Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan Terhadap Pemenuhan Hak Peserta Didik

Pemenuhan Hak Peserta Didik (Studi Kasus di Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo)

Oleh :

DANANG HERY PURWOKO K6408004 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

Saya yang bertanda tangan di bawah ini Nama

: Danang Hery Purwoko

NIM

: K6408004

Jurusan/Program Studi : PIPS/Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

PEMENUHAN HAK PESERTA DIDIK (Studi Kasus di Dinas Pendidikan

ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri.

Selain itu, sumber informasi yang dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka. Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan saya.

Surakarta, November 2012 Yang membuat pernyataan

Danang Hery Purwoko

Pemenuhan Hak Peserta Didik (Studi Kasus di Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo)

Oleh :

DANANG HERY PURWOKO K6408004 SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pada hari

Tanggal

Persetujuan Pembimbing

Pembimbing I

Dra. Ch Baroroh, M.Si NIP.19520706 198004 2 001

Pembimbing II

Moh. Muhtarom. S.Ag, M.SI NIP. 19740724 200501 1 002

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari

Tanggal

Tim Penguji Skripsi :

Nama Terang Tanda Tangan Ketua

: Dr. Sri Haryati, M.Pd

1. ..................... Sekretaris : Dewi Gunawati, S.H, M.Hum

2. .................... Anggota I : Dra. Ch. Baroroh, M.Si

3. ..................... Anggota II : Moh. Muhtarom, S.Ag, M.SI

Disahkan oleh : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan,

Danang Hery Purwoko, PENYALAHGUNAAN WEWENANG PEJABAT

DINAS PENDIDIKAN TERHADAP PEMENUHAN HAK PESERTA

DIDIK (Studi Kasus di Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo). Skripsi : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas Maret. Surakarta, November 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1)Mengapa terjadi penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik. (2)Dampak penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik. (3)Solusi untuk mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik.

Penelitian ini menggunakan metode deskriftif kualitatif dengan pendekatan studi kasus tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan diperoleh dari informan, arsip dan dokumen. Teknik sampling yang digunakan sampel bertujuan atau purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, observasi dan analisis dokemen. Validitas data dilakukan dengan cara trianggulasi sumber atau triangulasi data. Analisis data melalui pengumpulan data, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan: (1) Faktor-faktor penyebab terjadiya penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta didik antara lain :(a) Mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok dan tidak menjujung tinggi nilai-nilai kejujuran. (b) Kurangnya trasparansi dan akuntabilitas tentang program pemenuhan hak peserta didik akhirnya menimbulkan kesempatan untuk melakukan penyalahgunaan wewenang. (c) Adanya keluasaan kewenangan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mengambil keputusan atau disebut diskresi. (2) Dampak terjadiya penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta didik antara lain adalah: (a) Menghambat terwujudnya tujuan pendidikan di Kabupaten Sukoharjo. (b) Menghambat kegiatan pembelajaran. (c) Beban orang tua bertambah berat. (d) Mengganggu proses pembelajaran di sekolah. (3) Solusi mengatasi atau menanggulangi penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo terhadap hak peserta didik antara lain : (a) Menanamkan nilai-nilai kejujuran. (b) Menindak tegas para pegawai yag melakukan penyalahgunaan wewenang (c) Melakukan pengawasan internal yaitu dari atasan langsung dan pengawasan eksternal yaitu dari BPK atau BPKP tentang penggunaan dana dan laporan-laporan dari Dinas Pendidikan (d) Melalui komite sekolah untuk menjalin kerjasama antara pihak Dinas Pendidikan, sekolah, dan masyarakat untuk mensosialisasikan program dan anggaran pendidikan untuk peserta didik agar ada transparansi dan masyarakat bisa melakukan pengawasan guna mengurangi penyalahgunaan wewenang.

Danang Hery Purwoko, THE AUTHORITY MISUSE BY EDUCATION

OFFICE OFFICIALS AGAINST THE FULFILLMENT OF STUDENT

RIGHT (A Case Study on Education Office of Sukoharjo Regency). Thesis : Teacher Training and Education Faculty. Sebelas Maret. University. Surakarta, November 2012.

The objective of research is to find out: (1) Why does the authority misuse by Education Office Officials against the fulfillment of Student Right occur, (2) the effect of the authority misuse by Education Office Officials against the fulfillment of Student Right, and (3) solution to the authority misuse by Education Office Officials against the fulfillment of Student Right.

This study employed a descriptive qualitative method using a single embedded case study approach. The data source used was obtained from informant archive and document. The sampling techniques used were interview, observation and document analysis. The data validation was conducted using source or data triangulation. The data analysis was done through data collection, data reduction, data display, and conclusion drawing.

Based on the result of research, it could be concluded that: (1) Factors causing the authority misuse by Sukoharjo Education Office Officials against the fulfillment of Student Right included: (a) prioritize personal or group interest and not menjujung the values of honesty, (b) less transparency and accountability about the program of fulfilling the student right leading to the opportunity of making decision or called discretion by a leader. (2) The effect of the authority misuse by Sukoharjo Education Office Officials against the fulfillment of Student Right included: (a) inhibiting the realization of education objective in Sukoharjo Regency. (b) inhibiting the learning activity. (c) increasingly heavy burden of parent. (d) disturbing learning process at school. (3) Solution to cope with or to handle the authority misuse by Sukoharjo Education Office Officials against the fulfillment of Student Right included: (a) Implanting the truthfulness values. (b) Take firm action against employees who commit abuse of authority. (c) Internal controls of the immediate supervisor and the external supervision of the BPK or BPKP on the use of funds and reports from the Education Office (d) through school committee, establishing cooperation between the Education Office, school, and community to socialize the education program and budget for students in order to create transparency and the community could conduct overseeing to reduce the authority misuse.

