Analisis Item Hasil Uji Coba I

7. Analisis Item Hasil Uji Coba I

a. Analisis Hasil ITEMAN Uji Coba I

Hasil uji coba pertama dianalisis menggunakan program ITEMAN (Lampiran 2) dan SPSS. Analisis dengan program ITEMAN dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya pembeda, efektifitas pengecoh dan tingkat kesahihan tes yang telah disusun. Sedangkan program SPSS digunakan untuk membuat deskripsi data, grafik dan kurva penyebaran skor.

Pada hasil analisis ITEMAN, indeks kesukaran item soal ditunjukkan oleh nilai prop.corect. “Soal dikatakan mudah jika nila prop.corect lebih dari 0,7 , dikatakan sedang jika nilai prop.corect 0,3 sampai 0,7 dan dikatakan sukar jika prop.corect kurang dari 0,3” (Suharsini Arikunto, 2001). Soal yang terlalu mudah atau sukar tidak memberikan informasi yang banyak mengenai tes karena tidak mampu membedakan kemampuan peserta tes. Soal sukar adalah soal yang Pada hasil analisis ITEMAN, indeks kesukaran item soal ditunjukkan oleh nilai prop.corect. “Soal dikatakan mudah jika nila prop.corect lebih dari 0,7 , dikatakan sedang jika nilai prop.corect 0,3 sampai 0,7 dan dikatakan sukar jika prop.corect kurang dari 0,3” (Suharsini Arikunto, 2001). Soal yang terlalu mudah atau sukar tidak memberikan informasi yang banyak mengenai tes karena tidak mampu membedakan kemampuan peserta tes. Soal sukar adalah soal yang

Berdasarkan analisis hasil uji I pada 47 responden untuk setiap paket soal, untuk paket soal A diperoleh 6 soal (9, 24, 25, 29, 30, 38) sukar, 24 soal (4,

39) kategori sedang dan 10 soal (1, 2, 3, 7, 8, 10, 14, 31, 35, 40) yang mudah. Sedangkan untuk paket soal B diperoleh 13 soal (1, 3, 6, 9, 20, 23, 24, 25, 26, 29,

30, 37, 38) sukar 23 soal (2, 4, 5, 10, 11, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 21, 22, 27, 28,

31, 32, 33, 34, 36, 39, 40) termasuk kategori sedang dan 4 soal (7, 8, 12, 35) yang mudah. Tabel 4. 11. Prosentase Taraf Kesukaran Soal Paket A dan B

Soal Paket

Kategori

Prosentase

A Sukar

B Sukar

10 % Hasil identifikasi mengenai taraf kesukaran soal paket A dan B

menunjukkan bahwa untuk paket soal A, prosentase soal sukar lebih sedikit jika dibanding paket soal B, soal kategori sedang pada paket A lebih banyak daripada soal paket B, dan soal yang tergolong mudah pada paket A lebih banyak daripada soal paket B. Dengan mengasumsikan bahwa peserta tes memiliki kemampuan yang homogen, dapat dikatakan soal paket B lebih sukar jika dibandingkan soal paket A.

Analisis kuantitatif yang lain adalah analisis mengenai daya pembeda soal. Analisis daya beda soal bertujuan untuk mengetahui dapat tidaknya suatu soal membedakan kelompok atas dan kelompok bawah. Indeks daya pembeda di dapatkan dari selisih proporsi yang menjawab dari masing – masng kelompok.

pembeda berikut: Tabel 4.12. Kriteria Daya Pembeda Soal

Daya pembeda lemah sekali (jelek), dianggap tidak memiliki daya pembeda yang baik

Satisfactory

Memiliki daya pembeda yang cukup (sedang)

Good

Memiliki daya pembeda yang baik 0,70 – 1,00

Excellent

Memiliki daya pembeda yang baik sekali

Bertanda negatif

Jelek sekali

(ditolak)

Daya pembedanya jelek

(Sumber : Anas Sudijono, 1996 :389) Daya pembeda soal dalam analisis data menggunakan program ITEMAN ditunjukkan dengan besarnya korelasi poin biserial (r pbis ) dan korelasi biserial (r bis ). Korelasi poin biserial dan korelasi biserial mempunyai kelebihan masing- masing. Butir soal yang baik memiliki daya pembeda positif dan tinggi. Sebaliknya, untuk alternatif jawaban yang merupakan pengecoh (distraktor) yang baik harus memiliki koefisien korelasi yang negatif dan tinggi. Karena hal ini mengindikasikan bahwa pengecoh (distraktor) memang berasal dari siswa yang kurang baik.

