Kesesuaian Aturan *)
Kesesuaian Aturan *)
Negara ekspor
Negara panen
Wajib diisi apabila bahan baku kayu/produk kayu Wajib diisi apabila bahan baku kayu yang akan dan turunannya yang akan diekspor ke Indonesia diekspor ke Indonesia berupa kayu bulat atau log. bukan merupakan kayu bulat atau log.
(1) Diisi dengan nama dan nomor peraturan negara (1) Diisi dengan nama dan nomor peraturan
panen yang mengatur perdagangan kayu dan
negara eksportir yang mengatur perdagangan
atau pemanen hasil hutan.
kayu yang meliputi batasan/cakupan spesies (2) Diisi kesesuaian aturan negara eksportir dengan dan/atau produk; dan
ketentuan sebagai berikut
(2) Diisi kesesuaian aturan negara eksportir
a) Diisi dengan „Sesuai‟ apabila produk yang
dengan ketentuan sebagai berikut:
diekspor tidak dilarang (kayu bulat dan
(a) Diisi dengan „Sesuai‟ apabila produk yang
spesies) dan sesuai dengan regulasi negara
diekspor tidak dilarang (produk dan
asal penen; atau
spesies) dan sesuai dengan regulasi
b) Diisi dengan „Tidak Sesuai‟ apabila produk
negara eksportir; atau
yang diekspor dilarang (kayu bulat dan
(b) Diisi dengan „Tidak Sesuai‟ apabila produk
spesies) dan sesuai dengan regulasi negara
yang diekspor dilarang (produk dan
asal panen.
Contoh uraian dari kesesuaian aturan negara ekspor adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Peraturan Export Control List SOR/89- 202 Tahun 2014 yang dikeluarkan oleh Ministry of Foreign Affairs, Trade and Development Canada Tidak ada larangan ekspor Pulp dan spesies Maple
Analisa
Tidak diisi
Tidak diisi
Resiko
Catatan hasil Diisi hasil catatan mitigasi berdasarkan metode dan Diisi hasil catatan mitigasi berdasarkan metode dan
mitigasi
data yang digunakan sehingga dapat disimpulkan data yang digunakan sehingga dapat disimpulkan bahwa produk yang diekspor ke Indonesia telah bahwa kayu bulat yang diekspor ke Indonesia telah mematuhi ketentuan negara eksportir.
mematuhi ketentuan negara asal panen. Contoh catatan hasil mitigasi resiko dari kesesuaian aturan negara ekspor adalah sebagai berikut:
Melakukan verifikasi terkait ketentuan asal ekspor terkait Tidak ada larangan ekspor log dan atau jenis kayu dan atau spesifikasi produk berdasarkan
Tidak diisi
5. Penyampaian Data dan Informasi terkait Uji Tuntas (Due Diligence)
Setelah mengisi data dan informasi terkait uji tuntas, importir menyampaikan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan secara online. Metode pengisian data dan informasi terkait uji tuntas adalah melakukan input data pada website bukan dengan cara upload.
Apabila terdapat pemasok baru bagi importir maka importir dapat mengajukan kembali data dan informasi terkait uji tuntas untuk pemasok tersebut, dengan demikian perubahan akan berlanjut pada tahapan-tahapan selanjutnya yaitu deklarasi impor dan rekomendasi impor. Kondisi yang menyebabkan harus menambahkan data dan informasi terkait uji tuntas adalah sebagai berikut:
1) Apabila terdapat pemasok baru yang tidak termasuk dalam deklarasi impor dan uji tuntas belum pada saat pengajuan rekomendasi impor maka Pemegang Izin API-P atau API-U harus melakukan perbaikan rekomendasi impor.
