Hasil Penelitian

A. Hasil Penelitian

1. Identitas Responden

Identitas responden merupakan keadaan yang menggambarkan kondisi umum dari produsen jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo yang masih aktif berproduksi pada saat dilakukannya penelitian. Identitas responden yang dikaji dalam penelitian ini meliputi: umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, jumlah anggota yang aktif dalam usaha, jumlah tenaga kerja luar dan lama mengusahakan. Tabel 8. Karakteristik responden usaha jenang ketan tingkat rumah tangga.

No Uraian Rata–rata

1. Umur responden (tahun)

2. Tingkat pendidikan (tahun)

3. Jumlah anggota keluarga (orang)

4. Jumlah anggota keluarga yang aktif dalam usaha (orang)

5. Jumlah tenaga kerja luar (orang)

13 Sumber : Data Primer

6. Lama mengusahakan (tahun)

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa umur rata–rata produsen adalah 43 tahun yang masih termasuk dalam kategori umur produktif. Produsen jenang ketan di Kabupaten Ponorogo berumur antara 35–55 tahun. Pada usaha jenang ketan ini tingkat umur berpengaruh pada tenaga yang dihasilkan oleh seseorang, karena yang lebih dibutuhkan dalam Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa umur rata–rata produsen adalah 43 tahun yang masih termasuk dalam kategori umur produktif. Produsen jenang ketan di Kabupaten Ponorogo berumur antara 35–55 tahun. Pada usaha jenang ketan ini tingkat umur berpengaruh pada tenaga yang dihasilkan oleh seseorang, karena yang lebih dibutuhkan dalam

Semua produsen jenang ketan di Kabupaten Ponorogo pernah mengenyam pendidikan secara formal, walaupun pada tingkatan yang berbeda–beda. Tingkat pendidikan rata-rata produsen adalah 11 tahun atau sudah menduduki tataran pendidikan tingkat SMU sederajat. Sehingga dapat dikatakan wawasan ataupun pengetahuan yang dimiliki oleh para produsen jenang ketan sudah cukup memadai. Walaupun pendidikan formal kurang dibutuhkan dalam proses produksi jenang ketan, paling tidak akan mempengaruhi pola pikir dan cara kerja mereka dalam mengelola usaha jenang ketan tingkat rumah tangga.

Jumlah rata–rata anggota keluarga yang dimiliki oleh responden adalah sebanyak 4 orang. Hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga yang ikut dalam proses produksi jenang ketan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kontribusi keterlibatan anggota keluarga dalam usaha jenang ketan tingkat rumah tangga akan semakin besar. Sedangkan jumlah rata–rata anggota keluarga yang aktif dalam usaha ini hanya 2 orang. Hal tersebut dikarenakan anggota keluarga yang lain dalam keluarga produsen jenang ketan tersebut bekerja pada sektor pekerjaan yang lain atau masuk dalam kategori usia yang tidak produktif dikarenakan masih anak-anak. Sementara itu rata–rata jumlah tenaga kerja luar yang dipekerjakan dalam produksi jenang ketan tingkat rumah tangga oleh masing-masing responden adalah 2 orang. Semakin banyak anggota keluarga yang terlibat dalam usaha jenang ketan maka tenaga kerja luar yang dipekerjakan juga akan semakin sedikit. Begitu sebaliknya apabila jumlah tenaga kerja keluarga yang terlibat dalam proses produksi sedikit maka jumlah tenaga Jumlah rata–rata anggota keluarga yang dimiliki oleh responden adalah sebanyak 4 orang. Hal ini akan berpengaruh pada ketersediaan tenaga kerja, terutama tenaga kerja yang berasal dari keluarga yang ikut dalam proses produksi jenang ketan. Semakin banyak jumlah anggota keluarga maka kontribusi keterlibatan anggota keluarga dalam usaha jenang ketan tingkat rumah tangga akan semakin besar. Sedangkan jumlah rata–rata anggota keluarga yang aktif dalam usaha ini hanya 2 orang. Hal tersebut dikarenakan anggota keluarga yang lain dalam keluarga produsen jenang ketan tersebut bekerja pada sektor pekerjaan yang lain atau masuk dalam kategori usia yang tidak produktif dikarenakan masih anak-anak. Sementara itu rata–rata jumlah tenaga kerja luar yang dipekerjakan dalam produksi jenang ketan tingkat rumah tangga oleh masing-masing responden adalah 2 orang. Semakin banyak anggota keluarga yang terlibat dalam usaha jenang ketan maka tenaga kerja luar yang dipekerjakan juga akan semakin sedikit. Begitu sebaliknya apabila jumlah tenaga kerja keluarga yang terlibat dalam proses produksi sedikit maka jumlah tenaga