Dari hasil analisis ITEMAN untuk kedua paket soal, pada paket soal A diperoleh 5 soal (1, 9, 24, 31, 38) memiliki daya pembeda poor, 5 soal (3, 4, 5,7,

8) satisfactory, 13 soal (2, 6, 10, 11, 12, 14, 17, 20, 26, 35, 36, 37, 40) good, 12 soal (soal nomor 13, 15, 16, 18, 19, 21, 22, 23, 30, 33, 34, 39) excellent dan 5 soal (soal nomor 25, 27, 28, 29, 32) ditolak. Sedangkan untuk paket soal B, diperoleh 1 soal (soal nomor 7) mempunyai daya pembeda poor, 4 soal (soal nomor 1, 2, 20,

21) dalam kategori satisfactory, 13 soal (soal nomor 4, 5, 8, 13, 14, 15, 16, 17, 31,

32, 33, 35, 38) good, 10 soal (soal nomor 6, 10, 18, 19, 22, 24, 27, 34, 36, 40) excellent dan 12 soal (soal nomor 3, 9, 11, 12, 23, 25, 26, 28, 29, 30, 37, 39) yang ditolak.

Jika kedua paket soal (tes) dibandingkan maka diperoleh pengelompokan daya pembeda dari setiap paket soal sebagai berikut :

Soal paket

A Satisfactory 12,5 %

Dapat dipakai (75 %)

Direvisi / diteliti (25%)

Ditolak

B Satisfactory 10 %

Dapat dipakai (67,5%)

Direvisi / diteliti (32,5%)

Ditolak

Dari angka prosentase daya pembeda setiap paket soal, dapat disimpulkan bahwa prosentase daya pembeda soal paket A lebih besar daripada paket soal B. Lebih besarnya angka prosentase daya pembeda tersebut menunjukkan bahwa soal paket A lebih bisa membedakan siswa kelompok kelas atas dan kelas bawah.

Berbeda dengan kriteria daya pembeda untuk butir soal yang mengharuskan memiliki koefisien daya pembeda positif dan tinggi, untuk alternatif jawaban yang merupakan pengecoh (distraktor) yang baik harus memiliki koefisien korelasi yang negatif dan tinggi. Karena hal tersebut mengindikasikan bahwa pengecoh (distraktor) memang berasal dari siswa yang kurang baik. Dalam analisis ITEMAN daya pembeda pilihan jawaban ditunjukkan dengan nilai biser, dari hasil analisis ditemukan beberapa nomor soal pada kedua paket yang memiliki daya pembeda alternatif jawaban yang tidak memenuhi kriteria baik karena bernilai positif. Pada paket soal A terdapat 12 soal yang nilai koefisien korelasinya tidak memenuhi syarat, yakni 1(A), 3(B), 4(C), 9(B), 16(A), 20(A), 24(D), 27(D), 28(B), 30(D), 31(B) dan 38(A). Sedangkan pada paket soal

B terdapat 15 soal yang memiliki koefisien daya pembeda alternatif jawaban tidak baik, yakni 3(B), 7(C), 11(D), 12(A), 13(C), 14(D), 20(B), 23(C), 25(D), 26(A), 28(D), 29(C), 30(D), 37(B) dan 39(A). Indeks daya pembeda alternatif jawaban tidak memenuhi syarat (bernilai positif) menunjukkan bahwa ada beberapa peserta tes kelas atas yang justru memilih pengecoh sebagai jawaban dan peserta tes yang berasal dari kelas bawah memilih jawaban yang tepat. Misalnya untuk soal paket B terdapat 15 soal yang memiliki koefisien daya pembeda alternatif jawaban tidak baik, yakni 3(B), 7(C), 11(D), 12(A), 13(C), 14(D), 20(B), 23(C), 25(D), 26(A), 28(D), 29(C), 30(D), 37(B) dan 39(A). Indeks daya pembeda alternatif jawaban tidak memenuhi syarat (bernilai positif) menunjukkan bahwa ada beberapa peserta tes kelas atas yang justru memilih pengecoh sebagai jawaban dan peserta tes yang berasal dari kelas bawah memilih jawaban yang tepat. Misalnya untuk soal paket

