Strategi SWOT

Tabel 8 Strategi SWOT

Strategi

Strategi O

Strategi T

1) Meningkatkan penjualan ke 1) Melakukan klaster Industri di

pasar internasional lewat

Kabupaten Jepara (S1, S2, S3,

kerjasama regional dengan

T1, T2, T3)

negara lainnya (S1, S3, O1)

2) Melaksanakan Klinik HaKI

2) Melakukan inovasi produk

secara komunal (S1, S3, T4)

terutama

untuk turunan 3) Meningkatkan kualitas SDM

Strategi S

produk dari industri kayu

dan produk yang dapat

Jepara (S2, O3, O4)

mengakomodasi kemauan

3) Meningkatkan

kuantitas

konsumen (S2, T2)

keikutsertaan

pameran 4) Meningkatkan tren ekspor

secara internasional (S2, S3,

dengan menggunakan inovasi O3) dan

teknologi yang mendukung (S1, T1)

1) Meningkatkan

eksistensi 1) Meningkatkan inovasi produk

produk mebel Kabupaten

yang dihasilkan sehingga

Jepara di dalam maupun di

mampu

bersaing dengan

Strategi W

luar negeri melalui strategi

kompetitor-kompetitor di

pemasaran (branding) yang

pasar lokal maupun global

lebih baik (W3, O1, O2)

(W1, W5, T1, T3)

2) Mengoptimalkan

fasilitas 2) Menjalin kerjasama dengan

pameran sebagai salah satu

Jawa Barat, Jawa Timur,

media pemasaran untuk

Sumatera, Sulawesi dan NTB

meningkatkan nilai produksi

untuk mengatasi kelangkaan

mebel (W1, O3)

bahan

baku industri

3) Membentuk klaster-klaster

pengolahan dengan

industri pengolahan kayu

persyaratan bahan baku telah

mulai dari kegiatan hulu

bersertifikat internasional

hingga hilir (W6, O4)

(W2, T2, T4)

4) Memberikan

pelatihan- 3) Dibentuknya klaster-klaster

pelatihan

keterampilan

industri pengolahan kayu

kepada masyarakat mengenai

(mebel) untuk meningkatkan

industri pengolahan kayu dan

trend eksport Indonesia dari

industri mebel

meningkatkan pengetahuaan

Kabupaten Jepara (W6, T1)

serta inovasi (W4, W5, O4)

5) Menjalin kerjasama dengan

sebagai penyedia modal untuk

Kabupaten Jepara (W3, W7, O2)

8) Melakukan kerjasama dengan daerah lain untuk mengatasi kelangkaan

bahan

baku

mebel khususnya sehingga mampu

memenuhi memenuhi

Sumber: Hasil Analisis, 2017

BAB V KONSEP PENANGANAN

5.1 Konsep Penanganan

Berdasarkan analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya, Industri mebel di kabupaten Jepara setiap tahunnya mengalami penurunan ekspor sementara industri ini sudah dikenal sejak lama sebagai icon/ komoditas unggulan dari Kabupaten Jepara. Untuk mengatasi beberapa masalah tersebut, setelah dilakukan analisis strategi maka konsep penanganan yang ditawarkan untuk meningkatkan industri Jepara ialah Konsep Klaster Industri .

Konsep Klaster Industri

Menurut M.Porter Klaster industri merupakan kelompok perusahaan yang saling berhubungan, berdekatan secara geografis dengan institusi-institusi yang terkait dalam suatu bidang khusus karena kebersamaan dan saling melengkapi. Konsep klaster industri dipilih untuk menyelesaikan masalah industri mebel di Jepara karena konsep klaster industri memperhatikan sebuah industri dari hulu hingga hilir untuk mendukung industri tersebut berkelanjutan. Selain itu klaster ini juga memperhatikan struktur dari perusahaan – perusahaan yang terlibat dalam pengembangannya.

Pendekatan klaster industri dinilai sangat berguna bagi pelaku ekonomi mayoritas di banyak negara, yautiu usaha kecil dan menengah (UKM). Hal ini karena pendekatan klaster indsutri sangat membantu bagi terjalinnya kemitraan yang saling menguntungkandan pengembangan jaringan bisnis yang luas (Bappenas 2004b) . Untuk klaster furniture/Mebel Jepara terdiri dari sentra ukir dan sentra produksi. Sentra ukir meliputi dareah : Pencangaan, Kedung, Tahunan, Mlonggo dan jepara Sentra produksi meliputi : desa Pulau darat, Kerso, Langon, Krapyak, Mantinganm Kawak, Mambak, Wonorejo, Serengan, Petekeyan, Bulungan, Pingko, Tegalsambi dan Sukodonomor.

Sebelum membahas terkait tentang konsep klaster industri, sesuai dengan pengertian nya bahwa klaster industri merupakan sebuah konsep yang membahas kesatuan dan keterkaitan dari industri hulu hingga hilir, maka dibawah ini akan dijelaskan kelompok industri kayu pembentuk industri mebel di Kab. Jepara.

