Pajak Negara Pajak Pusat dan Pajak Daerah

mencerminkan semangat berbangsa dan bernegara yang berjiwa demokratis. Dikatakan pula bahwa demokrasi yang berarti kesetaraan dan partisipasi, maka demokrasi perpajakan dimaknai sebagai terbangunnya sistem perpajakan yang menggambarkan adanya kesetaraan antara pemerintah dan masyarakat pembayar pajak, sehingga memungkinkan munculnya partisipasi masyarakat, sejak dari proses pembuatan kebijakan perpajakan, pengumpulan pajak dan pemanfaatan uang pajak. Prinsip dari demokrasi yang paling urgen adalah meletakkan kekuasaan di tangan rakyat, bukan di tangan penguasa. 41

2. Pembedaan Pajak dan Pembagiannya

Pengolongan pajak terjadi dengan tinjauan dari segi : 42 a. Siapakah yang berwenang memungut pajak b. Saat mulai timbulnya utang pajak. c. Pembebanan pajak. d. Administrasi perpajakan. Sedangkan pembagiannya berdasarkan penggolongan di atas adalah sebagai berikut :

a. Pajak Negara Pajak Pusat dan Pajak Daerah

Timbulnya pajak negara dan pajak daerah adalah tinjauan dari segi siapakah yang berwenang memungut pajak. Dalam hal yang 41 Irianto, Edi Slamet, - Syarifuddin Jurdi, 2005, Politik Perpajakan, Membangun Demokrasi Negara, UII Press, Yogyakarta. Halaman : 94 42 Boediono, 1996:25-28 berhak memungut pajak adalah Pemerintah Pusat, jenis-jenis pajak dimaksud digolongkan sebagai Pajak Negara atau Pajak Pusat. Sebaliknya jenis-jenis pajak yang pemungutannya merupakan hak Pemerintah Daerah disebut dengan Pajak Daerah. Pemerintah Pusat yang berhak memungut pajak adalah Departemen Keuangan, yang jenis pajaknya terdiri dari : 1 Pajak PenghasilanPPh 2 Pajak Pertambahan Nilai PPN, termasuk Pajak Penjualan Barang Mewah PPN BM 3 Bea Materai 4 Pajak Bumi dan Bangunan PBB 5 Cukai 6 Bea Masuk 7 Pajak Ekspor Pajak Daerah menurut UU No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 34 Tahun 2000 terdiri dari : 1 Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan diatas air 2 Bea Balik Nama kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air 3 Pajak bahan bakar kendaraan bermotor 4 Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah dan permukaan 5 Pajak hotel 6 Pajak restoran 7 Pajak hiburan 8 Pajak reklame 9 Pajak penerangan jalan 10 Pajak pengambilan bahan galian golongan C 11 Pajak Parkir Pajak daerah selama ini berpedoman pada dua kaedah, ialah kaedah sentral central-norm dan kaedah lokal local-norm. Kaedah sentral dalam pengaturan perpajakan daerah dibedakan menjadi dua, yaitu : 43 1 Peraturan Perundang-undangan Pemerintahan daerah a Undang-undang Nomor 1 Tahun 1957 b Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 c Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 d Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 2 Peraturan Perundang-undangan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah a Undang-undang Nomor 11DrtTahun 1957 b Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 c Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Kaedah lokal dalam pengaturan perpajakan daerah berpedoman pada Peraturan Daerah yang dibuat dan diberlakukan oleh Pemerintah Daerah yang bersangkutan. 43 Mustaqiem, dkk, 2007, Kontribusi Pemikiran untuk 50 Tahun, Prof. DR. Moh. Mahfud MD., SH, Retrospeksi Terhadap Masalah hukum dan Kenegaraan FH UII Press, Pascasarjana FH UII. Halaman : 274 Perbedaan antara Pajak Pusat dan Pajak Daerah dapat pula dilihat berdasarkan karakteristik atas obyek kedua jenis pajak tersebut. 44 Pajak yang dipungut oleh Pemerintah Pusat biasanya mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : 1 Dipungut terhadap obyek yang relatif mobile, untuk menghindari perpindahan faktor produksi sebagai akibat dari sistem pengenaan pajak yang berbeda. 2 Obyek pajaknya lebih sensitif atau elastis terhadap pendapatan masyarakat, untuk menghindari adanya fluktuatif anggaran sebagai akibat dari fluktuatifnya penerimaan pajak. 3 Basis pengenaan pajak tidak terdistribusi secara merata di semua daerah. Demikian pula ciri-ciri dari Pajak daerah adalah kebalikan dari ciri-ciri yang melekat pada Pajak Pusat seperti yang telah disebutkan di atas.

b. Pajak Subyektif dan Pajak Obyektif