Selain analisis mengenai koefisien daya beda alternatif jawaban, analisis kuantitatif mengenai efektifitas pengecoh (distraktor) juga dilakukan pada kedua paket soal. Suatu pengecoh dikatakan efektif bila dipilih oleh paling sedikit 2% dari peserta yang mengikuti tes (Fernandes, 1984:29). Apabila pengecoh dipilih secara merata, maka pengecoh yang telah dibuat dapat dikatakan berfungsi dengan baik. Sedangkan jika pengecoh dipilih lebih banyak oleh peserta tes kelas atas maka termasuk dalam pengecoh yang menyesatkan.

Dari hasil analisis mengenai efektifitas distraktor (Lampiran 17) diperoleh 6 soal paket A dan 6 soal pada paket B yang distraktornya kurang berfungsi (dipilih oleh kurang dari 2% peserta tes). Tabel 4. 14. Klasifikasi Distraktor Soal Paket A

Jumlah pilgan yang memenuhi

No Soal

Tabel 4.15. Klasifikasi Distraktor Soal Paket B Jumlah pilgan yang

memenuhi

No Soal

Prosentase

Instrumen tes formatif fisika pokok bahasan cahaya telah dibuat dalam dua paket soal, yakni paket A dan B. Untuk melihat tingkat kesetaraan soal, maka dilakukan pembandingan hasil analisis ITEMAN setiap item soal dengan meninjau aspek taraf kesukaran dan daya pembeda. Soal dapat dikatakan seimbang jika nilai koefisien prop.corect dan daya pembeda tidak berbeda jauh. Dari 80 soal paket A dan B terdapat 21 soal yang tidak seimbang, berdasarkan nilai prop.corect dan r bis hasil analisis ITEMAN diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 4.16. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 1

Soal No 1

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

0,246 Ditinjau dari taraf kesukaran, soal A lebih mudah jika dibanding soal B.

Namun daya pembeda soal B lebih bagus daripada daya pembeda soal A, walaupun nilai koefisien daya pembeda soal B masuk dalam kategori satisfactory. Tabel 4.17. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 2

Soal No 2

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

0,259 Peserta tes yang mengerjakan dengan benar soal paket A lebih banyak

jka dibandingkan soal no 2 paket B. Dapat dikatakan soal nomor 2 paket A lebih mudah daripada soal nomor 2 paket B.Walaupun demikian, soal nomor 2 paket B masih termasuk dalam kategori sedang. Ditinjau dari koefisien daya pembeda, paket soal B termasuk dalam kategori direvisi karena nilai p<0,3. Secara kualitatif dapat ditafsirkan bahwa beberapa peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh jawaban, sebaliknya peserta tes yang termasuk kelas bawah memilih kunci jawaban. Tabel 4.17. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 3

Soal No 3

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,269 Soal nomor 3 paket soal A termasuk dalam kategori mudah dan memiliki

daya beda yang rendah. Namun jika dibanding soal nomor 3 paket B, soal paket A

Dapat pula dikatakan soal nomor 3 paket A dan B tidak seimbang. Tabel 4.18. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 7

Soal No 7

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

0,131 Soal nomor 7 paket A dan B dapat dikatakan seimbang. Ditinjau dari

tingkat kesukaran item, soal pada paket A dan B termasuk dalam kategori mudah. Begitu pula dengan nilai daya pembeda, kedua soal termasuk dalam kategori direvisi. Tabel 4.19. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 9

Soal No 9

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,203 Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 9 paket A lebih sukar jika

dibandingkan soal paket B. Namun berdasarkan kriteria pengelompokan taraf kesukaran item, kedua soal termasuk dalam kategori sukar. Kedua soal tergolong sukar karena peserta tes yang menjawab benar pada setiap item soal belum mencapai 30% dari jumlah peserta tes. Jika ditinjau dari segi daya pembeda, soal paket B lebih jelek daripada soal paket A karena daya pembeda soal nomor 9 paket B ditolak. Tanda negatif pada koefisien daya pembeda menunjukkan bahwa ada peserta tes dari kelas atas yang memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban, sedangkan peserta tes dari kelas bawah memilih jawaban yang tepat. Tabel 4.20. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 11