No. Responden

∑ Anggota keluarga yang aktif

∑ TK

dalam usaha jenang ketan

5. 2 2 Sumber: Data Primer

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa jumlah tenaga kerja keluarga yang aktif dalam proses produksi masih relatif kecil. Hal tersebut akan berpengaruh pada jumlah tenaga kerja luar yang dipekerjakan.

Usaha jenang ketan tingkat rumah tangga merupakan usaha yang sudah lama digeluti oleh masyarakat di Kabupaten Ponorogo. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan rata-rata waktu mengusahakan jenang ketan tingkat rumah tangga oleh para responden yaitu selama 13 tahun. Dari kelima responden jenang ketan tingkat rumah tangga terdapat dua produsen yang relatif masih baru dalam usaha jenang ketan, yaitu selama 5 tahun dan 1 tahun. Tetapi secara umum dapat disimpulkan bahwa para produsen jenang ketan tingkat rumah tangga sudah memiliki banyak pengalaman dalam mengusahakan jenang ketan karena telah mempunyai pengalaman dari orang tua dan dari lamanya mengusahakan.

2. Status Usaha

Tabel 10. Status usaha jenang ketan tingkat rumah tangga. No Status Usaha

Jumlah

Prosentase (%)

1. Pekerjaan Utama

2. Pekerjaan Sampingan

2 40 Total

5 100 Sumber: Data Primer Dari Tabel 10 dapat diketahui bahwa 60% produsen jenang ketan

tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo yang dipilih sebagai responden menjadikan usaha jenang ketan tingkat rumah tangga yang tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo yang dipilih sebagai responden menjadikan usaha jenang ketan tingkat rumah tangga yang

3. Sumber Modal Usaha

Para produsen jenang ketan dalam menjalankan usahanya pasti membutuhkan modal. Modal yang digunakan berasal dari modal sendiri maupun modal pinjaman yang berasal dari luar. Modal tersebut mereka gunakan untuk membeli bahan-bahan baku untuk melaksanakan proses produksi dan untuk membayar tenaga kerja. Tabel 11. Sumber modal usaha jenang ketan tingkat rumah tangga.

No Sumber Modal

Jumlah

Prosentase (%)

1. Modal sendiri

2. Modal pinjaman

1 16,67 Total

6 100 Sumber: Data Primer Berdasarkan Tabel 11 diketahui bahwa 83,33 % atau sebanyak 5 orang produsen jenang ketan yang dipilih sebagai responden dalam menjalankan usahanya menggunakan modal sendiri dan hanya 16,67 % atau sebanyak 1 orang responden yang menjalankan usaha jenang ketan dengan menggunakan modal pinjaman dari luar dan sebagian menggunakan modal sendiri. Modal pinjaman tersebut mereka dapatkan dari Bank, baik Bank Pemerintah maupun Bank Swasta di Ponorogo.