 Kelompok Industri Pengolahan Kayu Hulu

Kelompok industri hulu pengolahan kayu merupakan industri pengolahan kayu primer yaitu industri yang mengolah kayu bulat/log menjadi bebagai bentuk sortimen kayu. Industri pengolahan kayu primer terdiri dari :

1. Industri penggergajian kayu (saw-mill) yang menghasilkan kayu utuh (solid- wood) dalam berbagai bentuk sortimen kayu gergajian (sawntimber)

2. Industri kayu lapis (plywood-mill) yang menghasilkan panel kayu lapis dan juga block-board dengan berbagai ukuran ketebalan

3. Industri Papan Partikel/particle-board yang menghasilkan panel kayu hasil serpih kayu bercampur glue/lem yang dimampatkan

4. Industri MDF (Medium Density Fibre-board) yang menghasilkan panel kayu yang merupakan campuran serat kayu dengan bahanbahan kimia. Panel-panel kayu dimaksud biasa disebut kayu hasil industri (engineered-wood)

 Kelompok Industri Pengolahan Kayu Hilir

1. Industri Wood-Working, yaitu industri yang menghasilkan produkproduk kayu diantaranya dowel, moulding, pintu, jendela, woodflooring, dan sejenisnya.

2. Industri Furniture Kayu dan barang-barang kerajinan kayu. Perlu diinformasikan, bahwa pasokan bahan baku kelompok industri pengolahan kayu hilir tersebut dapat berasal dari sawn-timber sebagai solid-wood dan panel kayu (plywood, block-board, MDF, particle-board, composite-board, dsb) sebagai engineered- wood. Produk jadi furniture kayu dapat dibedakan menurut fungsi kenyamanan (ergonimics) dan banyak varian desain berbagai corak maupun gaya/style.

Dalam konsep klaster industri, terdapat struktur klaster industri yang membantu keberlanjutan industri inti. Dalam hal ini, semua tatanan struktur ini berkontribusi dari hulu hingga hilir dari klaster industri.

Struktur klaster Industri Mebel Jepara

Suplai kayu dan

Bahan kimia ,

Komponen

perekat

Suplai bahan lainnya

Produk kayu primer

Badan

Industri pengepakan HaKI

Perbankan, Asuransi, Jasa Industri Desain

Industri Mebel

Universitas, Industri penghalusan Pemda

Mebel Industri Pemotong

Kayu

Perusahaan Furniture di

Jepara

Adapun struktur dari klaster industri Mebel Jepara ialah sebagai berikut: Industri Inti

Industri mebel /industri furniture

Industri

Industri pengepakan, industri desain, industri pemotong kayu, Pendukung

industri penghalusan mebel atau industri mesin/peralatan furniture, industri logam (mur, baut, dsb.), TPT, glue/lem, plastik, karet dan bahan kimia

Industri

Suplai bahan kayu, industri kimia, komponen kayu dan produk Pemasok

kayu primer

Industri terkait

Seluruh perusahaan yang menjual hasil industri mebel di Jepara baik industri besar dan industri sedang hingga kecil

Institusi

Universitas di Jawa Tengah, Badan HaKI, Perbankan dan Jasa pendukung

asuransi

Struktur klaster industri yang telah dijelaskan diatas membentuk sebuah proses dari hulu ke hilir. Klaster yang berperan sebagai hulu ialah klaster pemasok penyedia bahan baku sedangkan klaster yang berperan sebagai hilir ialah klaster terkait yang memasarkan hasil dari industri mebel hingga pada konsumen.

Hilir

Hulu

Seluruh perusahaan yang

Suplai bahan kayu,

menjual hasil industri

industri kimia,

Process

mebel di Jepara baik

komponen kayu dan

industri besar dan

produk kayu primer industri sedang hingga

kecil

Dari beberapa struktur klaster industri di Jepara, ada beberapa persiapan yang harus disiapkan oleh pihak swasta dan pemerintah daerah Kabupaten Jepara untuk mendukung keberlanjutan dan kelancaran dari klaster industri. Untuk mendukung hal tersebut maka dibutuhkan peran dari masing – masing klaster industri di Kabupaten Jepara yang dijelaskan dalam tabel berikut.

Tabel 9 Implikasi klaster industri terhadap Kabupaten Jepara

Masalah yang akan di atasi

Peran klaster industri

Kelangkaan bahan baku khususnya kayu Untuk mengatasi masalah bahan baku, jati, Sebagian besar sumber bahan baku Kabupaten Jepara perlu membuat klaster dimpor dari daerah lain (jawa Barat, Jawa pemasok yang menyediakan bahan baku kayu Timur, Sumatera, Sulawesi dan NTB)

secara berkelanjutan kepada industri inti. Klaster pemasok selama ini masih berasal dari secara berkelanjutan kepada industri inti. Klaster pemasok selama ini masih berasal dari

Terbatasnya akses permodalan dari Peran sektor lembanga pendukung seperti perbankan untuk IKM

Bank, Asuransi dalam klaster industri sangat dibutuhkan

mengatasi akses permodalan. Dalam hal ini lembaga pendukung berperan untuk mempermudah peminjaman modal dan asuransi terhadap IKM – IKM di Kabupaten Jepara.

untuk

Sebagian besar pengrajin bekerja secara Untuk mengatasi ini maka diberikan solusi sendiri-sendiri mulai dari pengadaan klaster industri agar seluruh aktivitas dari hulu bahan baku, proses produksi, pengadaan – hilir dari industri mebel di Kabupaten Jepara hingga pemasaran

dapat berjalan dengan efisien dan efektif. Semua kegiatan yang terkait dalam produksi mebel di Kabupaten Jepara bergerak dalam lingkar klaster industri Jepara.

Rendahnya inovasi dan Rendahnya Institusi pendukung mengambil peran dalam kualitas Sumber daya manusia (SDM)

peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hasil penelitianseperti universitas dapat memberikan masukan dan saran untuk industri Jepara agar mampu bersaing di skala global dengan kualitas dan inovasi.

Nilai produksi mebel yang semakin klaster industri berperang mengatasi masalah menurun dan Trend eksport Indonesia ini ialah dengan memperhatikan hulu – hilir Nilai produksi mebel yang semakin klaster industri berperang mengatasi masalah menurun dan Trend eksport Indonesia ini ialah dengan memperhatikan hulu – hilir

dalam mengikutsertakan pameran juga mendukung peningkatan nilai ekspor dari mebel

Munculnya kompetitor baru di pasar lokal Peran industri pendukung seperti industri maupun global (China, Vietnam, Filipina, desain dan pengepakan, industri pemotong dll)

kayu, industri penghalusan mebel atau industri mesin/peralatan furniture, industri logam (mur, baut, dsb) untuk mendukunt keberhasilan industri inti sangat membantu dalam proses menguatkan daya saing global

Perlunya sertifikasi dan HaKI terkait Peran institusi pendukung sepertri HaKI dalam bahan baku yang ramah lingkunan dari

memberi sertifikasi untuk industri mebel yang lembaga sertifikasif internasional

mempertimbangkan

lingkungan hidup. Lembaga ini dapat membuat klinik untuk semua industri terkait yang membutuhkan sertifikasi dan HaKI

Sumber : Analisis penulis, 2017

5.2 Kesimpulan

Kabupaten Jepara merupakan salah satu wilayah yang diperkirakan menyumbang sekitar 10% dari total ekspor mebel Indonesia, dimana kontribusi mebel terhadap perekonomian Kabupaten Jepara mencapai 27%. Industri mebel Jepara selain melayani pasar dalam negeri, juga melayani pasar luar negeri, antara lain, Amerika Serikat, Eropa, Jepang, Hong Kong, dan Australia. Komoditi mebel memiliki nilai ekspor tertinggi di Kabupaten Jepara dengan sebesar US$111.498.084,22 dari jumlah keseluruhan nilai ekspor US$131.379.679,76 atau sebesar 84,87%.

Komoditi mebel merupakan salah satu komodti unggulan yang ada di Kabupaten Jepara dan tertuang dalam RPMD kab Jepara. Dalam eksistingnya industri mebel kabupaten

Jepara memiliki potensi dan masalah dalam pengembangannya baik dari segi internal dan juga eksternal.Berdasarakan proses analisis LQ dan DLQ telah dilakukan didapatkan hasil bahwa industri mebel yang termasuk dalam PDRB industri pengolahan di Kabupaten Jepara merupakan sektor andala. Sedangkan berdasarkan analsiis shift share, industri pengolahan di Kabupaten Jepara merupakan sektor cepat tumbuh, mempunyai daya saing dan progresif. Dalam hal ini berarti industri pengolahan seperti mebel berpotensi bila dikembangkan dengan baik.

Untuk dapat mengembangkan industi mebel di Kabupaten Jepara maka konsep yang digunakan ialah konsep klaster industri. Konsep klaster industri berperan dalam meningkatkan produksi mebel dengan efektivitas dan keterkaitan dari industri hulu hingga industri hilir. Dalam klaster industri ini, terdiri dari beberapa klaster – klaster lain untuk mendukung klaster inti yang memiliki peran masing – masing dalam pengembangan klaster industri.

5.3 Lesson learned

Lesson learned yang didapatkan dari pembahasan pengembangan industri di Kabupaten Jepara ialah dengan menggunakan konsep klaster industri. Konsep klaster industri ini didapatkan dari hasil analisis LQ, DLQ dan shift share yang telah dilakukan. Selain itu juga dilakukan analisis SWOT sehingga ditemukan bahwa konsep yang cocok untuk pengembangan industri mebel di Jepara ialah konsep klaster industri.

Konsep klaster industri ini memiliki struktur yang dapat mendukung pengembangan klaster industi inti berupa klaster industri yang didukung oleh klaster pendukung, klaster pemasok, dan klaster terkait. Dalam kasus Kabupaten Jepara, perlu adanya persiapan dan peran dari masing – masing klaster untuk mendukung klaster industri inti. Klaster industri ini berperan meningkatkan keterkaitan dan efektifitas dari kinerja hulu ke hilir hingga produksi sampai pada konsumen.