2) Apabila seluruh pemasok telah terdaftar namun pemegang API-P atau API-U melakukan impor yang berasal dari spesies baru dari suatu pemasok yang telah terdaftar dalam deklarasi impor maka pemegang API-P atau API-U harus melakukan perbaikan terhadap deklarasi impor dan uji kepatuhan pada pemasok tersebut. Sebagai contoh, Pemegang API-P melakukan impor pulp dari Canada dengan jenis spesies Oak, namun pada suatu waktu pemegang IP melakukan impor pulp dengan jenis spesies dominan baru berupa Pinus radiata maka Pemegang API-P tersebut harus memperbaiki rekomendasi impor sesuai deklarasi impor dan uji kepatuhan terbaru. Hal ini merujuk pada mekanisme pembuatan uji kepatuhan.
3) Selain poin 2 dan 3, perbaikan rekomendasi impor dilakukan apabila terjadi perubahan informasi yang terdapat didalam deklarasi impor dan uji tuntas lainnya.
6. Penelaahan Data dan Informasi Uji Tuntas
Setelah data dan informasi terkait uji tuntas diisi seluruhnya oleh pemegang izin API- P atau API-U dilakukan penelaahan oleh personil Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Berdasarkan Pasal 3 ayat 2, Perdirjen PHPL Nomor 7/PHPL-SET/2015 lama pelaksanaan uji tuntas adalah selamat tujuh hari sejak diterimanya permohonan. Dalam melakukan penelaahan, penelaah memiliki prosedur dan parameter yang disesuiakan dengan pentunjuk teknis yang ada di Perdirjen PHPL Nomor 7/PHPL-SET/2015.
7. Hasil Uji Tuntas
Output penelaahan data dan informasi terkait uji tuntas adalah uji tuntas. Hasil uji tuntas belum tentu meluluskan seluruh data dan informasi yang diajukan, oleh sebab itu ada kemungkinan tidak semua pemasok memperoleh uji tuntas, tidak semua produk yang diajukan menjadi uji tuntas dan tidak semua spesies yang diajukan dapat menjadi uji tuntas. Oleh sebab itu, importir harus mengisi sesuai petunjuk pengisian yang ada di Perdirjen PHPL Nomor 7/PHPL-SET/2015.
8. Persiapan Deklarasi Impor
Penyusunan deklarasi impor dilakukan setelah API-P atau API-U memperoleh hasil uji tuntas yang diperoleh melalui hak akses yang dimiliki. Proses penyusunan deklarasi impor dibuat, ditelaah dan diajukan oleh importir. Oleh sebab itu, isi dari deklarasi impor merupakan tanggung jawab dari importir. Deklarasi impor terdiri dari informasi identitas API-P dan API-U, rencana dan realiasasi impor pada tahun sebelumnya untuk setiap produk serta hasil uji tuntas dari seluruh supplier.
Deklarasi Impor Pemegang Izin API-P
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat deklarasi impor adalah sebagai berikut: (1) Isi informasi identitas API-P sesuai informasi
1. Nama Importir : Diisi nama perusahaan importir. Nama importir disesuiakan dengan akta, API-P, izin industri dan NPWP.
2. Alamat Kantor : Diisi alamat perusahaan importir seuai dengan alamat, telepon dan fax yang tertera di dalam API-P. Alamat email diisi alamat email perusahaan atau alamat email
3. Alamat Pabrik Diisi alamat perusahaan importir seuai dengan alamat, telepon dan fax yang tertera di dalam izin industri (IUIPHHK/IUI/TDI)
4. Nomor : Diisi nomor izin pertama dan perubahan terakhir. IUIPHHK/IUI/TDI*)
5. Nomor Pokok
: Diisi nomor NPWP milik importir
Wajib Pajak (NPWP)
6. Nomor API-P : Diisi nomor API-P terakhir yang dimiliki oleh importir
7. Nomor Induk
: Diisi NIK dari Importir
Kepabeanan (NIK)
8. Nomor S-LK (bagi : Bagi industri yang mengahasilkan produk kehutanan yang wajib S-LK)
sebagaimana yang tercantum pada Permendag Ketentuan Ekspor Produk Kehutanan maka wajib mencantumkan nomor S-LK beserta masa berlakunya. Pastikan juga bahwa produk yang akan didaftarkan pada poin 9 telah termasuk pada ruang lingkup S-LK.
