14
2008 tentang pembentukan Kabupaten Nias Utara. Masyarakat Nias menginginkan pemekaran Kabupaten Nias Utara karena nias mempunyai potensi serta kekayan
alam yang besar, keadaan daerah nias selama ini sangat tertinggal serta pembangunan di daerah Kepulauan ini sangat minim.
Dengan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk membuat karya tulis
dalam bentuk skripsi dengan judul “PENGADAAN TANAH PERTAPAKAN LAHAN PERKANTORAN PEMDA NIAS UTARA PASCA PEMEKARAN
KABUPATEN .”
B. Perumusan Masalah
Adapun yang merupakan permasalahan yang timbul dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaturan pengadaan tanah pertapakan lahan perkantoran
Pemda Nias Utara pasca pemekaran Kabupaten? 2.
Bagaimanakah pelaksanaan pengadaan tanah pertapakan lahan perkantoran Pemda Nias Utara pasca pemekaran Kabupaten?
3. Bagaimanakah pandangan masyarakat dalam proses pengadaan tanah
pembebasan lahan dan penggunaan hak atas tanah lahan perkantoran Pemda Nias Utara?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan Penulisan
Tujuan penulis melaksanakan penelitian ini adalah : a.
Untuk mengetahui pengaturan pengadaan tanah.
Universitas Sumatera Utara
15
b. Untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan tanah pertapakan lahan
perkantoran Pemda Nias Utara pasca pemekaran Kabupaten. c.
Untuk mengetahui Pandangan masyarakat dalam proses pengadaan tanah pembebasan lahan dan penggunaan hak atas tanah lahan perkantoran
Pemda.
2. Manfaat Penulisan
Penulis berharap penelitian ini dapat memberi manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada umumnya serta memiliki kegunaan praktis pada khususnya
sehingga penelitian ini bermanfaat secara teoritis dan praktis.
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pengembangan substansi disiplin bidang ilmu hukum Agraria, terutama
mengenai permasalahan aspek pengadaan tanah bagi pembangunan untuk perkantoran.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaaat praktis yaitu memberikan sumbangan pemikiran terhadap pihak-pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan pengadaan lahan untuk pembangunan perkantoran di Kabupaten Nias Utara.
1 Bagi masyarakat, dapat memberikan sumbangan pengetahuan di bidang
hukum, khususnya dalam bidang hukum agraria, serta dapat dipakai sebagai acuan dalam menentukan peranan badan usaha swastaintansi dalam
Universitas Sumatera Utara
16
penyelenggaraan pengadaan tanah untuk pembangunan perkantoran
Pemda Nias Utara pasca pemekaran Kabupaten
. 2
Bagi instansi pertanahan, dapat dipakai sebagai bahan evaluasi dan lebih memperjelas yang menjadi dasar-dasar ketentuan tentang pengaturan
penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk pembangunan perkantoran
Pemda Nias Utara
. 3
Bagi peneliti, disamping untuk kepentingan penyelesaian studi juga untuk menambah pengetahuan serta wawasan di bidang hukum agraria khususnya
mengenai penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk pembangunan perkantoran
Pemda Nias Utara.
D. Keaslian Penulisan
Adapun judul tulisan ini adalah pengadaan tanah pertapakan lahan
perkantoran Pemda Nias Utara pasca pemekaran Kabupaten, judul skripsi ini belum pernah ditulis, sehingga tulisan ini asli dalam hal tidak ada judul yang sama.
Dengan demikian ini keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
E. Tinjauan Kepustakaan
Istilah tanah dan agraria tidak selalu di pakai dalam arti dan pemahaman yang sama. Hal demikian, pada akhirnya membawa konsekuensi dan permasalahan
tersendiri pada pengaturan dan kedudukannya dalam sistem hukum Indonesia.
7
7
Ida Nurlinda, Prinsip-Prinsip Pembaharuan Agraria Perspektif Hukum, Jakarta: Penerbit Rajawali Pers, 2009, hlm 35
Tanah bagi kehidupan manusia sangat erat dan tidak dapat dipisahkan, diibaratkan bagaikan sebuah mobil dengan bensinya. Hal ini dapat diketahui dari kehidupan
Universitas Sumatera Utara
17
manusia, seperti bertempat tinggal, tempat usaha, bahkan tanah juga dijadikan investasi untuk jangka panjang. Oleh karena itu tanah dapat juga diperjualbelikan,
dihibahkan, diwariskan, diwasiatkan atau diwakafkan dengan kata lain dialihkan kepada pihak lain. Dan yang sangat nyata dalam kehidupan manusia bahwa tanah
mempunyai nilai sosial yang sangat tinggi, artinya apabila manusia tidak mempunyai tanah sangatlah tidak dipandang oleh orang lain atau sesamanya dan
justru sebaliknya apabila manusia mempunyai tanah maka status sosialnya menjadi sangat tinggi, terlebih-lebih tanah yang dimilikinya sangat luas, maka orang
tersebut sangat dipandang.
8
Dalam konteks pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, banyak persoalan yang muncul akiba kelemahan regulasi. Di
satu sisi, wujud peraturan yang ada sampai sekarang tidak berbentuk undang- undang. Di sisi lain, aspek material dari semua regulasi yang ada, kurang memadai
sehingga berpotensi menimbulkan masalah, termasuk Keputusan Presiden RI Nomor 55 Tahun 1993 dan Peraturan Presiden RI Nomor 36 Tahun 2005 yang
kemudian diubah dan disempurnakan dengan Peraturan Presiden RI Nomor 65 Tahun 2006. Aspek material yang berpotensi menimbulkan masalah tersebut,
antara lain: definisi dan cakupan kepentingan umum, mekanisme pengadaan tanah, bentuk dan dasar perhitungan ganti rugi, serta penerapan sistem konsinyasi
penitipan uang ganti rugi ke pengadilan.
9
Kebijakan pemerintah terhadap pengadaan tanah merupakan suatu kebijakan yang berkaitan dengan pengadaan tanah demi kepentingan umum.
8
Suhanan Yosua, Hak Atas Tanah Timbul Aanslibbing, Jakarta: Penerbit Restu Agung, 2010, hlm 11
9
Bernhard Limbong, Op.Cit, hlm 6
Universitas Sumatera Utara
18
Dalam artian bahwa tanah yang telah diambil dari warga masyarakat peruntukkannya benar-benar untuk kepentingan pembangunan. Sebab esensi yang
terkandung di dalamnya adalah masyarakat telah melepaskan haknya tersebut sehingga tidak ada lagi hubungan hukum dengan pemiliknya.
10
Pada asasnya apabila penguasa ataupun pengusahakalangan bisnis memerlukan tanah untuk keperluan apapun, maka cara untuk memperoleh tanah
yang diperlukan harus melalui jalan musyawarah antara pihak yang memerlukan tanah dengan pemegang hak atas tanah hingga dicapai suatu kata sepakat antara
kedua belah pihak. Akan tetapi dari sekian banyaknya masalah tanah yang terjadi, yang paling sering dirasakan oleh masyarakat adalah masalah pembebasan tanah
khususnya untuk kepentingan pembangunan.
11
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum bertujuan menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran bangsa, negara, dan masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum pihak yang berhak. Pihak yang melepaskan tanahnya pada saat pelaksanaan
pengadaan tanah untuk kepentingan umum setelah pemberian ganti kerugian atau berdasarkan putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
Dalam hal pengadaan tanah dilakukan untuk infrastruktur minyak, gas dan panas bumi, pengadaannya diselenggarakan berdasarkan rencana strategi dan rencana
kerja instansi yang memerlukan tanah. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum
10
Supriadi, Hukum Agraria, Jakarta: Penerbit Sinar Grafika, 2006, hlm 76
11
Arie S. Hutagalung, Tebaran Pemikiran Seputar Masalah Tanah : Hukum Tanah, Jakarta: Lembaga Pemberdayaan Hukum Indonesia, 2005, hlm 152
Universitas Sumatera Utara
19
diselenggarakan melalui perencanaan dengan melibatkan semua pengampu dan pemangku kepentingan.
12
Dalam era modern ini, Pemerintah banyak melakukan kegiatan pembangunan di segala bidang, baik bidang fisik maupun non fisik. Untuk
melaksanakan kegiatan pembangunan di bidang fisik dibutuhkan banyak bidang tanah untuk memenuhi kebutuhan akan tanah. Sedangkan sebagian besar tanah-
tanah tersebut sudah dilekati suatu hak atas tanah. Untuk menyediakan tanah bagi Peraturan Presiden Perpres Nomor 36 Tahun 2005: Pasal 1 butir 3
menyebutkan bahwa Pengadaan adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian kepada yang melepaskan atau
menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas tanah.
Peraturan Presiden Perpres Nomor 65 Tahun 2006: Pasal 1 menyebutkan Pengadaan adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara
memberikan ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah. Pasal 2 ayat
1 pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah dilaksanakan dengan cara pelepasan atau
penyerahan hak atas tanah. Ayat 2 Pengadaan tanah selain bagi pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah
dilakukan dengan cara jual beli, tukar menukar, atau cara lain yang disepakati secara sukarela oleh para pihakpihak yang bersangkutan.
12
Badriyah Harun, Solusi Sengketa Tanah dan Bangunan, Cetakan Pertama, Yogyakarta: Penerbit Pustaka Yustisia, 2013, hlm 58
Universitas Sumatera Utara
20
pembangunan tersebut, Pemerintah membebaskan tanah dengan cara pelepasan atau penyerahan hak dan memberikan ganti kerugian kepada bekas pemegang hak.
Kegiatan untuk mendapatkan tanah dimulai dari pihak Instansi yang membutuhkan tanah mengajukan permohonan kepada Panitia Pengadaan Tanah untuk
melaksanakan pembebasan tanah, dilanjutkan dengan proses penyuluhan kepada masyarakat yang terkena rencana pembebasan tanah sampai dengan musyawarah
dimana sebagai mediatornya adalah Panitia Pengadaan Tanah, setelah disepakati besarnya ganti rugi, selanjutnya dibuatkan pelepasan hak atau penyerahan hak atas
tanah tersebut dengan mencantumkan besarnya uang ganti rugi sesuai dengan yang telah disepakati bersama.
Secara umum, pemekaran daerah dapat diartikan sebagai pemisahan diri suatu daerah dari induknya dengan tujuan mendapatkan status yang lebih tinggi
dan meningkatkan pembangunan daerah Pemekaran yang dilandasi oleh Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah. Pada pasal 5 ayat 2
dinyatakan daerah dapat dimekarkan menjadi lebih dari satu daerah, namun setelah UU No.22 Tahun 1999 diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan daerah, maka materi pemekaran wilayah tercantum pada pasal 4 ayat 3 dan 4, namun istilah yang dipakai adalah Pemekaran Daerah
berarti pengembangan dari satu daerah otonom menjadi dua atau lebih daerah otonom.
Dalam UU No 32 Tahun 2004 tersebut pada pasal 4 ayat 3 dinyatakan : Pembentukan daerah dapat berupa penggabungan beberapa daerah atau bagian
daerah yang bersandingan atau pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih. Sedangkan dalam Pasal 4 ayat 4 da lam UU tersebut dinyatakan :
Universitas Sumatera Utara
21
Pemekaran dari satu daerah menjadi dua daerah atau lebih sebagaimana dimaksud pada ayat 3 dapat dilakukan setelah mencapai batas minimal usia penyelenggaraan
pemerintahan. Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2007 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan pemekaran daerah adalah pemecahan provinsi atau
kabupatenkota menjadi dua ataupun lebih. Rasyid mengatakan bahwa pembentukan daerah pemekaran merupakan
perluasan daerah dengan memekarkanmeningkatkan status daerah yang dianggap mempunyai potensi sebagai daerah otonom dan mampu untuk mengurus rumah
tangganya sendiri.
13
Pemekaran wilayah kabupaten menjadi beberapa wilayah kabupaten baru pada dasarnya merupakan upaya meningkatkan kualitas dan intensitas pelayanan
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah, tujuan pemekaran daerah adalah untuk meningkatkan kualitas pelayanan
publik guna mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Dengan pemekaran wilayah diharapkan dapat memunculkan pusat-pusat pertumbuhan
ekonomi baru, mampu meningkatkan berbagai potensi yang selama ini belum tergarap secara optimal baik potensi sumberdaya alam maupun sumberdaya
manusia, membuka “keterkungkungan” masyarakat terhadap pembangunan dan dapat memutus mata rantai pelayanan yang sebelumnya terpusat di satu tempat
Ibukota kabupaten atau Ibukota kecamatan, memicu motivasi masyarakat untuk ikut secara aktif dalam proses pembangunan dalam rangka meningkatkan taraf
hidupnya, dsb.
13
Ryass Rasyid. Kajian Awal Birokrasi Pemerintahan Politik Orde Baru. Jakarta: Penerbit Yarsif Watampone, 1997, hlm 20
Universitas Sumatera Utara
22
pada masyarakat. Dari segi pengembangan wilayah, calon kabupaten baru yang akan dibentuk perlu memiliki basis sumber daya harus seimbang antara satu
dengan yang lain. Hal ini perlu diupayakan agar tidak muncul terjadi disparitas yang mencolok pada masa datang. Selanjutnya dalam suatu usaha pemekaran
wilayah akan diciptakan ruang publik baru yang merupakan kebutuhan kolektif semua warga wilayah baru. Ruang publik baru akan mempengaruhi aktivitas orang
atau masyarakat ada merasa diuntungkan dan sebaliknya dalam memperoleh pelayanan dari pusat pemerintah baru disebabkan jarak pergerakan berubah.
Selajutnya dikatakan Khairullah dan Cahyadin bahwa pemekaran daerah baru pada dasarnya adalah upaya peningkatan kualitas dan intensitas pelayanan
pada masyarakat. Dari segi pengembangan wilayah, calon daerah baru yang akan dibentuk perlu memiliki basis sumberdaya harus seimbang antara satu dengan yang
lain, hal ini perlu diupayakan agar tidak terjadi disparitas yang mencolok pada masa akan datang.
14
Pemekaran daerah tidak lain bertujuan untuk memperpendek rentang kendali pemerintahan, membuka ketimpangan-ketimpangan pembangunan wilayah
dan menciptakan perekonomian wilayah yang kuat demi tercapainya kesejahteraan Lebih lanjut dikatakan dalam suatu usaha pemekaran daerah akan
diciptakan ruang publik yang merupakan kebutuhan kolektif semua warga wilayah baru. Ruang publik baru akan mempengaruhi aktifitas orang atau masyarakat ada
yang merasa diuntungkan dan sebaliknya akan memperoleh pelayanan dari pusat pemerintahan baru disebabkan jarak pergerakan berubah.
14
Khairullah Malik Cahyadin. Evaluasi Pemekaran Wilayah di Indonesia: Studi Kasus Kabupaten Lahat. Yogyakata: Pascasarjana UGM, 2006, hlm 37
Universitas Sumatera Utara
23
masyarakat, sehingga pemekaran wilayah diharapkan dapat mndekatkan pelayanan kepada masyarakat, membuka peluang baru bagi terciptanya pemberdayaan
masyarakat dan meningkatkan intensitas pembangunan guna mengsejahterakan masyarakat
. Nias bahasa Nias Tano Niha adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah
barat pulau Sumatera, Indonesia. Pulau ini dihuni oleh mayoritas suku Nias Ono Niha yang masih memiliki budaya megalitik. Daerah ini merupakan obyek wisata
penting seperti selancar surfing, rumah tradisional, penyelaman, fahombo lompat batu. Pulau dengan luas wilayah 5.625 km² ini berpenduduk 700.000 jiwa. Agama
mayoritas daerah ini adalah Kristen Protestan. Nias saat ini telah dimekarkan menjadi empat kabupaten dan 1 kota, yaitu Kabupaten Nias, Kabupaten Nias
Selatan, Kabupaten Nias Barat, Kabupaten Nias Utara, dan Kota Gunungsitoli.
15
1. Tipe Penelitian
F. Metode Penelitian