SMA Negeri Karangpandan
SMA Negeri Karangpandan
Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilakukan guru di kelas
XI IPS1 telah sesuai dengan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah dibuat oleh guru tersebut. Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama terdapat komponen-komponen yang terlibat, antara lain:
a. Guru Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara oleh peneliti mengenai pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang dilaksanakan guru di kelas dan beberapa peserta didik sebagai informan mengenai cara guru mengajarkan materi apresiasi drama dapat dikatakan variatif, yaitu menggunakan model contexstual teaching and learning (CTL) dan metode yang digunakan sudah inovatif.
Dalam proses pembelajaran guru menyampaikan materi sesuai tuntutan yang terdapat dalam RPP. Penggunaan model CTL oleh guru mengakibatkan suasana kelas tidak terasa menjenuhkan. Apalagi ketika guru mengajak peserta didik melihat rekaman drama di laboratorium fisika, peserta didik terlihat antusias sekali dalam mengikuti pembelajaran. Penilaian peserta didik terhadap proses mengajar guru sudah baik, kreatif dan menyenangkan.
b. Peserta didik Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama ini peserta didik dituntut untuk lebih aktif, tidak hanya sekedar menerima, menurut, dan pasrah terhadap segala materi yang disampaikan oleh guru. Di kelas XI IPS 1 terdapat tiga puluh dua peserta didik yang terdiri perempuan tiga belas orang dan laki- laki berjumlah sembilan belas orang, untuk lebih rinci dapat dilihat dalam lampiran.
Pada waktu pembelajaran apresiasi drama di kelas, peserta didik terlihat antusias mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung, meskipun terdapat beberapa peserta didik yang kurang antusias. Peserta didik dapat bekerja sama dengan baik dengan guru sehingga materi yang disampaikan guru dapat dengan mudah dipahami olehnya. Hal ini diketahui oleh peneliti
commit to user
sebagai partisipan pasif. Bagi peserta didik yang tertarik dan antusias dalam pembelajaran drama dikarenakan dapat berlatih berekspresi mengeksplorasikan kemampuan ke dalam dialog dan gerak-gerik dalam drama, serta menjadi artis dadakan meskipun dilingkup yang sempit. Lain halnya dengan peserta didik yang kurang antusias terhadap pembelajaran apresiasi drama dikarenakan mereka takut, malu, kesulitan menghafal naskah dan susah untuk berimprovisasi.
c. Tujuan Pembelajaran Berdasarkan hasil analisis data yang berupa RPP oleh peneliti, guru belum mencantumkan tujuan pembelajaran apresiasi drama di dalam RPP. Akan tetapi berdasarkan pengamatan peneliti tentang proses belajar mengajar di kelas guru menyampaikan tujuan pembelajaran apresiasi drama, yaitu peserta didik mampu menghayati watak tokoh yang akan diperanka; peserta didik mampu mengekspresikan dialog para tokoh dalam pementasan drama; dan peserta didik mampu memberikan tanggapan terhadap penampilan pemeran dalam pementasan drama. Seharusnya guru juga menuliskan tujuan pembelajaran tersebut ke dalam RPP.
Dalam pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama kelas XI di SMA Negeri Karangpandan, tidak menuju pada pementasan drama panggung malainkan drama televisi/rekaman drama. Hal ini menjadikan pembelajaran apresiasi drama yang diharapkan oleh Ibu Ami bahwa peserta didik mampu memproduksi sebuah rekaman drama sendiri tidak hanya bermain peran dan menulis naskah drama.
d. Isi Pelajaran Penerapan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di SMA Negeri Karangpandan memberikan kesempatan guru untuk memilih dan mengembangkan materi pembelajaran sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah masing-masing. Selain itu, pemilihan dan pengembangan materi pembelajaran yang digunakan guru juga disesuaikan dengan silabus.
commit to user
yang dimiliki oleh seluruh guru SMA Negeri se-kabupaten Karanganyar karena buku tersebut merupakan kesepakatan MGMP. Meskipun demikian, guru tidak hanya menjadikan LKS sebagai satu-satunya referensi materi pembelajaran apresiasi drama. Guru ternyata juga mengambil materi pembelajaran dari internet dan buku-buku dengan alasan terkadang materi yang termuat dalam LKS atau internet masih kurang sehingga guru mencari buku-buku lain untuk melengkapi referensi materi pembelajaran apresiasi drama selain untuk memperkaya pengetahuan pribadi guru.