-masing dari kalian adalah penggembala (pemimpin), dan masing-masing dari kalian akan ditanya (mempertanggungjawabkan) tentang apa yang

(HR. Bukhori)

bagi orang itu

(HR. Muslim)

Keluaran pendidikan seharusnya dapat menghasilkan orang pintar, tetapi juga orang baik.

(M. Furqon Hidayatulloh)

Karya ini penulis persembahkan kepada: Bapak dan Ibu atas doa dan kasih sayangnya Teman-teman PPKn angkatan 2008

Almamater

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan berkah-Nya skripsi ini akhirnya dapat diselesaikan, untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Banyak hambatan yang menimbulkan kesulitan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini, namun berkat bantuan dari berbagai pihak akhirnya kesulitan-kesulitan yang timbul dapat teratasi. Untuk itu atas segala bentuk bantuannya, disampaikan terima kasih kepada yang terhormat :

1. Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ijin penelitian guna menyusun skripsi ini

2. Drs. Saiful Bachri, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP UNS Surakarta, yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi

3. Dr. Sri Haryati, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan FKIP UNS yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi

4. Dra. Ch Baroroh, M.Si selaku Pembimbing I yang dengan sabar telah memberikan pengarahan, bimbingan dan motivasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan

5. Moh. Muhtarom, S.Ag, M.SI selaku Pembimbing II yang dengan sabar telah memberikan bimbingan, pengarahan dan dorongan selama penulis menyelesaikan skripsi ini

6. Segenap

Bapak/Ibu dosen

Program Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini

7. Pegawai dan staf Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo yang telah memberikan ijin dan informasi bagi peneliti

8. Kepala Sekolah dan Masyarakat di Kabupaten Sukoharjo yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini 8. Kepala Sekolah dan Masyarakat di Kabupaten Sukoharjo yang telah banyak membantu penulis dalam menyusun skripsi ini

Surakarta, November 2012

Penulis

Halaman

i HALAMAN PERNYATAAN

ii iii iv

v vi

viii HALAMAN

ix x

xii xvi

xvii xviii BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...........................................................

B. Perumusan Masalah .................................................................

C. Tujuan Penelitian .....................................................................

D. Manfaat Penelitian ..................................................................

6 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka....................................................................

1. Tinjauan Tentang Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan ...............................................................

a. ....................................................... 8

b. Penyalahgunaan

c. Sebab-

a. Ketentuan Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana

3. Tinjauan Tentang Kepemimpinan Dalam Organisasi

a. Pengertian

b. Tipe-

c. Prinsip-

c. Hak Dan Kewajiban Peserta Didik Dalam

B. Kerangka Berfikir..................................................................... 41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian................................................. 43

1. Bentuk Penelitian

2. Tempat dan Peristiwa ..................................................... 47

D. Teknik

G. Teknik Analisis Data

1. Tahap Persiapan Penelitian

56 BAB IV HASIL PENELITIAN

2. Keadaan Umum Dinas Pendidikan Kabupaten

1. Mengapa Terjadi Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Terhadap

62

2. Dampak Terjadinya Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo

65

3. Solusi mengatasi Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Terhadap

68

C.

74 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A.

78

B.

79

C.

80

82

84

Halaman

Tabel 1. Tabel 2.

Tabel 3.

Tabel 4.

Jumlah Siswa Menurut Jenis Kelamin dan Kelas di SD

Jumlah Siswa Menurut Jenis Kelamin dan Kelas di SMP

Jumlah Siswa Menurut Jenis Kelamin dan Kelas di

44

60

61

61

Halaman Gambar 1.

42 Gambar 2.

Komponen-

55 Gambar 3.

57

Halaman

Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5.

Pedoman Wawancara.........................................................

Trianggulasi Data .................. Profil Pendidikan Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2011 Surat Permohonan Ijin Menyusun Skripsi Kepada Dekan FKIP Surat Keputusan Dekan FKIP UNS Tentang ijin

Surat Permohonan Ijin Research/Try Out Kepada Rektor

Surat Permohonan Pengantar Ijin Penelitian dari Rektor UNS Kepada

Surat Ijin Penelitian dari BAPPEDA Kepada Dinas

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari Dinas ...................... Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari ..........

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran. Pendidikan merupakan suatu proses pematangan jiwa untuk membentuk kesanggupan berbuat yang positif di era globalisasi sehingga pendidikan sangat penting untuk membentuk pribadi bagi manusia yang berakhlak mulia, berdaya saing dan berkompeten di bidang masing-masing untuk mewujudkan suatu keberhasilan dari pembangunan nasional.

Pendidikan sangat penting, maka para pendiri Negara Kesatuan Republik Indonesia, mencanangkan dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alenia

Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesehjahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kebangsaan Indonesia itu dalam bentuk undang-undang dasar Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Ind telah termaktub tujuan didirikan Negara Kesatuan Republik Indonesia salah satunya adalah mencerdaskan kehidupan bangsa yang berarti bangsa ini sangat menghargai ilmu dan dalam mengakses pendidikan tidak dibeda-bedakan terwakili dengan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Artinya dalam proses pendidikan tidak boleh ada diskriminasi harus bersifat adil bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam batang tubuh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1 Dalam batang tubuh Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pasal 31 ayat (1

watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga

tentang tujuan dan fungsi pendidikan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa pendidikan tidak hanya menjadikan anak bangsa yang cerdas, tetapi juga memiliki keimanan dan berakhlak baik.