Soal No 11

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,011 Soal nomor 11 paket A danB tidak seimbang. Soal paket A lebih baik

daripada soal paket B. Kedua soal termasuk dalam kategori sedang, namun nilai daya beda kedua soal berbeda. Daya beda soal paket A termasuk kategori good, sedangkan daya beda paket B termasuk dalam kategori ditolak. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan efektifitas pengecoh, ada kemungkinan pilihan jawaban soal nomor 11 paket B membingungkan sehingga ada peserta tes kelas atas yang mengerjakan paket soal tersebut memilih pengecoh sebagai jawaban.

Soal No 12

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,005 Soal nomor 12 paket A danB tidak seimbang. Soal paket A lebih baik

daripada soal paket B. Dilihat dari taraf kesukaran, soal paket A termasuk soal yang sedang namun soal paket B termasuk dalam kategori mudah. Daya beda soal paket A termasuk kategori good, sedangkan daya beda paket B termasuk dalam kategori ditolak. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan efektifitas pengecoh, ada kemungkinan pilihan jawaban soal nomor 12 paket B membingungkan sehingga ada 5% peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai jawaban. Tabel 4.22. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 20

Soal No 20

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

0,267 Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 20 paket A termasuk kategori

sedang dan soal paket B termasuk soal yang sukar. Dari segi daya pembeda, soal paket A lebih baik daripada soal paket B. Dapat disimpulkan bahwa kedua soal tersebut tidak seimbang dari segi taraf kesukaran dan daya pembeda. Tabel 4.23. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 23

Soal No 23

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,155 Soal nomor 23 paket A lebih mudah jika dibandingkan soal paket B.

Berdasarkan kriteria pengelompokan taraf kesukaran item, soal A adalah soal yang sedang dan soal paket B adalah soal yang sukar. Jika ditinjau dari segi daya pembeda, soal paket B lebih jelek daripada soal paket A karena daya pembeda soal nomor 9 paket B ditolak. Tanda negatif pada koefisien daya pembeda menunjukkan bahwa ada peserta tes dari kelas atas yang memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban, sedangkan peserta tes dari kelas bawah memilih jawaban yang tepat. Dari tinjauan taraf kesukaran dan daya pembeda, soal A lebih baik daripada soal B.

Soal No 24

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

1,000 Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 24 paket A lebih sukar jika

dibandingkan soal paket B. Namun berdasarkan kriteria pengelompokan taraf kesukaran item, kedua soal termasuk dalam kategori sukar. Kedua soal tergolong sukar karena peserta tes yang menjawab benar pada setiap item soal belum mencapai 30% dari jumlah peserta tes. Jika ditinjau dari segi daya pembeda, soal paket B dapat dikatakan berfungsi optimal, karena nilai koefisien pembeda bernilai maksimum. Sedangkan nilai daya pembeda soal paket A adalah 0,166, menunjukkan bahwa soal perlu direvisi. Dapat disimpulkan bahwa soal A dan B tidak seimbang dari tinjauan taraf kesukaran maupun daya pembeda. Tabel 4.25. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 25

Soal No 25

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-9,000 Soal nomor 25 paket A danB tidak seimbang. Soal paket A lebih baik

daripada soal paket B. Dilihat dari taraf kesukaran, kedua soal termasuk soal yang sukar, namun soal paket B memiliki angka tingkat kesukaran 0,000 artinya soal tersebut sangat sulit karena tidak ada satu peserta tes yang mampu menjawab soal. Jika dilihat dari koefisien daya pembeda, kedua soal termasuk ditolak. Tabel 4.26. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 26

Soal No 26

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,335 Soal nomor 26 paket A danB tidak seimbang. Soal paket A lebih baik

daripada soal paket B. Dilihat dari taraf kesukaran, soal paket A termasuk soal yang sedang namun soal paket B termasuk dalam kategori sukar. Daya beda soal paket A termasuk kategori good, sedangkan daya beda paket B termasuk dalam kategori ditolak. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh perbedaan efektifitas pengecoh, ada kemungkinan pilihan jawaban soal nomor 26 paket B membingungkan sehingga ada 33,5% peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai jawaban.