Dengan demikian, dapat diketahui bahwa pemilihan materi pembelajaran apresiasi drama di SMA Negeri Karangpandan yang utama adalah disesuaikan dengan silabus dan RPP yang digunakan. Selanjutnya, materi-materi pembelajaran yang ada perlu disesuaikan dengan kebutuhan atau visi dan misi masing-masing sekolah. Selain itu, sumber materi pembelajaran apresiasi drama juga tidak hanya mengacu dari satu sumber saja melainkan menggunakan beragam sumber, baik dari buku teks maupun internet.
e. Metode Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti, metode pembelajaran apresiasi drama yang dipakai guru (Ibu Ami) termasuk sudah inovatif. Pada saat pembelajaran apresiasi drama berlangsung Ibu Ami menggunakan metode ceramah, inquiry, permodelan, tanya jawab, diskusi, dan penugasan. Metode-metode tersebut dipilih Ibu Ami karena menurut hemat beliau metode tersebut sesuai dengan materi dan dapat mempermudah proses belajar mengajar di dalam kelas.
Penggunaan metode ceramah yang dilakukan guru untuk menyampaikan materi yang berhubungan dengan apresiasi drama. Metode inquiry digunakan oleh guru untuk mengetahui keaktifan peserta didik untuk mencari dan menemukan informasi dalam materi apresiasi drama. Metode permodelan digunakan oleh guru karena dapat membantu guru, misalnya untuk percontohan berakting. Metode tanya jawab untuk mempermudah
commit to user
untuk memberikan tugas kepada peserta didik guna mengetahui aspek, kognitif, afektif, dan psikomotorik peserta didik.
f. Media Pada saat pertemuan perdana pembelajaran apresiasi drama guru bahasa Indonesia, yaitu Ibu Ami sudah menggunakan media elektronik saat mengajar, terutama saat memperlihatkan contoh rekaman drama yang dibuat oleh peserta didiknya yang kini kelas XII. Beliau mengajak peserta didik ke laboratorium fisika yang di sana terdapat LCD dan proyektor, sedangkan laptop, speaker, dan rekaman drama dibawa oleh guru dari kantor, yang telah dipersiapkan sebelumnya. Pertemuan kedua samapi pertemuan kelima tentang pembelajaran apresiasi drama dilaksanakan di kelas XI IPS 1 dan media yang digunakan guru berupa papan tulis dan spidol.
g. Evaluasi Dalam pembelajaran apresiasi drama guru melakukan evaluasi secara tertulis, format pengamatan dan penugasan. Evaluasi pembelajaran apresiasi drama dalam bentuk tertulis dilaksanakan dalam bentuk ulangan harian (penilaian hasil). Evaluasi format pengamatan digunakan guru untuk menilai keaktifan peserta didik dalam berekspresi, melakukan gerak-gerik, mimik, intonasi, adegan saat proses bermain drama (penilaian proses). Evaluasi penugasan, guru lakukan untuk mengambil penilaian dari hasil perekaman drama (penilaian hasil).