4. Pengadaan Bahan Baku

Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo adalah ketan. Jenis ketan yang digunakan sebagai bahan baku utama adalah ketan dengan kualitas Bahan baku utama yang digunakan dalam pembuatan jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo adalah ketan. Jenis ketan yang digunakan sebagai bahan baku utama adalah ketan dengan kualitas

Agar jenang ketan yang diproduksi mendapatkan cita rasa yang lebih enak sebagian produsen menambahkan minyak kelapa kedalam adonan jenang ketan. Atau ada juga yang menambahkan bahan tambahan sebagai inovasi rasa seperti wijen dan kacang hijau. Dalam penelitian yang telah dilakukan hanya terdapat satu produsen saja yang melakukan inovasi rasa jenang ketan, yaitu dengan menambahkan wijen dan menambahkan kacang hijau dalam macam yang berbeda.

Bahan baku untuk membuat jenang ketan tersebut mereka dapatkan dengan membeli dari pasar dan pedagang. Hal ini dimaksudkan untuk mencari harga bahan baku yang lebih murah dengan kualitas yang memenuhi standar. Dalam pembayaran bahan baku ada sebagian produsen jenang ketan tingkat rumah tangga yang membayar secara kontan dan kredit. Apabila dibayar dibelakang maka harganya menjadi lebih mahal dari harga pasaran.

5. Peralatan Usaha

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan jenang ketan kebanyakan merupakan alat–alat dapur yang masih sederhana. Walaupun ada peralatan modern yang digunakan, yaitu mesin pengaduk dan mesin penggiling untuk menghaluskan ketan dan kelapa. Peralatan yang digunakan tersebut adalah milik para produsen jenang ketan sendiri. Sehingga para produsen jenang ketan tidak perlu mengeluarkan biaya untuk menyewa peralatan.

Peralatan yang digunakan dalam proses produksi jenang ketan meliputi :

a. Wajan besar

Digunakan sebagai wadah untuk memasak bahan-bahan untuk membuat jenang ketan.

b. Timbangan Untuk menimbang bahan-bahan baku yang digunakan untuk membuat

jenang ketan.

c. Pengaduk Digunakan untuk mengaduk adonan jenang ketan ketan yang dimasak.

d. Pemarut kelapa Alat ini digunakan untuk memarut kelapa menjadi ukuran yang lebih

kecil, sehingga nantinya apabila dicampur dengan air dan kemudian diperas akan menghasilkan santan. Alat ini terbuat dari kayu yang terdapat paku–paku kecil pada kayu tersebut, bentuknya persegi panjang.

e. Mesin penggiling Berupa peralatan diesel yang di desain dan digunakan untuk

menggiling beras ketan menjadi tepung ketan.

f. Cetakan Digunakan untuk mencetak jenang ketan yang telah dimasak kemudian dilakukan pengemasan.

g. Saringan santan Alat ini digunakan untuk menyaring air yang telah dicampurkan dengan butiran–butiran kelapa yang sudah diparut. Dengan kata lain

untuk memisahkan santan dengan ampas kelapa. Alat ini terbuat dari anyaman benang plastik yang berbentuk lingkaran yang pada bagian tepinya berupa plastik padat.

h. Bak/ember Sebagai tempat menaruh jenang ketan yang akan dicetak.

6. Proses Produksi

a. Persiapan bahan baku

Kegiatan persiapan dalam proses produksi jenang ketan yaitu: Kegiatan persiapan dalam proses produksi jenang ketan yaitu:

ii. Kelapa yang sudah tersedia kemudian digiling dan diambil santannya.

iii. Perbandingan bahan-bahan yang digunakan secara berturut ketan, gula kelapa, dan kelapa adalah 1:1:2.

b. Proses Produksi

Produsen jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo membuat jenang ketan berdasarkan pengalaman atau resep turun temurun keluarga tanpa mengikuti pernah mengikuti pelatihan- pelatihan sebelumnya. Hal ini dikarenakan jumlah produsen jenang ketan tingkat rumah tangga yang masih relatif sedikit dan belum terorganisirnya usaha yang telah dijalankan.