Soal No 27

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

0,702 Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 27 paket A dan B termasuk soal

yang sedang. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket B dapat dikatakan berfungsi optimal, karena nilai koefisien pembeda bernilai maksimum. Sedangkan nilai daya pembeda soal paket A adalah -0,459, menunjukkan bahwa daya pembeda soal no 27 ditolak karena ada 45,9 % peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban. Dapat disimpulkan bahwa soal A dan B tidak seimbang dari tinjauan dari daya pembeda. Tabel 4.28. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 28

Soal No 28

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,290 Soal nomor 28 paket A danB tidak seimbang. Dilihat dari taraf

kesukaran, soal paket A dan B termasuk dalam kategori soal yang sedang. Daya beda soal paket A termasuk kategori ditolak karena nilai koefisiennya 0,000, artinya soal tidak mampu membedakan peserta tes kelas atas dan kelas bawah. Daya beda paket B juga termasuk dalam kategori ditolak namun nilai koefisiennya bernilai negatif, hal ini menunjukkan bahwa pilihan jawaban soal paket B membingungkan sehingga ada 29% peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai jawaban. Tabel 4.29. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 29

Soal No 29

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,029 Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 29 paket A dan B termasuk soal

yang sukar. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket A dan B termasuk dalam kategori ditolak karena koefisien daya bedanya bernilai negatif. Namun soal paket A lebih jelek daripada soal paket B, karena prosentase peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai jawaban lebih banyak jika dibandingkan soal nomor 29 paket soal B. Dapat disimpulkan bahwa soal A dan B tidak seimbang.

Soal No 30

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,465 Soal nomor 30 paket A danB tidak seimbang. Dilihat dari taraf

kesukaran, soal paket A dan B termasuk dalam kategori soal yang sukar. Daya beda soal paket A termasuk kategori diterima, namun daya beda paket B termasuk dalam kategori ditolak karena koefisien daya pembedanya bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan jawaban soal paket B membingungkan sehingga ada 46,5% peserta tes kelas atas yang memilih pengecoh sebagai jawaban. Tabel 4.31. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 31

Soal No 31

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

0,440 Soal nomor 31 paket A dan B termasuk soal yang memiliki taraf

kesukaran sedang. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket A termasuk dalam kategori soal yang direvisi karena nilai koefisien daya pembedanya kurang dari 0,2. Dapat disimpulkan bahwa soal A dan B tidak seimbang dari tinjauan daya pembeda soal. Tabel 4.32. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 32

Soal No 32

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

0,625 Ditinjau dari taraf kesukaran, soal nomor 32 paket A dan B termasuk soal

yang sedang. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket B lebih baik dari soal paket A. Koefisien daya pembeda paket soal A bernilai -0,025, menunjukkan bahwa daya pembeda soal termasuk dalam kategori ditolak. Ada kemungkinan bahwa terdapat 2,5% peserta tes kelas atas yang justru memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban. Dapat disimpulkan soal A dan B tidak seimbang, soal paket B lebih baik daripada soal paket A. Tabel 4.33. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 37

Soal No 37

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,096 -0,096

Soal No 38

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

0,550 Dilihat dari kriteria taraf kesukaran soal nomor 38 paket A termasuk

dalam kategori soal yang sukar, sedangkan soal paket B termasuk soal yang sedang. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket B lebih baik dari soal paket A. Koefisien daya pembeda paket soal A bernilai 0,000, menunjukkan bahwa daya pembeda soal termasuk dalam kategori ditolak karena soal tidak mampu membedakan peserta tes kelas atas dan kelas bawah. Dapat disimpulkan soal A dan B tidak seimbang, soal paket B lebih baik daripada soal paket A. Tabel 4.35. Perbandingan Analisis ITEMAN Soal Nomor 39

Soal No 39

Kriteria

Paket A

Paket B

Taraf kesukaran

Daya pembeda

-0,103 Soal nomor 39 paket A termasuk soal yang sedang, namun soal paket B

termasuk soal yang sukar. Jika dilihat dari segi daya pembeda, soal paket A lebih baik dari soal paket B. Koefisien daya pembeda paket soal B bernilai -0,103, menunjukkan bahwa daya pembeda soal termasuk dalam kategori ditolak. Angka daya pembeda -0,103 menunjukkan bahwa terdapat 10,3% peserta tes kelas atas yang justru memilih pengecoh sebagai pilihan jawaban. Dapat disimpulkan soal A dan B tidak seimbang, soal paket A lebih baik daripada soal paket B.