3. Pelaksanaan Pementasan Drama di Kelas XI IPS 1
SMA Negeri Karangpandan
SMA Negeri Karangpandan sudah sejak tiga tahun yang lalu dalam pelaksanaan pementasan drama tidak di ruang kelas atau sering disebut pementasan drama panggung melainkan drama televisi. Wujud dari drama televisi ini berupa rekaman pementasan yang dilakukan oleh peserta didik. Persiapan yang dilakukan guru dalam menghantarkan peserta didik ke dalam proses produksi antara lain:
commit to user
Pembentukan kelompok ini dilakukan oleh guru dengan cara mengundi peserta didik. Jumlah peserta didik di kelas XI IPS 1 adalah tiga puluh dua orang yang dibagi menjadi delapan kelompok dan setiap kelompok beranggotakan empat orang. Awal pembentukan guru memanggil sekretaris untuk menuliskan nomor satu sampai delapan di papan tulis, kemudian peserta didik dipanggil urut nomor absen untuk mengambil undian dapat nomor berapa, setelah itu melaporkan kepada sekretaris untuk ditulis namanya sesuai dengan nomor yang diperolehnya. Hal ini dilakukan guru agar adil dan tidak terkesan pilih-pilih.
b. Penulisan Naskah Peserta didik telah terbagi sesuai dengan kelompoknya masing-masing. Langkah selanjutnya adalah proses penulisan naskah. Sebelum kelompok menulis naskah, didahului dengan penentuan tema. Guru menyarankan pengambilan tema berdasarkan pengalaman saja agar mudah menyusun naskahnya. Setelah penentuan tema, peserta didik dibimbing untuk menuliskan synopsis naskah dramanya nanti seperti apa. Selanjutnya penyusunan dialog dan pemberian petunjuk lakuan dalam naskah drama. Setelah naskah selesai, peserta didik mengkonsultasikan naskah tersebut kepada guru untuk mendapatkan penilaian. Kemudian setelah naskah sudah benar-benar siap untuk diperankan, peserta didik barulah memerankan naskah drama yang mereka buat tersebut.
c. Proses Latihan Proses latihan ini diserahkan sepenuhnya oleh guru kepada peserta didiknya. Latihan yang dilakukan peserta didik cukup lama hampir tiga bulan. Peserta didik mengawali latihan drama dengan proses reading guna menentukan tokoh yang sesuai dengan naskah yang dibuatnya. Proses reading mereka lakukan di sela-sela waktu pelajaran, yaitu ketika jam istirahat. Proses reading ini memakan waktu cukup lama hampir dua bulan karena dilakukan hanya pada waktu istirahat saja. Setelah dialog-dialognya lancar, mereka mencoba latihan vokal, intonasi, ekspresi, dan gerak-gerik yang mereka lakukan pada
commit to user
Setelah mereka mendapatkan vokal, intonasi, ekspresi, gerak-gerik yang sesuai, mereka mencoba melibatkan properti yang akan digunakan dalam drama televisinya nanti supaya terbiasa.
d. Proses Perekaman Drama Proses perekaman drama ini mengahabiskan waktu kurang lebih dua minggu untuk perekaman video, pengeditan dan penambahan animasi-animasi yang dibutuhkan untuk menarik perhatian penonton. Peralatan yang digunakan peserta didik berupa camera digital atau handycam yang merupakan hasil pinjaman, karena ada beberapa kelompok yang anggotanya tidak memiliki camera digital atau pun handycam. Lokasi shooting yang mereka gunakan kebanyakan di area sekolah, tetapi ada juga yang mengambil lokasi shooting di area bukit kapur dan area pemakaman. Setelah proses pengambilan video selesai, mereka kemudian melakukan pengeditan dan pemberian animasi- animasi. Proses pengeditan mereka mengalami kendala, dikarenakan mereka tidak mempunyai pengetahuan tentang pengeditan sebuah rekaman drama. Dalam pembelajaran TIK juga tidak terdapat materi tentang pengeditan rekaman drama, sampai akhirnya mereka membawa video tersebut kepada orang yang lebih ahli, yaitu orang yang pekerjaannya sebagai pengeditan rekaman drama/video shooting. Setelah selesai pengeditan, mereka menyimpan hasil bermain perannya dalam bentuk kepingan CD yang kemudian diserahkan kepada guru agar mendapatkan penilaian akhir dari KD apresiasi drama.