Proses produksi jenang ketan dapat dijelaskan sebagai berikut:

i. Tepung ketan yang telah disediakan kemudian diaduk dengan air secara merata.

ii. Santan dimasukkan kedalam wajan yang telah dipanaskan sampai mendidih kemudian gula jawa dimasukkan kedalam wajan.

iii. Setelah santan yang dimasak mengeluarkan minyak kemudian adonan tepung dengan air dimasukkan kedalam wajan. iv. Bahan-bahan yang telah tercampur diaduk terus sampai rata dan matang. Pengadukan bahan-bahan yang masuk kedalam wajan membutuhkan waktu sekitar empat jam untuk hasil maksimal.

v. Setelah hampir matang, vanilli yang telah disiapkan kemudian dimasukkan kedalam wajan.

vi. Setelah jenang ketan yang dimasak dalam wajan sudah matang kemudian diambil dan diletakkan kedalam bak/ember yang telah

disediakan.

vii. Setelah dingin jenang yang diletakkan diember kemudian dimasukkan kedalam cetakan-cetakan yang telah tersedia dan siap dilakukan pengemasan.

Untuk lebih jelasnya, proses pembuatan jenang ketan dapat dilihat pada gambar berikut :

Kelapa Ketan

Diparut, ditambah Tepung ketan air dan disaring

Santan

Dimasak dalam wajan

Dicampur dengan gula jawa, dan vanilli

Diaduk sampai matang

Didiamkan

Dibungkus dan dikemas

Dijual

Gambar 2. Pembuatan jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo.

c. Pengemasan

Pengemasan merupakan salah satu cara dari produsen untuk meningkatkan nilai jual suatu produk. Semakin menarik dan bagus kemasan suatu produk maka harga produk tersebut juga akan semakin mahal. Hal tersebut juga telah dilakukan oleh para produsen jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo.

Dalam pengemasan jenang ketan, langkah pertama yang dilakukan adalah dengan memasukkan adonan jenang ketan yang telah matang kedalam cetakan-cetakan yang telah tersedia hingga adonan jenang ketan menjadi dingin. Jenang ketan yang telah dimasukkan kedalam cetakan-cetakan dapat langsung dilakukan pengemasan, yaitu dengan bungkus plastik. Pada awalnya plastik masih dalam bentuk roll yang kemudian dipotong kecil. Jenang ketan yang telah dibungkus dengan plastik kemudian dimasukkan kedalam bungkus mikha. Tahap akhir dari dari pengemasan adalah pemberian merek jenang ketan yang terbuat dari kertas dengan menunjukkan nama produk, alamat produksi, bahan-bahan yang digunakan. Ada juga produsen yang membuat merk dari stiker.

7. Pemasaran/Penjualan

Jenang ketan yang diproduksi di Kabupaten Ponorogo dipasarkan di wilayah Kabupaten Ponorogo sendiri dan sebagian keluar kota. Adapun untuk pasar luar kota adalah Pasar Dolopo, Pasar Mlilir, Pasar Madiun, Purwantoro, Ngawi, Magetan, dan Trenggalek. Jenang ketan yang dipasarkan di wilayah Kabupaten Ponorogo biasanya dijual kepada para tengkulak yang akan mendistribusikan jenang ketan ke pedagang- pedagang pengecer dan selain lewat tengkulak jenang ketan juga dijual sendiri di outlet. Tidak semua produsen jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo yang mempunyai outlet karena terbatasnya modal yang dimiliki dan tenaga kerja yang kurang. Produsen jenang ketan lebih Jenang ketan yang diproduksi di Kabupaten Ponorogo dipasarkan di wilayah Kabupaten Ponorogo sendiri dan sebagian keluar kota. Adapun untuk pasar luar kota adalah Pasar Dolopo, Pasar Mlilir, Pasar Madiun, Purwantoro, Ngawi, Magetan, dan Trenggalek. Jenang ketan yang dipasarkan di wilayah Kabupaten Ponorogo biasanya dijual kepada para tengkulak yang akan mendistribusikan jenang ketan ke pedagang- pedagang pengecer dan selain lewat tengkulak jenang ketan juga dijual sendiri di outlet. Tidak semua produsen jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo yang mempunyai outlet karena terbatasnya modal yang dimiliki dan tenaga kerja yang kurang. Produsen jenang ketan lebih

Adapun saluran pemasaran yang telah dilakukan oleh para produsen jenang ketan tingkat rumah tangga adalah sebagai berikut:

- Produsen Konsumen - Produsen Pengecer

Konsumen - Produsen

Tengkulak Pengecer Konsumen

Sebagian besar dari produsen jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo melakukan distribusi produk melalui tengkulak kemudian disalurkan kepada pedagang pengecer.

