Dalam Sistem Biologi Makhluk Hidup. Jakarta: UI Press. Halaman 21-25.

Darmono. (2001). Lingkungan Hidup dan Pencemaran: Hubungan dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI – Press. Halaman 139-140, 145. Effendy, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Kanisius. Halaman

197-198.

Fardiaz, S. (1992). Analisis Mikrobiologi Pangan. Jakarta: Rajawali Pers. Halaman 68, 74-76.

Frank, C.(1994). Toksikologi Dasar Edisi Kedua. Jakarta: UI Press. Halaman 367-369.

Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. KEP-02/MENKLH/I/1998. Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.

Manday, P. (2012). Mengenal ICP Untuk Analisa Logam. Diambil dari: 2014.

Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 57-58, 63.

Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Halaman 10 -13.

Peraturan Menteri Kesehatan No. PERMENKES/416/MENKES/PER/IX/1990. Daftar Persyaratan Kualitas Air Minum/ Air Bersih.

Pitoji, S. (2002). Deteksi Pencemar Air Minum. Demak: CV Aneka Ilmu. Halaman 2-3, 28, 32-33.

Suriawiria, U. (1996). Air dalam Kehidupan dan Lingkungan yang Sehat. Bandung: Alumni. Halaman 70-72, 106.

Sumantri, Arif. (2010), Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta: Kharisma Media Utama. Halaman 19-221.


(5)

Sutrisno, T. (1991). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta. Halaman. 3-14.

Wardhana, W. (2004). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Penerbit Andi. Halaman 71–72, 78-79, 81.

Wibawa, A. (2012). Inductively Couple Plasma. Diambil dari: 2014.


(6)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Tabel Baku Mutu Air Bersih Menurut Peraturan Kesehatan Republik Indonesia Nomor 416/MENKES/PER/IX/1990

NO PARAMETER SATUAN BAKU MUTU

1 BAU - Tidak berbau

2 RASA - Tidak berasa

3 Fe mg/l 1,0

4 Mn mg/l 0,5

5 Zn mg/l 15

6 Cd mg/l 0,005

7 Pb mg/l 0,05

8 Hg mg/l 0,001

9 As mg/l 0,05

10 Se mg/l 0,01

11 NITRIT mg/l 1

12 FLUORIDA mg/l 1,5

13 ZAT ORGANIK mg/l 10

14 SIANIDA mg/l 0,1

15 pH - 6.5 – 9

16 NITRAT mg/l 10

17 SUHU C DEVIASI 3 C

18 KLORIDA mg/l 600

19 KROM VAL.6 mg/l 0,05

20 DETERJEN mg/l 0,5

21 WARNA TCU 50

22 KEKERUHAN NTU 25

23 TDS mg/l 1500

24 SULFAT mg/l 400