4. Kendala dan Upaya yang Dilakukan Guru dalam Pembelajaran Apresiasi Drama di Kelas XI SMA Negeri Karangpandan
a. Kendala-kendala yang Dihadapi Guru dalam Pembelajaran Apresiasi drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan
Pelaksanaan pembelajaran apresiasi drama yang terjadi di kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karagpandan pada dasarnya berjalan lancar. Akan tetapi,
commit to user
kendala, antara lain:
1) Peserta didik Peserta didik yan masih malu-malu/kurang percaya diri dalam berakting di depan teman-teman kelompoknya. Selain itu, masih terdapat peserta didik yang tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru.
2) Fasilitas Di SMA Negeri Karangpandan belum mempunyai LCD, proyektor, dan speaker di setiap kelasnya; belum mempunyai ruangan laboratorium bahasa sendiri; belum memiliki peralatan untuk pengambilan video guna perekaman drama oleh peserta didik misalnya: handycam/camera digital.
3) Waktu Waktu yang digunakan guru masih kurang apabila semua kegiatan pembelajaran apresiasi drama dilakukan di dalam kelas, dengan aloksi 2 x
45 menit dan hanya lima kali pertemuan saja dalam pembelajaran apresiasi drama.
4) Bahan dan Materi Ajar Sumber atau materi ajar yang digunakan guru mengacu pada modul bahasa Indonesia (LKS) yang kandungan materinya masih kurang mendukung dalam pembelajaran apresiasi drama. Dasar teori yang terkandung di dalamnya sedikit dan banyak latihan soal. Selain itu peserta didik tidak mendapatkan materi tentang pengeditan rekaman drama.
b. Upaya yang dilakukan Guru untuk Mengatasi Kendala dalam Pembelajaran Apresiasi drama di Kelas XI IPS 1 SMA Negeri Karangpandan
Upaya-upaya yang dilakukan guru (Ibu Ami) untuk mengatasi kendala- kendala dalam pembelajaran apresiasi drama perlu dilakukan untuk memaksimalkan kualitas proses dan hasil pembelajaran sebagai berikut:
1) Peserta didik Guru memberikan motivasi, menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari materi sekaligus praktik dalam apresiasi drama. Guru memberikan
commit to user
tersebut di kelas. Akan tetapi kalau hal tersebut terjadi berulang-ulang guru akan memberikan sanksi kepada peserta didik tersebut tidak diberi nilai.
2) Fasilitas Guru dalam menjelaskan materi apresiasi drama menggunakan fasilitas kelas yang ada (papan tulis, spidol). Pada saat guru memperlihatkan contoh rekaman drama, Beliau harus meminjam ruang laboratorium Fisika yang telah difasilitasi LCD dan proyektor, sedangkan laptop dan speaker nya pinjam kepada guru lain. Masalah pengambilan rekaman drama dan pengeditan rekaman drama diserahkan sepenuhnya kepada peserta didik dalam setiap anggota kelompok.
3) Waktu Dalam mengefektifkan waktu, guru memberikan penjelasan materi drama secara singkat, padat, dan jelas dan untuk bermain perannya guru menyerahkan semuanya kepada peserta didik yang dilakukan di luar KBM. Guru hanya memantau perkembangan peserta didik dalam bermain peran dan terima jadi dari hasil perekaman drama tersebut.
4) Bahan dan Materi Ajar Guru dan peserta didik mencari materi tambahan yang berkaitan dengan pembelajaran apresiasi drama dari sumber buku lain, salah satunya Terampil Bermain Peran karya Asul Wiyanto atau dari sumber-sumber lain di internet yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya dan seharusnya dalam mata pelajaran TIK ditambahkan materi tentang pengeditan rekaman drama.
commit to user