8. Analisis Usaha

a. Biaya, Penerimaan dan Keuntungan Usaha Jenang Ketan Tingkat Rumah Tangga

Penelitian ini menggunakan konsep keuntungan, maka biaya yang dihitung adalah penjumlahan dari biaya variabel dan biaya tetap. Yang termasuk dalam biaya variabel adalah bahan baku, bahan bakar, pengemasan, dan transportasi. Sedangkan untuk biaya tetap adalah tenaga kerja, penyusutan alat, dan bunga modal investasi. Tabel 12. Rata-rata biaya variabel pada usaha jenang ketan tingkat

rumah tangga selama satu bulan. No

Biaya Variabel Rata-rata per bulan (Rp)

1. Biaya bahan baku 3.934.440,00

2. Biaya bahan bakar 236.850,00

3 Biaya pengemasan 1.295.044,00

4. Biaya transportasi 91.600,00 Total

5.557.934,00 Sumber: Data Primer

Dari Tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa untuk rata-rata biaya variabel pada usaha jenang ketan tingkat rumah tangga selama satu bulan adalah sebesar Rp 5.557.934,00. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh produsen dalam proses produksi jenang ketan adalah biaya untuk bahan baku sebesar Rp 3.934.440,00. Biaya bahan baku meliputi pembelian beras ketan, gula kelapa, kelapa, dan vanilli. Pada Dari Tabel 12 diatas dapat diketahui bahwa untuk rata-rata biaya variabel pada usaha jenang ketan tingkat rumah tangga selama satu bulan adalah sebesar Rp 5.557.934,00. Biaya terbesar yang dikeluarkan oleh produsen dalam proses produksi jenang ketan adalah biaya untuk bahan baku sebesar Rp 3.934.440,00. Biaya bahan baku meliputi pembelian beras ketan, gula kelapa, kelapa, dan vanilli. Pada

Biaya bahan bakar yang dikeluarkan oleh produsen jenang ketan tingkat rumah tangga tidak terlalu besar, yaitu sebesar Rp 236.850,00.. Hal ini dikarenakan para produsen jenang ketan hanya membutuhkan sedikit kayu yang bakar yang diperoleh dengan membeli dan sebagian diperoleh dari kayu bakar milik sendiri. Sedangkan untuk menyalakan api ada sebagian yang menggunakan minyak tanah atau dengan menggunakan ampas kering dari parutan kelapa yang telah dikeringkan, sehingga produsen tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli minyak tanah. Biaya pengemasan yang dikeluarkan oleh produsen jenang ketan selama satu bulan produksi rata-rata sebesar Rp 1.295.044,00.

Biaya terendah yang dikeluarkan oleh produsen jenang ketan selam satu bulan adalah biaya transportasi yaitu sebesar Rp 91.600,00. Hal ini dikarenakan peralatan yang digunakan masih relatif sederhana dan tidak terlalu membutuhkan alat dengan jumlah banyak.

Biaya tenaga kerja yang dihitung dalam penelitian ini adalah tenaga kerja luar keluarga dan tenaga kerja dalam keluarga. Besarnya upah yang digunakan dalam produksi disesuaikan dengan jenis pekerjaan. Pekerjaan yang berat seperti mengaduk adonan jenang biasanya dilakukan oleh tenaga kerja laki-laki dengan upah sebesar Rp 20.000,00 per hari dan untuk pekerjaan yang lebih ringan seperti pada tahap pengemasan dilakukan oleh tenaga kerja perempuan dengan upah sebesar Rp 12.500,00 per hari. Volume penggunaan bahan baku, bahan bakar,dan pengemasan dapat dilihat pada lampiran.