Kerjasama Perguruan Tinggi dan Pemerintah Daerah dalam Pemenuhan Hak

pemenuhan hak anak dalam pendidikan merupakan tuntutan konstitusi atau undang-undang. Selain itu pendidikan bagi anak adalah penentu kehidupan bangsa di waktu mendatang. Mengabaikan pemenuhan hak anak dalam pendidikan tidak hanya melanggar konstitusi atau undang-undang saja, tetapi yang lebih penting adalah investasi pendidikan anak untuk masa depan bangsa di waktu mendatang. Sehingga mengabaikan hak anak dalam pendidikan selain melanggar hukum, tetapi juga telah mengabaikan pendidikan anak bangsa yang nantinya sebagai generasi penerus bangsa. Akhirnya bangsa akan mengalami kerugian bahkan bisa menjadi kemunduran, karena kurang memperhatikan bidang pendidikan.

Pendidikan merupakan sarana membangun intelektual anak bangsa. Kuat

2010 Pemerintah Daerah Kabupaten Sukoharjo telah mengesahkan Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Perda ini dimaksudkan sebagai upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional dan penyelenggaraan pendidikan yang ada dalam Undang-Undang Nomor.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 14 menyatakan bahwa : Setiap satuan pendidikan berkewajiban :

a. Menjamin pelaksanaan hak-hak peserta didik untuk memperoleh pendidikan tanpa membedakan status sosial dari orang tua/wali peserta didik;

b. Memfasilitasi dan bekerja sama dengan masyarakat pendidikan untuk menerapkan dan mengembangkan manajemen berbasis sekolah untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah dan manajemen berbasis masyarakat untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat;

c. Merencanakan, menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

d. Menyusun dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah serta pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dan berbasis masyarakat kepada pemerintah daerah dan Komite Sekolah/Madrasah;

e. Menyusun dan melaksanakan Standar Pengelolaan Pendidikan dan Penyelenggaraan Pelayanan Pendidikan;

f. Melaksanakan Standar Pelayanan Minimal;

g. Melaksanakan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan; dan

h. Menciptakan lingkungan pendidikan yang bersih, tertib, indah, teduh, aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, bebas budaya kekerasan dan berbudaya akhlak mulia.

Kewajiban satuan pendidikan atau yang lebih di kenal Dinas Pendidikan di Kabupaten Sukoharjo sudah diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pasal 14. Salah satunya adalah menjamin

tenaga pendidikan yang khususnya dalam Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo masih belum bisa melaksanakan kewajibannya sebagaimana yang diatur dalam Peraturan Daerah Kabupaten Sukoharjo Nomor 8 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Pendidikan. Padahal jika kita kaitkan dengan tujuan pendidikan di atas maka ini tidak sesuai karena peserta didik adalah yang menjadi obyek pendidikan yang akan dicerdaskan sebagai penerus generasi bangsa tetapi jika hak peserta didik tidak dipenuhi secara langsung menghambat transfer ilmu kepada peserta didik. Oleh karena itu diperlukan tenaga pendidikan dari pegawai Dinas Pendidikan sampai pegawai sekolah termasuk guru-guru di dalamnya harus benar- benar menyelenggarakan pendidikan dengan baik supaya tujuan dari pendidikan itu sendiri bisa terwujud.

Dalam kenyataannya kinerja pejabat atau pegawai Dinas Pendidikan Sukoharjo dinilai masyarakat masih kurang memuaskan dikarenakan masih ditemukannya pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan pejabat Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo dalam pemenuhan hak anak atau hak peserta didik dalam pendidikan, seperti pada kasus penyalahgunaan wewenang dana buku ajar yang merupakan buku wajib untuk SD hingga SMK dengan jumlah 498.000 yang nilai pengadaan buku ini mencapai 10 miliar berasal dari APBD tahun 2003 yang bekerja sama dengan balai pustaka, kasus ini sudah sampai tahap putusan hukuman kepada terdakwa. Selain itu kasus dugaan penyalahgunaan dana beasiswa siswa miskin (BSM) di tahun 2009 dan 2010 sebesar Rp 3,4 Milyar yang pemeriksaannya sedang bergulir dengan melakukan pemeriksaan bergilir oleh Polres Sukoharjo kepada sejumlah kepala sekolah SD di semua wilayah di Sukoharjo. Selain itu juga ditemukan kasus-kasus pungutan liar dan pemotongan dana (Bantuan Operasional sekolah (BOS) yang dilakukan oknum pejabat Dinas Pendidikan. ( http://www.solopos.com ) diakses pada tanggal 10 maret 2012.

Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh beberapa pejabat Dinas Pendidikan diatas ditanggapi oleh Komisi IV DPRD Kabupaten Sukoharjo dengan mendesak Bupati Sukoharjo untuk menindak tegas pelaku kasus beasiswa Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh beberapa pejabat Dinas Pendidikan diatas ditanggapi oleh Komisi IV DPRD Kabupaten Sukoharjo dengan mendesak Bupati Sukoharjo untuk menindak tegas pelaku kasus beasiswa

Untuk menyelenggarakan pendidikan yang sesuai tujuan pendidikan maka diperlukan pemimpin yang baik. Menurut Sharplin (Syaiful Sagala, 2009) pemimpin yang baik salah satu cirinya adalah memiliki sifat manusiawi. Jika pemimpinnya melakukan tindakan tidak manusiawi seperti melakukan penyalahgunaan wewenang maka akan berdampak pada pegawai di bawahnya. Kalau dalam kasus penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat atau pegawai Dinas Pendidikan Kabupaten Sukoharjo maka berdampak pada peserta didik, pada sekolah dan wali murid atau masyarakat pada umumnya. Jika peserta didik tidak diperlakukan manusiawi oleh para pejabat Dinas Pendidikan maka para peserta didik akan melakukan perlawanan. Bentuk perlawanan yang paling sederhana adalah tidak melaksanakan kewajibannya sebagai peserta didik secara maksimal. Selain itu akan terjadi protes dari wali murid karena anaknya tidak diperlakukan secara adil di sekolah. Dan sekolah menjadi tempat yang disalahkan karena sekolah berinteraksi langsung dengan pserta didik, walaupun kesalahan yang sebenarnya tidak pada sekolah tersebut.