Jika rangkuman analisis ITEMAN kedua paket soal dibandingkan (Tabel 4.35), maka akan diperoleh indentifikasi mengenai beberapa hal, antara lain skor rata – rata tiap paket tes, varian, angka kemiringan, distribusi skor dan koefisien Jika rangkuman analisis ITEMAN kedua paket soal dibandingkan (Tabel 4.35), maka akan diperoleh indentifikasi mengenai beberapa hal, antara lain skor rata – rata tiap paket tes, varian, angka kemiringan, distribusi skor dan koefisien

A (43.064) lebih tinggi dari varian B (30.722). Nilai varian menunjukkan sebaran skor peserta tes. Jika varian A lebih tinggi, hal ini menunjukkan bahwa rentang nilai antara peserta kelas atas dengan kelas bawah terpaut jauh. Nilai kemiringan menunjukkan distribusi skor peserta tes, kemiringan distribusi skor paket B (0.709) lebih tinggi daripada A (0.418). Tanda positif pada angka kemiringan menunjukkan bahwa sebagian besar skor berada pada skor rendah. Jika dikaitkan dengan nilai puncak distribusi, kedua paket soal memiliki angka puncak distribusi skor negatif. Angka negatif pada nilai puncak distribusi menunjukkan bahwa distribusi skornya landai. Gambaran hasil analisis mengenai distribusi skor dapat pula digambarkan dengan Kurva 4.1.

Tingkat kesahihan atau reliabilitas suatu item tes menggambarkan tingkat konsistensi suatu item sebagai alat ukur. Nilai koefisien reliabilitas bekisar antara

0 sampai 1. Suatu tes dikatakan reliabel jika nilai koefisien reliabilitasnya mendekati 1. Dari analisis hasil ITEMAN, tingkat kesahihan ditunjukkan oleh nilai alpha

Ditinjau dari nilai reliabilitas tes, koefisien reliabilitas paket soal

A 0,830 (dari nilai alpha), angka ini menunjukkan bahwa tingkat kesahihan tinggi. Sedangkan nilai indeks reliabilitas tes paket soal B sebesar 0,757 menunjukkan bahwa tingkat kesahihan tes tinggi pula. Jika dibandingkan dengan paket soal A, tingkat kesahihan tes paket B lebih rendah 0,073 dari angka kesahihan paket soal A. Tabel 4.36 Rangkuman Analisis ITEMAN Paket A dan B

Kriteria

Paket A

Paket B jumlah soal

40 40 jumlah peserta tes

47 47 skor rata – rata

30.722 standar deviasi

5.543 kemiringan distribusi skor

0.709 puncak distribusi skor

-0.710 skor terendah

8.000 skor tertinggi

15.000 koefisien reliabilitas

0.426 rata – rata daya beda semua soal

0.295 rata – rata daya pembeda

b. Analisis Hasil Uji Coba I Menggunakan SPSS

Selain dianalisis menggunakan program ITEMAN, data hasil uji coba juga dianalisis menggunakan program SPPSS 16 untuk mendapatkan deskripsi data dan betuk grafik.

Dari Tabel 5.1 (Lampiran 7) hasil analisis dengan SPSS dapat diketahui bahwa setiap item soal memiliki nilai maksimum 1, hal ini menunjukkan bahwa tidak ada item soal yang tidak dapat dijawab oleh paling sedikit satu peserta tes. Untuk menunjukkan pola penyebaran skor peserta tes, data hasil uji dibuat dalam bentuk grafik. Pada diagram batang 4.1 terlihat bahwa kebanyakan peserta tes mendapatkan skor 17, sedangkan peserta tes yang mendapatkan skor 16, 21, 24,

25, 29 dan 30 relatif lebih sedikit. Nilai maksimum 32 dan nilai minimum 12. Penyebaran skor tidak merata karena tidak ada peserta tes yang mendapatkan skor tes 14, 20, 23 dan 28. Ketidakteraturan penyebaran skor ini dapat pula dilihat dari kurva 4.2a. Distribusi skor dapat dikatakan normal jika kurva yang terbentuk berdistribusi normal, sedangkan pada gambar 4.2a kurva cenderung miring ke kiri. Kurva ini mengidentifikasikan bahwa soal paket A masuk dalam kategori soal yang sukar.