Pada Tabel 13 dapat diketahui bahwa biaya tenaga kerja merupakan biaya tertinggi dari jenis biaya tetap yang dikeluarkan oleh produsen jenang ketan. Adapun keterangan tabel sebagai berikut: Tabel 13. Rata-rata biaya tetap pada usaha jenang ketan tingkat rumah

tangga selama satu bulan.

No

Biaya Tetap

Rata-rata per bulan (Rp)

1. Biaya tenaga kerja 611.000,00

2. Biaya penyusutan alat 53.000,00

3 Bunga modal investasi 61.437,71 Total

725,437.71 Sumber: Data Primer

Sedangkan biaya bunga modal investasi berada pada urutan kedua, yaitu sebesar Rp 61.437,71. Untuk menghitung bunga modal investasi menggunakan rumus :

B = Bunga modal (Rp) M = Nilai investasi awal (Rp) R = Nilai investasi akhir (Rp) N = Masa ekonomis (bulan) i

= Suku bunga t

= Jumlah bulan dalam setahun Nilai suku bunga diperoleh dari data Bank Indonesia yaitu sebesar 7,25 % pada bulan Mei 2009, sebab penelitian ini dilakukan pada bulan tersebut.

Biaya penyusutan alat menempati urutan ketiga pada jenis biaya tetap yang dikeluarkan oleh produsen jenang ketan, yaitu sebesar Rp 53.000,00. Peralatan yang masih relatif sederhana akan mempengaruhi besarnya nilai penyusutan yang harus ditanggung oleh produsen.

Penerimaan yang diperoleh oleh para produsen jenang ketan merupakan penerimaan yang berasal dari penjualan jenang ketan yang diproduksi. Besarnya produksi dan penerimaan yang diterima oleh produsen jenang ketan dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 14. Produksi rata-rata, harga jual, sisa penjualan dan penerimaan

rata-rata pada usaha jenang ketan tingkat rumah tangga selama satu bulan.

No

Uraian

Rata-rata per bulan

1. Produksi (Bungkus) 2662

2. Harga jual rata-rata (Rp) 4.800,00

3. Sisa rata-rata penjualan (Bungkus) 227

4. Penerimaan rata-rata (Rp) 11.345.000,00 Sumber: Data Primer

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa dalam satu bulan produsen jenang ketan tingkat rumah tangga dapat memproduksi jenang ketan sebanyak 2.662 bungkus mikha. Pada satu bungkus mikha mempunyai berat 450 gram dengan isi jenang bungkus plastik sebanyak 14 sampai 17 bungkus. Dengan harga jual rata-rata per bungkus jenang ketan sebesar Rp 4.800,00. Sehingga dapat dihitung penerimaan rata-rata dari produsen jenang ketan tingkat rumah tangga adalah Rp 11.345.000,00. Dalam satu bulan produsen jenang ketan melakukan produksi sebanyak 7 sampai 26 kali proses produksi. Hal ini disesuaikan dengan tingkat permintaan dari pasar terhadap kebutuhan jenang ketan mengingat wilayah penjualan yang berbeda- beda antara produsen satu dengan produsen yang lain. Volume penggunaan tenaga kerja dapat dilihat pada lampiran.

Keuntungan yang diterima oleh produsen jenang ketan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Besarnya keuntungan rata-rata yang diterima oleh produsen jenang ketan dapat dilihat pada Tabel berikut ini : Tabel 15. Keuntungan rata-rata produsen jenang ketan tingkat rumah

tangga selama satu bulan. No Uraian

Rata-rata per bulan (Rp)

1. Biaya Total 6.283.371,71

2. Penerimaan 11.345.000,00

3. Keuntungan 5.061.628,29 Sumber: Data Primer

Keuntungan rata-rata produsen jenang ketan tingkat rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 15 dengan perhitungan sebagai berikut penerimaan rata-rata per bulan sebesar Rp 11.345.000,00 dan total Keuntungan rata-rata produsen jenang ketan tingkat rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 15 dengan perhitungan sebagai berikut penerimaan rata-rata per bulan sebesar Rp 11.345.000,00 dan total

b. Risiko Usaha Jenang Ketan Tingkat Rumah Tangga

Untuk mengetahui besarnya risiko usaha yang harus ditanggung oleh setiap produsen jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada Tabel berikut :

Tabel 16. Simpangan baku, koefisien variasi dan batas bawah keuntungan usaha jenang ketan tingkat rumah tangga selama satu bulan.

No

Uraian

Rata-rata per bulan

1. Keuntungan (Rp) 5.061.628,29

2. Simpangan baku (Rp) 1.611.549,86

3. Koefisien Variasi 0,32

4. Batas bawah keuntungan (Rp) 1.838.528,56 Sumber: Data Primer

Tabel 16 menunjukkan bahwa keuntungan rata–rata yang diterima produsen jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo dalam sebulan sebesar Rp 5.061.628,29. Dari perhitungan keuntungan tersebut, maka dapat diketahui besarnya simpangan baku usaha jenang ketan, yaitu sebesar Rp 1.611.549,86. Sedangkan koefisien variasi dapat dihitung dengan cara membandingan antara besarnya simpangan baku terhadap keuntungan rata–rata yang diperoleh. Koefisien variasi dari usaha jenang ketan sebesar 0,32 dan batas bawah keuntungan usaha jenang ketan ini sebesar Rp 1.838.528,56 per bulan. Dari nilai koefisien variasi dan nilai batas bawah keuntungan usaha yang ada, terlihat bahwa nilai koefisien variasi dibawah 0,5 dan nilai batas bawah keuntungan bernilai positif.

Hal ini menujukkan bahwa risiko usaha jenang ketan di Kabupaten Ponorogo adalah rendah. Hal ini bertentangan dengan pendugaan awal bahwa usaha jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo memiliki risiko tinggi.

c. Efisiensi Usaha Jenang Ketan Tingkat Rumah Tangga

Efisiensi usaha jenang ketan tingkat rumah tangga merupakan perbandingan antara total penerimaan rata-rata yang diterima oleh produsen jenang ketan dengan rata-rata biaya total yang dikeluarkan oleh produsen jenang ketan dalam produksi. Adapun efisiensi usaha dari industri rumah tangga jenang ketan di Kabupaten Ponorogo dapat dilihat pada Tabel berikut ini: Tabel 17. Efisiensi usaha jenang ketan tingkat rumah tangga selama

satu bulan. No.

Uraian

Rata-rata per bulan

1. Penerimaan (Rp) 11.345.000,00

2. Biaya total (Rp) 6.283.371,71

3 Efisiensi usaha 1,81 Sumber: Data Primer

Tabel 17 menunjukkan bahwa efisiensi usaha jenang ketan tingkat rumah tangga di Kabupaten Ponorogo selama satu bulan produksi adalah sebesar 1,81. Hal ini berarti usaha jenang ketan tingkat rumah tangga yang telah dijalankan sudah efisien yang ditunjukkan dengan nilai R/C rasio lebih dari satu. Hal ini sesuai dengan pendugaan yang dilakukan pada saat awal penelitian, yaitu usaha jenang ketan tingkat rumah tangga yang telah dijalankan di Kabupaten Ponorogo sudah efisien.

R/C rasio ini menunjukkan keuntungan yang diterima untuk setiap rupiah yang dikeluarkan untuk memproduksi. Nilai R/C rasio

1,81 berarti bahwa setiap Rp 1,00 biaya yang dikeluarkan akan dalam suatu awal kegiatan usaha memberikan penerimaan sebesar 1,81 kali dari biaya yang telah dikeluarkan. Semakin besar R/C rasio maka akan semakin besar pula penerimaan yang akan diperoleh produsen.