Atas dasar fenomena tersebut, maka penulis menentukan judul penelitian :

Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan Terhadap

Kabupaten Sukoharjo)

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut di atas maka dapatlah dirumuskan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini, yaitu :

1. Mengapa terjadi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik?

2. Apa dampak penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik?

3. Bagaimana solusi untuk mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan tentang:

1. Mengapa terjadi penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik.

2. Dampak penyalahgunaan wewenang pejabat Dinas Pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik.

3. Solusi untuk mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan tersebut di atas maka manfaat yang di harapkan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Untuk menjadi kajian referensi bagi pejabat Dinas Pendididikan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan wewenang terhadap hak peserta didik a. Untuk menjadi kajian referensi bagi pejabat Dinas Pendididikan dalam upaya menanggulangi penyalahgunaan wewenang terhadap hak peserta didik

2. Manfaat Praktis

a. Dapat bermanfaat bagi peserta didik untuk menengetahui hak mereka dalam pendidikan.

b. Memberikan masukan kepada masyarakat tentang hak peserta didik yang harus dipenuhi Dinas Pendidikan.

c. Memberikan masukan kepada Dinas Pendidikan dalam upaya tercapainya pemenuhan hak peserta didik.

d. Memberikan masukan kepada pemerintah Kabupaten Sukoharjo solusi untuk mengatasi penyalahgunaan wewenang pejabat dinas pendidikan terhadap pemenuhan hak peserta didik.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas

Pendidikan

a. Wewenang

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 3 dijelaskan

nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang di atur dengan undang-

Dapat diartikan bahwa pemerintah yang mendapatkan wewenang paling utama dalam menyelenggarakan pendidikan yang sesuai tujuan yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar 1945.

Pengertian wewenang sendiri menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia

ewenang adalah kekuasaan untuk bertindak, kewenangan; kekuasaan membuat keputusan, hak mengambil keputusan; fungsi yang tidak boleh dilaksanakan. Sewenang-wenang adalah dengan tidak memperhatikan hak orang lain; dengan semau-

Menurut Miftah Thoha (2002: 140) pengertian wewenang yaitu: Kepemimpinan dalam organisasi memang selalu dimulai dari peranan formal. Peran ini diwujudkan dalam hirarki kewenangan. Kewenangan yang ada tersebut merupakan kekuasaan legitimasi. Artinya, kekuasaan yang melekat pada jabatan untuk meyakinkan bahwa individu yang berada dalam jabatan di bawahnya telah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan oleh peraturan yang ada. Seorang dengan kewenangan akan mempengaruhi orang-orang yang ada di bawah hirarkinya.

Berdasarkan pengertian wewenang atau kewenangan adalah hak dan kekuasaan untuk memerintah atau melimpahkan tanggung jawab kepada bawahannya dengan prinsip sesuai dengan peraturan yang ada.

tidak sesuai dengan peraturan yang ada atau tidak memperhatikan hak orang lain.

Setiap pegawai atau pejabat dalam lembaga pemerintahan memiliki wewenang seperti yang dimaksud di atas. Dalam melaksanakan tugasnya harus selalu melaksanakan sesuai jalur kewenangannya tidak boleh keluar dari kewenangan yang akibatnya terjadi kerugian disemua bidang.

b. Penyalahgunaan Wewenang Pejabat Dinas Pendidikan

Menurut Jeremy Pope (2007: 30), Pengertian penyalahgunaan

Dari beberapa masalah dalam dinas pendidikan yang sudah di paparkan dalam latar belakang masalah tercermin dari seorang pegawai, pejabat atau aparat pemerintah masih ada yang melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan kewenangannya.

Menurut Warsito Utomo (2005:

tau aparat harus kembali ke rel, ke jalurnya, apabila masih ingin dihargai oleh masyar

dan abdi masyarakat; oleh karena itu semangat mengabdi kepada Negara

Agar menjadi pegawai yang baik, Sujamto (1989: 61) mengatakan bahwa : Manusia yang baik adalah empat sifat utama atau memenuhi empat

syarat pokok, yaitu akhlak, amal, asih, arif yang lebih mudahnya disingkat 4A. Untuk menjadi pegawai yang baik terlebih dahulu dipenuhi kualifikasi sebagai manusia yang baik, Jadi syarat 4A harus lebih dahulu dipenuhi, Akan tetapi tidak semua orang yang baik akan menjadi pegawai yang baik. Untuk pegawai yang baik, seseorang harus mempunyai keahlian yang memadai di bidang yang bersangkutan dengan tugasnya. Maka syarat menjadi 5A , yaitu : akhlak, amal, asih, arif, dan ahli.

Penjelasan syarat menjadi pegawai di atas adalah akhlak berarti setiap pegawai memiliki perilaku atau akhlak yang baik dalam perilaku Penjelasan syarat menjadi pegawai di atas adalah akhlak berarti setiap pegawai memiliki perilaku atau akhlak yang baik dalam perilaku

Miftah Thoha (20

Birokrasi kita adalah birokrasi pancasila. Kalau kita memahami, meresapi, dan melaksanakan Pancasila, maka tidak sulit kita menerapkan sikap dan perilaku Pancasila tersebut di dalam birokrasi .

