Penelitian yang Relevan

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yakni penelitian Kristianto dengan hasil: (1) guru Bahasa dan Sastra Indonesia di kelas

XI SMA Negeri 6 Surakarta telah memiliki pemahaman yang positif terhadap Kurikulum Tingkatan Satuan Pendidikan (KTSP), (2) perencanaan pembelajaran yang telah dibuat oleh guru sudah sesuai dengan KTSP. Hal tersebut dapat dilihat dari dibuatnya prota, silabus, dan rencana pembelajaran, (3) pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri 6 Surakarta sudah mengarah pada pembelajaran yang bersifat apresiatif dan inovatif, (4) kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri 6 Surakarta, yaitu: setiap peserta didik sulit untuk menghafal naskah drama, peserta didik disuruh menampilkan pementasan drama sulit, dengan alasan tidak berani dan malu; peserta didik hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang pengapresiasian drama, (5) tindakan yang dilakukan guru untuk mengatasi kendala-kendala dalam pembelajaran apresiasi drama di SMA 6 Surakarta, yaitu: guru menyediakan LKS; memberikan tugas pada peserta didik untuk mengapresiasi drama; memacu peserta didik untuk berkaya membuat naskah drama; memberikan pengarahan kepada peserta didik yang kesulitan dalam mengapresiasi drama; guru menggunakan waktu seefisien mungkin untuk mengatasi masalah waktu yang terbatas dalam pembelajaran apresiasi drama.

Penelitian yang dilakukan oleh Su Jeong Wee dengan judul “A Case Study of Drama Education Curriculum for Young Children in Early Childhood Programs ” menghasilkan temuan sebagai berikut.

commit to user

tentang drama yang menyoroti pengetahuan darama dan teknik drama melain secra garis besar saja. Dalam pembelajaran drama dari mulai pemanasan,kegiatan utama dan sampai berakhirnya pembelajaran yang ditekankanguru adalah kemampuan eksplorasi kinestetik anak-anak dan representasi serta ekspresivitas. Metode pembelajaran yang digunakan guru harus sesuai dengan kemampuan yang dimiliki anak-anak dan bahan ajar yang dibutuhkan untuk mengembangkan kepribadian mengajar guru dan meningkatkan kualitas pendidikan drama.

Penelitian selanjutnya adalah dari Adhiwicaksono, yang menghasilkan temuan: (1) berkaitan dengan rencana pembeajaran apresoasi drama, dalam menyusun RPP, guru sudah menyesuasikan kondisi peserta didik dan sekolah dalam mengembangkan untuk menjadi lebih baik, (2) secara umum pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama di kelas XI IPA 5 SMA Negeri 4 Surakarta sudah mengacu kepada pembelajaran apresiasi drama yang bersifat PAIKEM. Terlihat dengan penggunaan media elektronik dan mengubah drama pentas menjadi drama yang difilmkan pada akhir pembelajaran, (3) Kendala yang timbul dalam pembelajaran meliputi 3 hal yaitu: (a) rendahnya motivasi dan minat pada beberapa peserta didik dalam mengikuti kegiatan pembelajaran, (b) alokasi waktu pembelajaran yang kurang, dan (c) evaluasi dalam pembelajaran, dan (4) upaya guru untuk mengatasi kendala-kendala pembelajaran apresiasi drama adalah sebagai berikut: (a) memberikan motivasi, bimbingan, dan arahan bagi peserta didik yang mempunyai motivasi belajar yang rendah untuk mengikuti pembelajaran apresiasi drama, (b) upaya untuk mengatasi kendala tentang kurangnya alokasi waktu pembelajaran, yaitu guru menyuruh peserta didik untuk banyak menonton film dalam belajar drama, dan (c) upaya yang dilakuakan untuk mengatasi kendala dalam kegiatan evaluasi, yaitu guru mewajibkan setiap kelompok membuat laporan kegiatan yang berisi tentang keterlibatan setiap peserta didik dalam membuat film.

Penelitian yang dilakukan Rina Aryani, Nafron Hasyim, dan Joko Prayitno menghasilkan bahwa pembinaan dan pementasan pada kelompok Teater Biroe SMA Pangudi Luhur Surakarta meliputi (1) pembinaan olah vokal disampaikan secara bertahap dan bervariasi, (2) pembinaan nafas dan olah raga

commit to user

meliputi teknik berakting dan pemberian pengetahuan tentang bedah naskah, dan (4) pementasan produksi. Fungsi teater sekolah dalampembelajaran apresiasi drama adalah (1) sebagai sumber belajar dalam pembelajaran apresiasi drama, (2) aktivitas latihan teater sebagai model dalampembelajaran apresiasi drama, dan (3) teater sekolah sebagai pendorong kompetensi bersastra bagi peserta didik.