Latar Belakang Kasus

3.1 Latar Belakang Kasus

Dalam kerangka Membangun Bangsa Dan Watak Bangsa (Nation And Character Building) berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera, maka berdasar pada Pasal 33 UUD 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) melalui BUMN (PT. Semen Indonesia) bermaksud membangun atau mendirikan pabrik semen di Kabupaten Rembang yang terletak di Desa Tegaldowo dan Desa Timbrangan Kecamatan Gunem yang masuk area Gunung Kendeng, serta Desa Kadiwono, Kecamatan Bulu yang masuk area Gunung Bokong. PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Yang tunduk dan berdasar pada UU.RI. No. 19 Tahun 2003 TentangBadan Usaha Milik Negara; dan UU. RI. No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas.

Badan Usaha Milik Negara yang berbentuk perusahaan perseroan (PERSERO) adalah merupakan salah satu pelaku kegiatan ekonomi yang penting di dalam perekonomian nasional, yang bersama-sama dengan pelaku ekonomi lain yaitu swasta (besar-kecil, domestik-asing) dan koperasi, merupakan pengejawantahan dari bentuk bangun demokrasi ekonomi yang akan terus dikembangkan secara bertahap dan berkelanjutan. Tepat pada Hari Senin Legi Tanggal 16 Juni 2014, PT Semen Indonesia (Persero) Tbk melakukan pembangunan pabrik baru dengan menggelar acara peletakan batu pertama pendirian pabrik semen di Rembang. Pembangunan pabrik semen di Rembang itu kemudian menimbulkan konflik antara PT. Semen Indonesia dan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah (Gubernur Jawa Tengah) melawan Warga atau Kelompok Masyarakat desa tempat berdirinya pabrik, warga sekitar pabrik serta Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Bibit-bibit konflik sejatinya sejak awal telah terjadi dan diawali pada saat PT. Semen Indonesia menggelar acara peletakan batu pertama tanda dimulainya pembangunan pabrik semen di Rembang. Warga menggelar aksi demo sebagai bentuk penolakan terhadap pembangunan pabrik semen di Rembang, sehingga warga terlibat bentrok dengan aparat kepolisian dan tentara karena dihadang barikade polisi, saat mencoba mendekat ke lokasi peletakan batu pertama pembangunan pabrik semen. Sejumlah peserta aksi jatuh pingsan dan lainnya berteriak histeris. Fenomena sosial itu semakin menghangat seiring adanya Bibit-bibit konflik sejatinya sejak awal telah terjadi dan diawali pada saat PT. Semen Indonesia menggelar acara peletakan batu pertama tanda dimulainya pembangunan pabrik semen di Rembang. Warga menggelar aksi demo sebagai bentuk penolakan terhadap pembangunan pabrik semen di Rembang, sehingga warga terlibat bentrok dengan aparat kepolisian dan tentara karena dihadang barikade polisi, saat mencoba mendekat ke lokasi peletakan batu pertama pembangunan pabrik semen. Sejumlah peserta aksi jatuh pingsan dan lainnya berteriak histeris. Fenomena sosial itu semakin menghangat seiring adanya

PT Semen Indonesia (Persero) Tbk sebelumnya juga pernah mendapatkan penolakan keras dari warga saat berencana membangun pabrik baru di Pati, Jawa Tengah, sehingga proyek tersebut tidak bisa dilanjutkan, meski perseroan sudah mengantongi berbagai persyaratan dan ijin, termasuk membebaskan sebagian lahan untuk pabrik. Rencana pembangunan pabrik tersebut gagal karena mendapat penolakan dari masyarakat setempat. Pembangunan pabrik semen di dua kabupaten Jawa Tengah (Rembang dan Pati) dengan investasi kurang lebih sekitar Rp 10 triliyun, tidak semulus rencana. Di Pati, didemo habis- habisan oleh warga dan LSM, sehingga proyek tidak bisa dilanjutkan.

Demikian pula untuk pembangunan pendirian pabrik PT Semen Indonesia (Persero) Tbk di Rembang, telah terjadi penolakan dari warga masyarakat. Berbagai macam kelompok massa bergerak. Mulai dari warga, LSM, hingga mahasiswa, bahu membahu menolak pendirian pabrik semen tersebut. Pemberitaan yang muncul di berbagai media massa mengenai pembangunan pabrik semen di Rembang tersebut dapat mempengaruhi pembentukan citra perusahaan. Hubungan antara PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dengan masyarakat telah terganggu, tidak baik dan tidak harmonis bahkan telah terjadi konflik, sedangkan hubungan baik itu merupakan aset sangat penting bagi perusahaan. hubungan baik itu merupakan salah satu kapital sosial. Oleh karena itu, diperlukan sebuah upaya nyata yang sistematis, praktis dan prakmatis untuk melakukan pemulihan hubungan dengan pendekatan sosiologi hukum agar tujuan pendirian Industri pabrik semen di Rembang oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk bisa tercapai atau terwujud karena Negara melalui BUMN PT. Semen Indonesia telah mengucurkan biaya investasi berupa uang yang jumlahnya cukup fantastik hampir 3 T untuk pembangunan pabrik semen di Rembang.