Sistem birokrasi Pancasila yang dimaksud Miftah Thoha (2002) dalam pelaksanaan atau menjalankan tugas-tugasnya yang harus menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila. Pelaksaanaan sila Ketuhanan Yang Maha Esa dalam birokrasi yaitu percaya dan takwa untuk menjalankan perintahNya dan menjauhi laranganNya. Karena jika pemimpin mengamalkannya akan mempengaruhi keputusan, cara-cara pelayanan dalam sistem birokrasi. Pelaksanaan sila Kemanusiaan yang adil dan beradab dalam sistem birokrasi kita adalah menghargai, persamaan derajat, hak, dan kewajiban manusia untuk memdapatkan pelayanan dalam birokrasi kita tanpa dibeda-bedakan. Pelaksanaan sila Persatuan Indonesia diwujudkan dengan menempatkan persatuan, kesatuan dan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Pelaksanaan sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam musyawarah/perwakilan dengan cara-cara

yaitu mengutamakan kepentingan negara dan masyarakat umum, mengutamakan musyawarah dalam mengambil keputusan untuk mencapai mufakat, dan setiap keputusan harus dapat dipertanggungjawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pelaksanaan sila terakhir Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia adalah birokrasi tidak bersifat boros dan menjauhi pemerasan terhadap orang lain, harus memiliki prinsip efisiensi dan efektifitas yang dilaksanakan dengan manusiawi.

1) Adanya pembagian tugas pekerjaan (division of labor) untuk masing- masing pegawai yang telah ditetapkan secara jelas dan dilaksanakan oleh pegawai yang memiliki keahlian khusus (specialized expert) dan bertanggung jawab bagi tercapainya tujuan secara efektif.

2) Adanya prinsip hirierarki dalam organisasi (the principle of hierarchy) di mana struktur organisasi yang di bawah berada dalam pengendalian dan pengawasan struktur organisasi diatasnya.

3) Pelaksanaan tugas di atur oleh sistem peraturan (system of rules/code) yang terus diberlakukan secara konsisten untuk menjamin adanya uniformitas kinerja setiap petugas dan tanggung jawab masing-masing pegawai pelaksanaan tugasnya.

4) Pegawai yang ideal adalah pegawai yang bekerja atas semangat formalistic impersonality atau sine era et studio, yaitu bekerja atas dasar ketidakpihakan kepada siapapun agar terlaksana pekerjaaan secara efisien, adanya persamaan dalam pelayanan administrasi.

5) Adanya sistem karier (career system) dalam pekerjaan. Peneriamaan pegawai didasarkan atas hasil seleksi terhadap kemampuan professionalnya dan promosi didasarkan atas senioritas atau prestasi dan sesuai dengan penilaian atasanya. Sistem karier ini berperan untuk menumbuhkan kesetiaan pada organisassi dan semangat kerjasama (esprit de corp) di antara pegawai (Leli Indah, 2007: 51).

Seorang pejabat atau birokrat yang memahami peranan birokrasi maka tugas-tugas yang dibebankan kepada aparatur akan lebih tertib, sehingga tidak akan terjadi penyelewengan atau penyimpangan (A.W Widjaja, 1994). Untuk itu seorang pejabat khususnya dalam hal ini pejabat Dinas Pendidikan harus melaksanakan tugasnya sesuai dengan peranan dan sesuai dengan alurnya. Seperti yang sudah diatur dalam Undang- Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Bab III, prinsip penyelenggaraan pendidikan, pasal 4 adalah :

1) Pendidikan diselenggarakan secara dem okratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.

2) Pendidikan diselenggarakan sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem terbuka dan multimakna.

3) P en didikan

dis elen ggarakan s ebagai s uatu pros es pem bud ayaan dan pem ber dayaan pes er ta d idik yang berlangs ung s ep an jan g hay at

4) Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

5) Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis, dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

6) P en didikan diselengg ar ak an d engan m em b erd ayakan sem ua kom p onen m as yarakat m elalui peran

serta dalam peny eleng garaan dan penegend alian m utu pend id ikan.

Dalam Peraturan daerah Kabupaten Sukoharjo nomor 8 tahun 2010 tentang penyelenggaraan pendidikan, Pasal 14 berbunyi :

Setiap satuan pendidikan berkewajiban untuk:

i. Menjamin pelaksanaan hak-hak peserta didik untuk memperoleh pendidikan tanpa membedakan status sosial dari orang tua/wali peserta didik;

j. Memfasilitasi dan bekerja sama dengan masyarakat pendidikan untuk menerapkan dan mengembangkan manajemen berbasis sekolah untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan pemerintah daerah dan manajemen berbasis masyarakat untuk satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat;

k. Merencanakan, menyusun Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

l. Menyusun dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah serta pelaksanaan manajemen berbasis sekolah dan berbasis masyarakat kepada pemerintah daerah dan Komite Sekolah/Madrasah;

m. Menyusun dan melaksanakan Standar Pengelolaan Pendidikan dan

Penyelenggaraan Pelayanan Pendidikan; n. Melaksanakan Standar Pelayanan Minimal; o. Melaksanakan kurikulum sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan p. Menciptakan lingkungan pendidikan yang bersih, tertib, indah, teduh,

aman, sehat, bebas asap rokok dan narkoba, bebas budaya kekerasan dan berbudaya akhlak mulia.

Sejalan dengan berlakunya undang-undang dan peraturan di atas, tetapi kenyataanya masih terjadi kasus penyalahgunaan wewenang dan korupsi yang dilakukan oleh pegawai atau pejabat dinas pendidikan. Muhammad Munadi dan Barnawi (2011: 146) mengatakan bahwa korupsi dalam bidang pendidikan dapat berupa beberapa hal, di antaranya seperti uang suap yang diberikan orang tua kepada tenaga pendidikan atau guru Sejalan dengan berlakunya undang-undang dan peraturan di atas, tetapi kenyataanya masih terjadi kasus penyalahgunaan wewenang dan korupsi yang dilakukan oleh pegawai atau pejabat dinas pendidikan. Muhammad Munadi dan Barnawi (2011: 146) mengatakan bahwa korupsi dalam bidang pendidikan dapat berupa beberapa hal, di antaranya seperti uang suap yang diberikan orang tua kepada tenaga pendidikan atau guru

Dalam buku Meier, bentuk korupsi yang paling umum dalam bidang pendidikan adalah:

1) Orangtua mungkin akan disarankan/dianjurkan untuk membeli buku atau alat bantu mengajar yang telah ditulis oleh guru anaknya, baik pada saat itu atau nanti.