Dari Tabel 5.2 (Lampiran 8) deskripsi data hasil analisis SPSS 16 terlihat bahwa terdapat skor 0 pada kolom nilai maksimum per item. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu siswa pun yang mampu menjawab item soal nomor 25 dengan benar. Ditinjau dari distribusi skor peserta tes, skor terbanyak yang diperoleh peserta tes adalah 13, sedangkan untuk skor 9,10,17,19,23,26,28 dan 29 relatif rendah. Jika skor digambarkan dalam bentuk kurva, maka akan diperoleh kurva yang miring ke kiri (gambar 4.2b). Dari kurva 4.2b dapat dikatakan bahwa secara umum soal termasuk kategori sukar karena skor terbanyak yang diperoleh peserta tes adalah 13. Jika disesuaikan dengan Standar Kelulusan Minimum, skor Dari Tabel 5.2 (Lampiran 8) deskripsi data hasil analisis SPSS 16 terlihat bahwa terdapat skor 0 pada kolom nilai maksimum per item. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada satu siswa pun yang mampu menjawab item soal nomor 25 dengan benar. Ditinjau dari distribusi skor peserta tes, skor terbanyak yang diperoleh peserta tes adalah 13, sedangkan untuk skor 9,10,17,19,23,26,28 dan 29 relatif rendah. Jika skor digambarkan dalam bentuk kurva, maka akan diperoleh kurva yang miring ke kiri (gambar 4.2b). Dari kurva 4.2b dapat dikatakan bahwa secara umum soal termasuk kategori sukar karena skor terbanyak yang diperoleh peserta tes adalah 13. Jika disesuaikan dengan Standar Kelulusan Minimum, skor

(a)

(b)

Gambar 4.1(a) Diagram Batang Penyebaran Skor Uji Coba I Paket A

(b) Diagram Batang Penyebaran Skor Uji Coba I Paket B

(a)

(b)

Gambar 4.2(a) Kurva Distribusi Skor Uji Coba I Paket A

(b) Kurva Distribusi Skor Uji Coba I Paket B

Dokumen yang terkait

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana PendidikanProgram Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

0 0 120

PERBEDAAN NILAI APE PEKERJA TERPAPAR DEBU PEMBAKARAN BATU BATA DIBANDINGKAN PENDUDUK SEKITAR DI MOJOLABAN SUKOHARJO SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 50

ANALISIS PREFERENSI KONSUMEN TERHADAP BUAH JERUK LOKAL DAN BUAH JERUK IMPOR DI KABUPATEN KUDUS Skripsi

1 11 91

HUBUNGAN STATUS EKONOMI DAN TINGKAT PENGETAHUAN TB DENGAN KETERLAMBATAN PASIEN DALAM DIAGNOSIS KASUS TB PARU SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 57

EFEK ANESTESI INHALASI SEVOFLURAN DAN ISOFLURAN TERHADAP FREKUENSI NADI SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 46

Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan Terhadap Pemenuhan Hak Peserta Didik

0 0 98

ASOSIASI PENGETAHUAN MENGENAI ROKOK DENGAN SIKAP DAN PERILAKU MEROKOK PADA REMAJA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 78

Hubungan Pengetahuan Mengenai Kebersihan Genitalia Eksterna Dengan Kejadian Keputihan Pada Mahasiswi Fakultas Mipa Uns

1 0 56

STRUKTUR HISTOLOGIS HEPAR DAN REN TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) FEMININA GRAVID SETELAH PEMBERIAN RHODAMIN B SECARA ORAL Skripsi

0 0 85

KO-INFEKSI VIRUS HEPATITIS B DAN VIRUS HEPATITIS C PADA PENDERITA HIVAIDS DI SURAKARTA, INDONESIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

0 0 34