9. Kapasitas Izin Produksi dan Pos Tarif yang diproduksi berdasarkan izin
Kelompok Kapasitas Izin
Realisasi Produksi Produk
Uraian Produk
HS Code (10
Tahun No sesuai Izin
Produksi
digit)
Sebelumnya ) 1 Diisi produk
(m 3 /set/pcs/roll/btg
Diisi uraian barang Diisi 10 kode HS Diisi kapasitas
Realisasi produksi
2 sesuai izin
yang
diisi realiasi oleh
dihasilkan dari setiap produk produksi per
importir yang
dihasilkan produk
produksi per
3 berdasarkan izin
berdasarkan izin. berdasarkan izin produk pada
Satu produk dapat terakhir
tahun
lebih dari satu HS
sebelumnya
apabila perbedaan
dengan periode 1
HS
nya
januari s/d 31
disebabkan karena
Desember
ukuran
10. Tanggal Pelaksanaan : Diisi tanggal pelaksanaan uji tuntas mulai dari Uji Tuntas
persiapan sampai dengan hasil uji tuntas selasai
11. Nama Pelabuhan : Diisi nama pelabuhan bongkar pertama kali di Bongkar
Indonesia, lengkap dengan propinsi.
12. Informasi hasil Uji : Diisi nama supplier dan nomor supplier, informasi ini Tuntas/Due Diligence
diisi berdasarkan sistem.
(2) Isi tabel informasi bahan baku impor
Bahan baku
No. Uraian barang
Pos tarif (10 digit) (A)
(B)
(C)
1 Diisi dengan
daftar
produk
2 kehutanan yang akan diimpor. Diisi Diisi kode HS dari barang-barang yang
3 daftar produk kehutanan yang
akan diimpor.
4 terdapat pada Lampiran Permendag
5 tentang Ketentuan Impor. dst Jumlah (ton)
Jenis (species)
Nama dagang Nama ilmiah
(D)
(E)
Diisi nama dagang dari spesies bahan baku Diisi nama ilmiah setiap spesies bahan tersebut. Setiap produk pada Kolom B baku. Sama seperti nama dagang, harus didefinisikan spesies dari bahan apabila lebih dari satu spesies maka bakunya. Jika satu produk pada berasal dituliskan menggunakan koma (,) dan lebih dari tiga spesies. Sebagai contoh berurutan sesuai dengan urutan yang impor kertas yang terdiri dari 10 Spesies, dituliskan pada nama dagang Querqus maka cukup diisi 3 spesies dominan. rubra, Fagus grandifolia, Tilia americana Dengan demikian kolom ini akan diisi maksimal tiga spesies untuk satu produk yang akan diimpor. Penulisan tiga spesies dilakukan dengan memberikan tanda koma (,). Sebagai contoh suatu produk kertas diimpor dengan bahan baku dominan Oak, Beech dan Basswod. [jati]
[ Tectona grandis]
[Jati]
[ Tectona grandis]
[Jati]
[ Tectona grandis] [ Switenia macrophyla)
[Mahoni]
[ Dalbergia latifolia]
[Sonokeling]
Tahun Sebelumnya
Rencana Pemenuhan BB Impor Realisasi Impor
(F1)
(G2) ton
(F2)
(G1)
*** Diisi rencana
ton
Diisi realisasi pemenuhan bahan
Diisi rencana
Diisi realisasi
pemenuhan bahan baku per produk
pemenuhan bahan
pemenuhan
baku per produk dalam ton
baku per produk
bahan baku per
dalam satuan selain produk dalam ton dalam ton untuk ton seperti
periode Januari- m3/set/pcs/rol/btg) Januari-Desember Desember
untuk periode
tahun
tahun
sebelumnya dalam
sebelumnya
satuan lain selain ton
