25 diundangkan dalam Lembaran Negara yaitu Staatsblad 1880 No. 133.
43
Peraturan ini mengatur tentang kuli yang disebut dengan Koeli Ordonnantie. Peraturan ini
mengatur tentang hak dan kewajiban kuli dan pengusaha. Dalam peraturan ini setiap hubungan kerja harus dilakukan dengan kontrak tertulis dan kontrak kerja tersebut
harus didaftarkan oleh kepala pemerintahan setempat segera sesudah datangnya kuli. Dalam beberapa pasal dalam peraturan tersebut disebutkan masa kerja kuli yakni
selama sepuluh jam dalam satu hari dengan ikatan kontrak selama 3 tahun. Kuli dapat keluar dari perkebunan dengan izin tertulis dari majikan, upah wajib dibayarkan
secara rutin terhadap kuli, dan pengusaha wajib memberikan fasilitas perumahan dan perawatan kesehatan terhadap pekerjanya. Dalam beberapa pasal juga disebutkan
mengenai hukuman bagi pengusaha dan kuli jika melanggar kontrak kerja. Untuk pengusaha hukumannya adalah denda sedangkan bagi kuli hukumannya adalah
kurungan, denda dan kerja paksa dalam proyek negara tanpa upah.
44
Hukuman bagi kuli inilah yang banyak diselewengkan oleh para tuan kebun dan melahirkan dengan
apa yang disebut Poenale Sanctie. Atas dasar peraturan inilah pekerja yang ada di Sumatera Timur disebut dengan kuli kontrak.
2.1.1 Kuli Kontrak Cina
Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa para tuan kebun kesulitan dalam mendapatkan pekerja untuk perkebunan. Nienhuys yang merintis usaha pertama
43
Untuk melihat isi dari Undang-undang peraturan Koeli Ordonnantie lihat lampiran II.
44
Staatsblad van Nederlandsch-Indie, 1880 No. 133; lihat juga T. Keizerina Devi, op.cit., hal. 104, 112 dan 114-115.
Universitas Sumatera Utara
26 dalam pencarian tenaga kerja dari luar wilayah Sumatera Timur akhirnya menemukan
cara yang efektif dalam mengatasi kekurangan tenaga kerja di perkebunan. Walaupun hal tersebut tidak memecahkan masalah kekurangan tenaga kerja akibat dari
perkembangan perkebunan yang sangat pesat. Usaha yang dilakukan yaitu para tuan kebun melakukan hubungan dengan
“laukeh” dalam mendapatkan tenaga kerja Cina yang ada di Straits Setlements. Melalui
“laukeh” inilah para tuan kebun kemudian berhubungan dengan agen tenaga kerja, yaitu melalui kantor protektorat yang mendatangkan tenaga kerja dari Cina
yang pada umumnya berasal dari wilayah sekitar Swatow, Amoy dan Kanton.
45
Arus kedatangan dan perekrutan kuli Cina dari Straits Setlements ke perkebunan tidak berlangsung lama. Pada awalnya kebutuhan tenaga kerja di
perkebunan dapat dipenuhi oleh agen tenaga kerja yang ada di Strait Setlements. Namun karena kebutuhan tenaga kerja yang semakin besar di perkebunan tembakau,
beberapa perkebunan termasuk firma Naeher Grob mengambil kebijakan untuk mengirim perantara khusus kheh-thau atau kuli senior laukeh ke daerah asal
mereka untuk mengerahkan kuli baru singkeh dan membawanya ke perkebunan.
46
Kuli Cina yang datang ke perkebunan tetap berada di bawah pimpinan kepala sukunya. Demikian juga dalam melaksanakan pekerjaan, langsung diperintah oleh
kepala suku tersebut. Para pengusaha perkebunan hanya berhubungan dengan kepala
45
Ibid., hal 72.
46
H. J. Bool, op.cit., hal 7-8; lihat juga Jan Bremen, Menjinakkan Sang Kuli: Politik Kolonial, Tuan Kebun, dan Kuli di Sumatra Timur pada Awal Abad Ke-20, Jakarta: PT. Pustaka Utama Grafiti,
1997, hal. 57.
Universitas Sumatera Utara
27 suku orang-orang Cina. Kedudukan kepala suku adalah sebagai mandor yang disebut
dengan tandil.
47
Tugas tandil sebagai pengawas tenaga kerja Cina, bertanggung jawab atas keamanan dan ketertiban untuk seluruh kelompoknya.
Proses pengerahan tenaga kerja dari Cina diurus oleh sebuah Biro Imigrasi Immigratie Bureau. Biro ini didirikan oleh komite tuan kebun yang tergabung
dalam Deli Planters Vereniging atau D.P.V. Pada tahun 1886 seorang pegawai juru bahasa Cina dikirim ke Cina dan diinstruksikan untuk menyelidiki tentang cara-cara
meningkatkan emigrasi pekerja Cina ke daerah perkebunan tembakau di Sumatera Timur. Perkebunan Naeher Grob bersama 4 perkebunan besar lainnya bersedia
menanggung biaya penelitian ini.