2) Orangtua mungkin akan disarankan/dianjurkan untuk membayar biaya sekolah khusus, yaitu setelah jam sekolah, gurunya akan mengajar anaknya materi inti dari kurikulum yang diajarkan.

3) Orangtua mungkin akan diminta untuk memberikan sumbangan untuk dana pembangunan dan kegiatan ekstrakurikuler sekolah (Muhammad Munadi dan Barnawi, 2011: 147).

Adapun karakteristik yang harus ada dalam sistem pendidikan yang terbebas dari tindakan korupsi atau penyalahgunaan wewenang, menurut Heynemen sebagai berikut:

1) Kesamaan dalam memperoleh pendidikan.

2) Pemerataan dalam penyaluran kurikulum dan materi pendidikan.

3) Pemerataan dan transparasi pada kriteria pemilihan pelatihan yang lebih tinggi dan khusus.

4) Kejujuran dalam akreditasi ketika semua institusi dinilai oleh para penilai standar profesional yang ada terbuka untuk penelitian yang lebih umum.

5) Pemerataan dalam penerimaan fasilitas-fasilitas dan layanan pendidikan.

6) Pemeliharaan kepemimpinan standar professional oleh mereka yang mengatur institusi pendidikan dan mengajar di dalamnya, baik itu swasta atau pemerintah (Muhammad Munadi dan Barnawi, 2011: 145).

Dari beberapa penjelasan karakteristik sistem pendidikan yang terbebas korupsi dan penyalahgunaan wewenang artinya yang harus dimiliki seorang tenaga pendidikan atau pegawai pendidikan dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap adil, jujur dan amanat. Jika ketiga Dari beberapa penjelasan karakteristik sistem pendidikan yang terbebas korupsi dan penyalahgunaan wewenang artinya yang harus dimiliki seorang tenaga pendidikan atau pegawai pendidikan dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap adil, jujur dan amanat. Jika ketiga

c. Sebab-sebab Penyalahgunaan Wewenang

Penyalahgunaan wewenang yang dilakukan birokrat atau pejabat di pengaruhi beberapa faktor salah satunya menurut Lasswell mungkin melaksanakan kekuasaan berdasarkan sebuah agenda pribadi (hidden agenda

Kehidupan organisasi tidak ditentukan oleh desain legal-rasional yang diterima sebelumnya, tetapi lebih ditentukan oleh reaksi-reaksi dari tipe- tipe kepribadian yang berbeda-beda satu sama lain dan latar belakang kehidupan sosial yang berbeda-beda.

Syed Hussein Alatas (1989: 46) menyatakan korupsi atau penyalahgunaan wewenang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

1) Ketiadaan atau kelemahan kepemimpinan dalam posisi-posisi kunci yang mampu memberikan ilham dan mempengaruhi tingkah laku yang menjinakkan korupsi

2) Kelemahan-kelemahan pengajaran agama dan etika

3) Kolonialisme

4) Kurangnya pendidikan

5) Kemiskinan

6) Tiadanya tindak hukuman yang keras

7) Kelangkaan lingkungan yang subur untuk perilaku anti korupsi

8) Struktur pemerintahan

9) Perubahan radikal, korupsi muncul sebagai suatu penyakit transisional Faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan tindakan korupsi

dari psikologi adalah faktor intern (bakat) dan ekstern (sosiokultural), maka bahwa kebiasaan seseorang dipengaruhi oleh pengalaman (kebudayaan, struktur sosial) akan menghasilkan sikap (B.Simanjuntak, 1981). Ini diartikan masalah korupsi adalah masalah sikap dan sikap tersebut dipengaruhi struktur sosial yaitu kebudayaan, pengalaman, sejarah perkembangan masyarakat.

Menurut Wijayanto (2009: 26), penyebab perilaku korupsi adalah

Willingness and Opportunity (Keinginan dan

Kesempatan),

Akuntabilitas, dan Nilai-nilai), Cost and Benefit Analysis (Analisis Biaya dan Manfaat), Principal Agent Problem, dan Supply and Demand

Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Willingness and Opportunity (Keinginan dan Kesempatan) Korupsi terjadi karena adanya keinginan untuk korup ini adalah faktor internal. Selain itu juga dipengaruhi faktor eksternal yaitu adanya kesempatan. Manusia dalam setiap aktivitas selalu berupaya memaksimalkan manfaat dengan biaya seminimal mungkin atau dikatakan mementingkan diri sendiri, inilah awal munculnya sifat serakah pada diri manusia yang menjadi akar dari mentalitas korup. Jadi setiap manusia memiliki benih kecenderungan untuk korupsi. Upaya untuk menekan kesempatan untuk terjadinya korupsi bisa dilakukan dengan memperbaiki sistem, misalnya dengan menerapkan sistem yang accountable yaitu dengan contoh proses tender terbuka terkait dengan pemesanan barang atau penentuan kontraktor.

2) Discretionary, Monopoly, Accountability, and Value (Diskresi, Monopoli, Akuntabilitas, dan Nilai-nilai) Diskresi adalah keluasaan kewenangan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mengambil keputusan, jadi semakin besar diskresi maka semakin besar pula potensi pemimpin untuk melakukan korupsi. Upaya untuk mengurangi diskresi dengan mengeluarkan job description yang jelas kepada pejabat publik atau staf lainnya. Monopoli adalah dalam institusi pemerintah, pegawai pemerintah yang menjadi pemegang monopoli, maka mereka mudah menyalahgunakan wewenang yang mereka miliki, penyalahgunaan yang mereka lakukan bisa berupa mengurangi jumlah, mengurangi kualitas, atau bahkan tidak memberikan layanan sama sekali. Salah satu upaya untuk mengurangi praktek monopoli dengan cara mentransformasi monopoli menjadi kompetisi, yaitu misalnya dalam pelayanan publik dengan menyediakan beberapa kantor pelayanan 2) Discretionary, Monopoly, Accountability, and Value (Diskresi, Monopoli, Akuntabilitas, dan Nilai-nilai) Diskresi adalah keluasaan kewenangan yang dimiliki seorang pemimpin untuk mengambil keputusan, jadi semakin besar diskresi maka semakin besar pula potensi pemimpin untuk melakukan korupsi. Upaya untuk mengurangi diskresi dengan mengeluarkan job description yang jelas kepada pejabat publik atau staf lainnya. Monopoli adalah dalam institusi pemerintah, pegawai pemerintah yang menjadi pemegang monopoli, maka mereka mudah menyalahgunakan wewenang yang mereka miliki, penyalahgunaan yang mereka lakukan bisa berupa mengurangi jumlah, mengurangi kualitas, atau bahkan tidak memberikan layanan sama sekali. Salah satu upaya untuk mengurangi praktek monopoli dengan cara mentransformasi monopoli menjadi kompetisi, yaitu misalnya dalam pelayanan publik dengan menyediakan beberapa kantor pelayanan

3) Cost and Benefit Analysis (Analisis Biaya dan Manfaat) Manusia adalah makhluk rasional yang selalu mengambil tindakan berdasarkan insentif yang diterima, jadi koruptor memutuskan untuk melakukan korupsi jika insentif untuk korup lebih besar daripada insentif untuk jujur, atau dalam kata lain biaya yang ditanggung atas perbuatan korup lebih rendah daripada manfaat yang diperoleh atas korupsi yang dilakukan. Upaya untuk menurunkan manfaat korupsi, misalnya dalam kasus pelayanan publik, bisa dilakukan dengan menurunkan biaya administrasi dan meningkatkan kecepatan pelayanan publik.

4) Supply and Demand Supply adalah produksi barang dan jasa, demand yaitu kebutuhan dari para konsumen. Fenomena korupsi juga dapat dianalisis menggunakan prinsip tersebut. Korupsi identik dengan jasa yang diperjualbelikan antara penjual dan pembeli, hanya saja, korupsi merupakan produk yang merugikan siapa pun yang tidak terlibat dalam transaksi. Strategi untuk mengurangi supply korupsi di antaranya : meningkatkan gaji para birokrat, memperketat peraturan dan mengawasi implementasinya, menerapkan kode etik, membuka pusat aduan bagi publik dengan menjaga kerahasiaan pelapor, rotasi atau mutasi karyawan secara periodik untuk mencegah korupsi sistematik, serta memperberat hukuman bagi para birokrat korup. Sedangkan strategi untuk mengurangi demand korupsi dapat dilakukan dengan cara : menyederhanakan berbagai peraturan terkait 4) Supply and Demand Supply adalah produksi barang dan jasa, demand yaitu kebutuhan dari para konsumen. Fenomena korupsi juga dapat dianalisis menggunakan prinsip tersebut. Korupsi identik dengan jasa yang diperjualbelikan antara penjual dan pembeli, hanya saja, korupsi merupakan produk yang merugikan siapa pun yang tidak terlibat dalam transaksi. Strategi untuk mengurangi supply korupsi di antaranya : meningkatkan gaji para birokrat, memperketat peraturan dan mengawasi implementasinya, menerapkan kode etik, membuka pusat aduan bagi publik dengan menjaga kerahasiaan pelapor, rotasi atau mutasi karyawan secara periodik untuk mencegah korupsi sistematik, serta memperberat hukuman bagi para birokrat korup. Sedangkan strategi untuk mengurangi demand korupsi dapat dilakukan dengan cara : menyederhanakan berbagai peraturan terkait

5) Principal Agent Problem Principal adalah pihak yang merupakan pemilik dari suatu intstitusi pemerintahan atau perusahaan, sedangkan agent adalah staf yang ditunjuk untuk mengelola dan menjalankan aktivitas. Dalam banyak kasus, tidak semua informasi yang dimiliki oleh agent juga dimiliki oleh principal sehingga sangat memungkinkan bagi agent untuk memanifulasi data atau informasi untuk kepentingan dirinya. Upaya yang dilakukan untuk menekan agency problem menggunakan empat pendekatan, yaitu pendekatan pengacara, pendekatan pengusaha, pendekatan pasar atau ekonom, pendekatan budaya.

d. Dampak Penyalahgunaan Wewenang

Menurut Juniadi Seowartojo (1997: 20) bahwa dampak negatif permasalahan korupsi meliputi beberapa aspek, yakni :

Politik dan ekonomi sosial

2) Organisasi atau administrasi sosial

3) Penyalahgunaan wewenang atau korupsi dalam dunia pendidikan

sangat merugikan karena sangat berdampak pada masa depan dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa. Dampak dalam bidang sosial dan ekonomi diartikan jika terjadi korupsi dalam bidang pendidikan maka kehidupan masyarakat akan semakin menurun jika dilihat dari segi sangat merugikan karena sangat berdampak pada masa depan dalam bidang sosial, ekonomi, dan politik suatu bangsa. Dampak dalam bidang sosial dan ekonomi diartikan jika terjadi korupsi dalam bidang pendidikan maka kehidupan masyarakat akan semakin menurun jika dilihat dari segi

Korupsi dalam bidang pendidikan dapat juga mempunyai efek non- ekonomi yang berarti pada suatu negara. Menurut Weidman dan Enkhjargal efek tersebut antara lain :

2) Kerugian ekonomi

3) Ketidaksamaan sosial

(Muhammad Munadi dan Barnawi, 2011: 145) Berdasarkan penjelasan di atas bisa diketahui bahwa jika terjadi

penyalahgunaan wewenang atau korupsi dalam bidang pendidikan maka berakibat pada tidak terealisasikannya dan tidak selesainya suatu program-program atau kebijakan-kebijakan dalam bidang pendidikan. Ini juga akan berakibat kondisi ekonomi dan sosial suatu bangsa. Daerah yang tingkat kesuksesan program pendidikan lebih tinggi akan berbeda kondisi ekonomi dan sosialnya dengan daerah yang kurang bisa melaksanakan program pendidikan.

Menurut Muhammad Munadi dan Barnawi (2011: 146) Beberapa dampak dari korupsi dalam bidang pendidikan antara lain :

1) Korupsi dalam dunia pendidikan itu lebih merusak/membahayakan ketimbang korupsi di dalam bidang yang lain karena berdampak jangka panjangya.

2) Korupsi mengancam persamaan akses, kuantitas, dan kualitas pendidikan

3) Pihak yang paling merasakan akibat utamanya adalah orang-orang miskin, yang bila tanpa akses pendidikan atau hanya dengan pendidikan kualitas rendah, mereka hanya memiliki sedikit kesempatan untuk keluar dari kemiskinannya.

4) Korupsi ini bertentangan dengan salah satu tujuan utama pendidikan, yaitu menciptakan masyarakat yang hormat/tunduk pada hukum dan hak asasi manusia.

seseorang tidak menjamin, serta kesuksesan dapat diraih dengan manipulasi/penyalahgunaan, pilih kasih, dan penyuapan, fondasi sosial yang mendasar telah terguncang.

Dampak yang ditimbulkan karena korupsi dalam bidang pendidikan bisa disimpulkan bahwa para pejabat atau pegawai di institusi pendidikan yang melakukan korupsi atau penyalahgunaan selain merugikan keuangan negara juga berdampak pada mental anak yang tidak percaya lagi akan pentingnya kejujuran karena pegawai pendidikan bahkan gurunya sendiri melakukan tindakan melanggar hukum yang berati tidak memberi contoh kepada peserta didik dengan tindakan jujur dan tidak melanggar hukum.

e. Mengatasi Penyalahgunaan Wewenang Menurut Pakar

Dalam mengatasi penyalahgunaan wewenang yang dilakukan oleh pejabat publik harus dimulai dengan mengubah susunan organisasi dan program-program publik agar lebih efisien. Program-program yang dimaksud adalah program yang bisa memberi peluang para pejabat publik untuk menyalahgunakan wewenang dan program yang hanya menguntungkan pribadi dari pejabat publik.

Perubahan akan memperkecil insentif untuk memberi suap dan memperkecil jumlah transaksi dan memberi peluang masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang baik.

Perubahan untuk mengurangi perilaku korupsi menurut Jeremy Pope yaitu: Perubahan dapat dilaksanakan dengan menyerdehanakan prosedur

untuk mendapatkan surat izin dari pemerintah, ini akan dapat memperkecil peluang bagi pegawai negeri untuk dengan sengaja memperlambat kerja, dan memperkecil wewenang mengambil keputusan sendiri, yang merupakan tanah subur bagi perilaku korupsi (Jeremy Pope, 2007: 12).

Upaya-upaya untuk mengatasi korupsi menurut Jeremy Pope (2007: 22). Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

Kemauan dari pihak pemimpin untuk memberantas korupsi.

3) Menegakkan dan menanamkan undang-undang anti korupsi yang menyeluruh

4) Meninjau kembali dan mengidentifikasi kegiatan pemerintahan yang paling mudah menimbulkan rangsangan untuk korupsi.

5) Memastikan bahwa gaji pegawai negeri sesuai dengan tanggung jawabnya dan tidak jauh berbeda dari gaji di sektor swasta.

6) Penelitian mengenai upaya perbaikan hukum dan administrasi agar mampu sebagai penangkal korupsi.

7) Menciptakan kemitraan antara pemerintah dan masyarakat sipil

(termasuk sektor swasta, profesi, organisasi keagamaan)

Dokumen yang terkait

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Return on Asset - Pengaruh Investasi Sukuk, Pinjaman Qardh, Piutang Murabahah, Pembiayaan Mudharabah Dan Musyarakah Terhadap Return On Asset Bank Umum Syariah Di Indonesia

0 0 13

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Wewenang Otoritas Jasa Keuangan (Ojk) Sebagai Pengawas Dalam Program Jaminan Kesehatan Nasional Bpjs Kesehatan

0 0 17

2. Pelaksanaan remedial Ujian Dinas dan Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah menggunakan sistem ujian tertulis. 3. Materi remedial Ujian Dinas dan Ujian Kenaikan Pangkat Penyesuaian Ijazah sebagaimana terlampir. Setiap perkembangan informasi pelaksan

0 0 10

BAB II DINAS PERHUBUNGAN KOTA MEDAN A. Sejarah Ringkas - Sistem Akuntansi Penerimaan dan Pengeluaran Kas Pada Dinas Perhubungan Kota Medan

0 0 26

BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk - Peranan Kepimimpinan Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT.Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk Kcu Universitas Sumatera Utara.

0 0 11

Kajian Dampak Letak Biji Dan Pemberian Pupuk Kandang Ayam Terhadap Pertumbuhan Bibit Kakao (Theobroma

0 0 14

Skripsi diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar Sarjana PendidikanProgram Studi Pendidikan Sejarah Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

0 0 120

Efektivitas Dan Elastisitas Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (Bphtb) Di Kabupaten Ngawi Tahun 2006 - 2011

0 0 73

Efek Antibakteri Ekstrak Etanol Batang Pepaya(Carica Papaya Linn.) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Pada Plak Gigi

0 1 50

Analisis Fluktuasi Kurs Rupiah Terhadap Dollar Amerika Periode Januari 2005 – Juni 2010.

0 1 99