seperti m3/set/pcs/roll/btg)
“Pada pengajuan pertama, kolom F1,F2,G1,G2 tidak perlu diisi”
Penggunaan Impor Stok Impor
(H1)
(I2) ton*
stok Diisi sisa stok impor realisasi impor per realisasi impor per impor per produk per produk per 31 produk pada periode produk pada periode per 31 Desember Desember
penggunaan Diisi
penggunaan Diisi sisa
tahun Januari-Desember
tahun sebelumnya sebelumnya selain tahun sebelumnya tahun sebelumnya dalam satuan ton. satuan ton seperti dalam satuan ton
Januari-Desember
selain satuan ton Rumus
m3/set/pcs/rol/btg)
seperti
perhitungan stok
m3/set/pcs/rol/btg) impor
Penggunaan Impor (H1)
“Pada pengajuan pertama, kolom H1,H2,I1,I2 tidak perlu diisi”
Tahun berjalan Rencana Pemenuhan BB Impor*)
Keterangan
(J1)
(J2)
(K)
Diisi rencana impor
Diisi rencana impor
Keterangan dapat
setiap produk pada
setiap produk pada
diisi dengan
tahun berjalan
tahun berjalan dalam informasi lainnya
dalam satuan ton
satuan ton
yang menerangkan informasi lain terkait produk
Deklarasi Impor Pemegang Izin API-U
Langkah-langkah yang harus dilakukan dalam membuat deklarasi impor adalah sebagai berikut: (1) Isi informasi identitas IT sesuai informasi
1. Nama Importir : Diisi nama perusahaan importir. Nama importir disesuiakan dengan akta, IT, izin industri dan NPWP.
2. Alamat Kantor : Diisi alamat perusahaan importir seuai dengan alamat, telepon dan fax yang tertera di dalam IT. Alamat email diisi alamat email perusahaan atau alamat email dari personal yang bertanggung jawab didalam kegiatan ekspor- impor
3. Alamat Gudang Diisi alamat gudang importir sesuai dengan kondisi lapangan dan izin yang meliputi alamat, telepon dan fax yang tertera di dalam izin industri (IUIPHHK/IUI/TDI)
4. NomorTPT/Bukti : Diisi nomor izin pertama dan perubahan Penguasaan Gudang
terakhir atau bukti penguasaan gudang. (TDG/IMB)
5. Nomor Pokok Wajib
: Diisi nomor NPWP milik importir
Pajak (NPWP)
6. Nomor API-U : Diisi nomor API-U terakhir yang dimiliki oleh
7. Nomor IT Produk : Diisi Nomor IT Produk Kehutana dari Importir Kehutanan
8. Nomor Induk
: Diisi NIK dari Importir
Kepabeanan (NIK)
9. Nomor S-LK (bagi : Bagi pemilik IT yang memiliki izin TPT maka yang wajib S-LK)
kolom ini wajib diisi dengan nomor SLK milik IT.
10. Tanggal Pelaksanaan : Diisi tanggal pelaksanaan uji tuntas mulai dari Uji Tuntas
persiapan sampai dengan hasil uji tuntas selasai dilaksanakan termasuk jika ada proses QC atau review
11. Nama Pelabuhan : Diisi nama pelabuhan bongkar pertama kali di Bongkar
Indonesia, lengkap dengan propinsi.
12. Informasi hasil Uji : Diisi nama supplier dan nomor supplier, Tuntas/Due Diligence
informasi ini diisi berdasarkan sistem.
(2) Isi tabel informasi barang impor impor
Bahan baku
No. Uraian barang
Pos tarif (10 digit) (A)
(B)
(C)
1 Diisi dengan daftar produk
2 kehutanan yang akan diimpor.
