Uji Asumsi Klasik
1. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk mengetahui normalitas data, ada tidaknya gejala multikolenieritas, autokorelasi diantara variabel-variabel independen, dan heteroskedastisitas. Dalam uji asumsi klasik ini model analisis yang digunakan akan menghasilkan estimator yang tidak bias apabila memenuhi beberapa asumsi klasik sebagai berikut ini.
a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2006). Dalam penelitian ini normalitas diuji dengan menggunakan uji statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) yang hasilnya di sajikan dalam tabel berikut :
Hasil Uji Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
Normal Parameters a Mean
Std. Deviation
2.31669179 Most Extreme Differences Absolute
-0.105 Kolmogorov-Smirnov Z
0.854 Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal . Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil uji normalitas data dengan menggunakan uji statistik non- parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) menunjukkan nilai signifikansi residual sebesar 0,460 nilainya di atas level of significance penelitian sebesar 5%, maka dapat dikatakan bahwa data dalam penelitian ini terdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolenieritas Uji Multikolenieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2006). Ada dan tidaknya multikolenieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan aturan VIF dan Tolerance, apabila VIF melebihi angka 10 atau Tolerance kurang dari 0,01 maka dinyatakan terjadi gejala multikolenieritas. Sebaliknya, apabila nilai VIF kurang dari 10 atau Tolerance lebih dari 0,01 maka dinyatakan tidak terjadi gejala b. Uji Multikolenieritas Uji Multikolenieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen) (Ghozali, 2006). Ada dan tidaknya multikolenieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya Variance Inflation Factor (VIF). Berdasarkan aturan VIF dan Tolerance, apabila VIF melebihi angka 10 atau Tolerance kurang dari 0,01 maka dinyatakan terjadi gejala multikolenieritas. Sebaliknya, apabila nilai VIF kurang dari 10 atau Tolerance lebih dari 0,01 maka dinyatakan tidak terjadi gejala
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolenieritas
Variabel Tolerance
VIF
Keterangan MAN
Tidak terdapat multikolenieritas INST
Tidak terdapat multikolenieritas INDP
Tidak terdapat multikolenieritas INV
Tidak terdapat multikolenieritas DAN
Tidak terdapat multikolenieritas DEV
Tidak terdapat multikolenieritas
a. Dependent Variable: NP
Sumber : Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan tabel 4.4 di atas, hasil perhitungan nilai Tolerance tidak menunjukkan bahwa ada variabel bebas yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,1 dan tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih dari 10. Maka dapat disimpulkan bahwa antara variabel bebas tidak terjadi multikolenieritas.
c. Uji Autokorelasi Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi ada dan tidaknya autokorelasi dilakukan Run Test. Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Run c. Uji Autokorelasi Uji autokolerasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antar kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (Ghozali, 2006). Untuk mendeteksi ada dan tidaknya autokorelasi dilakukan Run Test. Run Test sebagai bagian dari statistik non-parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Run
Tabel 4.5
Hasil Uji Autokorelasi dengan Run test
Unstandardized Residual Test Value a -0.5175
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Median Sumber : Hasil Pengolahan Data
Hasil pengujian pada tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa nilai tes sebesar -0,5175 dengan probabilitas 0,631 jauh signifikan pada 0,05 yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual adalah random atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
d. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak heteroskedastisitas. Uji heteroskedastisitas dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan scatterplots . Hasil uji heteroskedastisitas disajikan pada gambar berikut ini :
Uji Heteroskedastisitas
Sumber : Hasil Pengolahan Data Hasil uji heteroskedastisitas dengan scatterplots di atas terlihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y. Titik-titik tersebar dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur sehingga hal ini dapat disimpulkan dalam model regresi ini tidak terjadi heteroskedastisitas.