48
Pada mulanya proses pengerahan kuli Cina ke perkebunan haruslah melalui Biro Imigrasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Namun, pada tahun 1899
selain Biro Imigrasi ada satu lagi badan yang membantu mendatangkan kuli-kuli Cina ke Perkebunan Senembah Maatschappij yaitu firma Bradley Co. yang berada di
Swatow, wilayah Cina Selatan. Firma ini mengirimkan kuli Cina tidak secara langsung ke perkebunan tetapi melalui Singapura terlebih dahulu, sedangkan Biro
Imigrasi tidak melalui Singapura tetapi dari Cina langsung ke perkebunan. Kuli-kuli Cina yang datang dan bekerja di Perkebunan Senembah Maatschappij kebanyakan
berasal dari wilayah Cina Selatan, Macau, Keh dan Hongkong.
49
47
C. W. Janssen H. J. Bool, op.cit., hal. 22; lihat juga Muhammad Said, op.cit., hal. 76.
48
H. J. Bool, op.cit., hal. 8; lihat juga Jan Bremen, op.cit., hal. 57-58.
49
H. J. Bool, op.cit., hal. 5.
Universitas Sumatera Utara
28 Kuli Cina yang didatangkan diangkut dengan menggunakan kapal dan
dikumpulkan di pelabuhan Belawan. Di pelabuhan ini dibuat sebuah penampungan kuli yang disebut Stasiun Karantina. Penampungan ini berfungsi sebagai tempat
untuk menyeleksi kuli dan memisahkan kuli yang sehat dengan kuli yang mempunyai penyakit menular dan sebagainya.
50
Pada awal perkembangan perkebunan kuli yang banyak dipekerjakan di perkebunan tembakau adalah kuli dari Cina. Hal ini dikarenakan kuli dari Cina
terampil dan ulet dalam proses pengolahan daun tembakau.
51
Seiring dengan ketiadaan kepastian bahwa kuli Cina akan terus datang ke perkebunan merupakan
salah satu faktor beralihnya kuli di perkebunan ke kuli dari ras lainnya. Hal ini ditambah dengan semakin berminatnya para pengusaha perkebunan terhadap mutu
pekerjaan kuli Jawa pada awal abad ke XX.
52
Biaya yang dikeluarkan dalam merekrut kuli Jawa oleh perkebunan juga lebih murah ketimbang merekrut kuli Cina yang pada
tahun 1931 mencapai f 150. Pada tahun yang sama pula perekrutan kuli Cina ke Perkebunan Senembah Maatschappij dihentikan.
53
50
W. A. Kuenen, “De Prophylaxis tegen het Invoeren van Ziekten op Cultuur- Ondernemingen” dalam Gerrit Grijns en Gerard Willem Kiewiet de Jonge eds, Plantage-Hygiene ten
Behoeve van Directeuren, Administrateurs en Geneesheeren van Landbouw-Ondernemingen in Nederlandsch-lndie, Batavia: Javasche Boekhandel Drukkerij, 1914, hal. 7-8.
51
C. W. Janssen dan H. J. Bool, op.cit., hal. 23 dan 67.
52
Jan Bremen, op.cit., hal. 64.
53
C. W. Janssen dan H. J. Bool, op.cit., hal. 67.
Universitas Sumatera Utara
29
Tabel 2. Jumlah kuli Cina di Perkebunan
Senembah Maatschappij dari tahun 1897-1933. Tahun
Kuli Cina
1897 2.279
1903 3.212
1907 3.273
1915 3.577
1921 3.707
1924 4.763
1928 5.212
1929 5.206
1930 4.533
1931 4.153
1932 3.379
1933 2.805
Sumber: W. A. P Schuffner dan W. A. Kuenen, De Gezondheidstoestand van de Arbeiders, Verbonden aan de Senembah-Maatschappij op Sumatra,
Gedurende de Jaren 1897 tot 1907, Amsterdam: De Bussy, 1910, hal. 22; C. W. Janssen H. J. Bool, Senembah Maatschappij 1889-1939, Amsterdam:
Boek- en kunstdrukkerij vh Roeloffzen-Hübner en Van Santen, 1939, hal. 67-68; dan Verslag over het boekjaar N.V. Senembah Maatschappij,
Amsterdam: De Bussy, 1929-1934, dirangkum tahun 1928-1933
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah kuli Cina di Perkebunan Senembah Maatschappij dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dari 2.279
pada tahun 1897 meningkat menjadi 3.577 pada tahun 1915. Kemudian pada tahun 1924 terjadi pertambahan jumlah kuli Cina hingga mencapai 4.763. Jumlah kuli Cina
mencapai puncaknya pada tahun 1929 yaitu berjumlah 5.206. Jumlah kuli Cina mengalami penurunan di tahun setelahnya menjadi 4.533. Hal ini disebabkan pada
tahun-tahun tersebut terjadi depresi ekonomi dunia yang disebut krisis malaise, sehingga perkebunan menerapkan kebijakan mengurangi jumlah pekerjanya,
Universitas Sumatera Utara
30 ditambah lagi dengan penghentian perekrutan kuli Cina ke perkebunan pada tahun
1931.
2.1.2 Kuli Kontrak Jawa