3 Diisi daftar produk kehutanan Diisi kode HS dari barang-barang
4 yang terdapat pada Lampiran yang akan diimpor. Permendag tentang Ketentuan
5 Impor.
dst Jumlah (ton)
Jenis (species)
Nama dagang Nama ilmiah (D)
(E)
Diisi nama dagang dari spesies bahan Diisi nama ilmiah setiap spesies baku tersebut. Setiap produk pada bahan baku.Sama seperti nama Kolom B harus didefinisikan spesies dagang, apabila lebih dari satu dari bahan bakunya. Jika satu produk spesies
dituliskan pada berasal lebih dari tiga spesies. menggunakan
maka
(,) dan Sebagai contoh impor kertas yang berurutan sesuai dengan urutan terdiri dari 10 Spesies, maka cukup yang dituliskan pada nama dagang diisi 3 spesies dominan. Dengan Querqus rubra, Fagus grandifolia, demikian kolom ini akan diisi maksimal Tilia americana tiga spesies untuk satu produk yang akan diimpor. Penulisan tiga spesies dilakukan dengan memberikan tanda koma (,). Sebagai contoh suatu produk kertas diimpor dengan bahan baku dominan Oak, Beech dan Basswod. [jati]
koma
[ Tectona grandis]
[Jati]
[ Tectona grandis]
[Jati]
[ Tectona grandis] [ Switenia macrophyla)
[Mahoni]
[ Dalbergia latifolia]
[Sonokeling]
Tahun Sebelumnya
Rencana Pemenuhan BB Impor Realisasi Impor
(F1)
(G2) ton
(F2)
(G1)
*** Diisi rencana
ton
realisasi pemenuhan bahan
Diisi rencana
Diisi realisasi
Diisi
pemenuhan bahan baku per produk
pemenuhan
pemenuhan
baku per produk dalam ton
bahan baku per
bahan baku
produk dalam
per produk
dalam ton untuk
satuan selain ton dalam ton
periode Januari-
seperti
untuk periode Desember tahun
m3/set/pcs/rol/bt Januari-
sebelumnya dalam
g)
Desember
satuan lain selain
m3/set/pcs/roll/btg )
“Pada pengajuan pertama, kolom F1,F2,G1,G2 tidak perlu diisi”
Penggunaan Impor Stok Impor
(H1)
(I2) ton*
(H2)
(I1)
** Diisi penggunaan
ton*
Diisi penggunaan Diisi sisa stok Diisi sisa stok impor realisasi impor per
per produk per 31 produk pada periode per produk pada
realisasi impor
impor per
produk per 31 Desember tahun Januari-Desember
sebelumnya selain tahun sebelumnya
periode Januari-
Desember
satuan ton seperti dalam satuan ton
Desember tahun
tahun
sebelumnya selain sebelumnya
m3/set/pcs/rol/btg)
satuan ton seperti dalam satuan m3/set/pcs/rol/bt ton. Rumus g)
perhitungan stok impor diperoleh dari Realisasi Impor (G1)- Penggunaan Impor (H1)
“Pada pengajuan pertama, kolom H1,H2,I1,I2 tidak perlu diisi”
Tahun berjalan Rencana Pemenuhan BB Impor*)
Diisi rencana impor
Diisi rencana impor
Keterangan dapat
setiap produk pada
setiap produk pada
diisi dengan
tahun berjalan
tahun berjalan dalam informasi lainnya
dalam satuan ton
satuan ton
yang menerangkan informasi lain terkait produk
9. Rekomendasi Impor
Penerbitan rekomendasi impor oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan didasarkan pada deklarasi impor sesuai Pasal 12 ayat 1 Perdirjen PHPL Nomor 7/PHPL-SET/2015 “Penerbitan Rekomendasi Impor didasarkan pada Deklarasi Impor dan hasil uji tuntas Produk Kehutanan ”. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa