2.1.3. Sintesis Hemoglobin
Sintesis heme terutama terjadi di mitokondria melalui suatu rangkaian reaksi biokimiawi. Dua bahan awal sintesis heme adalah suksini-KoA dan glisin.
Produk reaksi penggabungan dua bahan tersebut adalah asam α-amino-β- ketoadipat yang didekarboksilasi untuk membentuk α-aminolevulinat ALA.
Rangkaian reaksi ini dikatalis oleh ALA sintase. Sintesis ALA terjadi di mitokondria. Di sitosol, dua molekul ALA disatukan oleh enzim ALA dehidratase
untuk membentuk dua molekul air dan satu porfobilinogen PBG. Pembentukan tetrapirol siklik suatu porfirin terjadi melalui kondensasi empat molekul PBG.
Keempat molekul ini memadat untuk membentuk hidroksimetilbilan HMB yang dikatalis oleh uroporfirinogen I sintase. HMB mengalami siklisasi secara spontan
membentuk uroporfirinogen I atau diubah menjadi uroporfirinogen III oleh uroporfirinogen III sintase. Uroporfirinogen III diubah menjadi koproporfirinogen
III oleh uroporfirinogen dekarboksilase. Koproporfirinogen III memasuki mitokondria, tempat senyawa ini diubah menjadi protoporfirinogen III yang
kemudian menjadi protoporfirin III. Tahap terakhir sintesis heme adalah penggabungan besi ferro dengan protoporfirin yang dikatalis oleh ferokelatase
heme sintase. Setiap molekul heme bergabung dengan satu rantai globin yang dibuat
pada poliribosom. Suatu tetramer yang terdiri dari empat rantai globin masing- masing gugus heme-nya kemudian dibentuk untuk menjadikan satu molekul
hemoglobin Murray, Granner, Rodwell, 2009.
2.2. Anemia pada Kehamilan
2.2.1. Definisi
Definisi anemia pada kehamilan berdasarkan WHO The World Health Organization adalah kondisi dimana kadar hemoglobin kurang dari 11 gdL atau
hematokrit kurang dari 33 sepanjang masa kehamilan. Sedangkan definisi anemia pada kehamilan berdasarkan CDC The US Centers for Disease Control
and Prevention adalah kondisi dimana kadar hemoglobin kurang dari 11 gdL atau hematokrit kurang dari 33 pada trimester pertama atau trimester ketiga atau
Universitas Sumatera Utara
kadar hemoglobin kurang dari 10,5 gdL atau hematokrit kurang dari 32 pada trimester kedua WHO, 2011; CDC, 1998.
Anemia defisiensi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah sehingga konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena
proses pembentukan sel-sel darah merah terganggu akibat kekurangan kadar zat besi dalam darah. Jika simpanan zat besi dalam tubuh seseorang sudah sangat
rendah berarti orang tersebut anemia walaupun belum ditemukan gejala-gejala fisiologis. Simpanan zat besi yang sangat rendah tidak akan mencukupi kebutuhan
untuk membentuk sel-sel darah merah dalam sumsum tulang sehingga kadar hemoglobin terus menurun di bawah batas normal. Keadaan ini yang disebut
dengan anemia gizi besi. Menurut Evatt dalam Masrizal 2007, anemia defisiensi besi adalah anemia yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh.
Keadaan ini ditandai dengan menurunnya saturasi transferrin, berkurangnya kadar ferritin serum atau hemosiderin sumsum tulang. Anemia defisiensi besi
merupakan penyebab utama anemia pada wanita usia subur akibat kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi sewaktu hamil
Masrizal, 2007.
2.2.2. Klasifikasi
Tabel 2.1 Klasifikasi anemia menurut WHO
Wanita Tidak Hamil
≥15 tahun Wanita Hamil
Tidak anemia ≥ 12 gdL
≥ 11 gdL Anemia ringan
11-11,9 gdL 10-10,9 gdL
Anemia sedang 8-10,9 gdL
7-9,9 gdL Anemia berat
8 gdL 7 gdL
Sumber: WHO, 2011
Universitas Sumatera Utara
Klasifikasi anemia pada ibu hamil menurut Prawirohardjo dalam Asyirah 2012 adalah:
1. Anemia defisiensi besi
Anemia defisiensi besi merupakan jenis anemia yang paling sering dijumpai pada kehamilan. Hal ini disebabkan karena kekurangan asupan
zat besi dalam makanan, gangguan penyerapan, peningkatan kebutuhan zat besi, atau pengeluaran zat besi yang berlebihan akibat perdarahan. Ciri
anemia defisiensi besi adalah ukuran sel darah merah lebih besar dari ukuran normal dan berwarna coklat akibat kekurangan ion Fe serta
penurunan sintesis hemoglobin. Ketika simpanan zat besi habis, kadar hemoglobin akan menurun sehingga menimbulkan gejala klinis karena
jumlah hemoglobin tidak cukup untuk mengangkut oksigen ke jaringan seluruh tubuh.
2. Anemia hemolitik
Penyebab anemia hemolitik adalah penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari proses pembentukannya. Penghancuran
sel darah merah secara normal terjadi setelah jangka hidup rata-rata 120 hari pada saat sel dikeluarkan di ekstravaskular oleh makrofage sistem
retikuloendotel di sumsum tulang, hati, dan limpa. Metabolisme sel darah merah akan rusak secara perlahan. Pada anemia hemolitik, penghancuran
sel darah merah lebih cepat sehingga kemungkinan untuk mengalami anemia menjadi besar. Wanita dengan anemia hemolitik sulit untuk hamil,
tetapi jika hamil anemianya akan bertambah berat.
3. Anemia megaloblastik
Anemia megaloblastik adalah sekelompok anemia dengan eritroblas yang besar akibat gangguan maturasi inti sel yang disebut dengan
megaloblas. Gangguan maturasi inti sel disebabkan oleh sintesis DNA yang tidak sempurna. Anemia megaloblas disebabkan oleh defisiensi B12,
asam folat, gangguan metabolisme vitamin B12 dan asam folat, gangguan
Universitas Sumatera Utara
sintesis DNA akibat defisiensi enzim kongenital dan didapat setelah pemberian obat sitostatik tertentu. Pada kehamilan, kebutuhan asam folat
meningkat lima sampai sepuluh kali lipat karena transfer folat dari ibu ke janin. Kadar estrogen dan progesteron yang tinggi selama kehamilan
menghambat proses absorpsi folat. Karena itu, defisiensi asam folat merupakan penyebab utama anemia megaloblastik pada kehamilan.
4. Anemia hipoplastik
Anemia hipoplastik terjadi karena sumsum tulang tidak mampu membuat sel-sel darah baru. Penyebab anemia hipoplastik hingga kini
belum diketahui dengan pasti, kecuali yang disebabkan oleh sepsis, sinar rontgen, racun, dan obat-obatan.
2.2.3. Etiologi